Adzan subuh sudah berkumandang, Arab dan Naya sudah siap untuk melakukan kewajiban mereka, Setelah melakukan kewajiban pada sang kuasa, Abra mengajak Naya jalan-jalan pagi, meskipun cahaya matahari belum. nampak, tapi Naya merasakan kebahagiaan yang tiada tara, Suasana yang masih sunyi dengan hembusan angin yang sejuk.
Abra mengajak Naya ke taman dekat rumahnya, disana nanti akan ada banyak penjual sayur yang lewat.
''Apakah abang setiap hari kesini?'' tanya Naya.
''Tidak, mungkin bisa di hitung, berapa kali ya? kalau gak salah 3 apa 4 kali selama aku ada disini,'' ucap Abra seraya merangkul pundak Naya.
''Kenapa?'' tanya Naya
''Gak enak sendirian, kalau dingin seperti ini gak ada yang bisa aku pegang tangannya seperti ini,'' ucap Abra seraya menggenggam tangan Naya.
Naya tersenyum mendapat gombalan di pagi buta seperti ini.
''Aku rasa semenjak Abang datang, abang lebih jago nge-gombal deh, bang'' ucap Naya
''Benarkah, berrati kalau di ranjang abang kurang jago, ya?'' tanya Abra yaang membuat Naya membulatkan matanya, padahal bukan itu yang Naya maksud.
''Bukan itu maksid Naya, bang. Dulu abang ... ''
''Abang ngerti kok,'' cap Abra seraya memeluk perit sang istri dan meletakkan kepalanya di dada sang istri, Naya menoleh kearah sekita, ia takut akan ada orang yag melihat keromantisan mereka.
''Di sini masih sepi kalau jam segini,'' ucap Abra dengan posisi yang sama.
Nayapun merasa teneng ketike mendengar hal itu.
''Lagian sayang, kita kan suami istri, sah-sah saja kan alau kita kayak gini? Bahkan disini banyak yang masih pacaran udah ciuman di depan umum,'' ucap Abra.
''Naya tahu bang, hanya saja Naya malu meskipn kita suami-istri, jangankan disini yang udah termasuk bebas, di kampung aja sudah banyak yang kayak gitu bang,'' ucap Naya keceplosan.
''Apakah termasuk Rara?'' tanya Abra seraya meleaskan pelukannya dan memilih menatap wajah sang istri.
Pertama Naya terdiam, Naya berfikir jika suaminya juga berhak tahu akan apa yang di lakukan oleh adiknya.
''Tidak aa-apa, Rara adikku, aku juga berhak tahu bagaimana dia bersikap sehari-hari,'' ucap Abra
''Iya bang, Aku sering memergoki Rara melakukan hal mesum dirumah, apalagi kalau gak ada ibu bapak, setiap aku menegurnya, aku yang malah di bilag ganjen dan ingin menggoda teman prianya, karena itulah ibu marah sama aku, karena ibu menilai laki-laki itu baik untuk Rara, apalagi dalam segi materi laki-laki itu sudah membawa mobil ke sekolah makanya ibu bbela laki-laki itu,
Abra mengehla nafasnya dengan kasar, kenapa semuanya di ukur dengan materi, bukankah laki-laki yang tak bisa menghormati perempuannya bukanlah imam yang baik untuknya?
''Maafkan ibuku dan adik-adikku ya, kau pasti sangat menderita saat itu, disana masih ada bapak, seharusnya bapak bisa menjadi kepala keluarga yang baik tapi ternyata bapak gak ada bedanya dengan ibu, mau jadi apa keluarga itu nantinya,'' ucap Abra.
Abra melakukan olahraga ringan sebelum banyak orang yang berdatangan, benar saja ... Matahari mulai menampakkan nsinarnya sedikit demi sedikit, beberapa orang sudah ada yang berdatangan, termauk tukang sayur sudah ada yang datang berkeliling.
''Bang, itu bukan tukang sayurnya?'' tanya Naya ketika melihat dan mendengar suara tukang saur yang teriak-teriak memanggil pelanggan.
''Iya sayang, ayo kita kesana,'' ucap Abra seraya menggenggam tangan Naya dan membawanya ke tukang sayur.
''Wah, nak Abra,lama ya bapak tidak melihat nak Abra, kemana ?'' tanya tukang sayur
''Iya pak, lagi jemput istri di kampung, kesepian dsini, pak'' ucap Abra seraya tersenyum pada tukang sayur.
''Oh, Ini istrinya nak Abra, masya allah cantiknya ....'' ucap tukang sayur memuji Naya.
''Istri saya pemalu orangnya aku, nanti aku bawa main kerumah bapak,'' ucap Abra
''Wah, bibimu pasti bahagia kalau kamu bawa istrimu kesana, nanti bapak masakkan makanan yang enak-enak,'' ucap pak tukang sayur
''Gak usah pak, kami kesana memang mau menemui bibi, karena Abra dengar kalau bibi kurang sehat, iya ka pak?'' tanya Abra
''Iya, tapi sudah mendingan, maklum sudah tua, nak,'' ucap pak tukang sayur.
''Naya juga bisa masak sedikit pak, nant Naya masakkan buat bibi juga,'' ucap Naya menimpali pembicaraan suami dan tukang sayur yang ternyata rumahnya tak jauh dari rumah yang Abra tempati.
Hari ini adalah hari pertama Abra akan masuk kembali ke kantor tempat ia bekerja.
Sinta sudah mengutus seseorang untuk menyampaikan perintah nya, bahwa sebelum Abra masuk ke ruangannya, ia harus menemuinya terlebih dahullu di ruangannya, tentu Abra langsung mkenuju keruangannya Bu Sinta, Sinta yang sudah menunggu kedatangan Abra sudah menyiapkan seglanya, dari penampilan yang selalu mengundang syahwat laki-laki, sampai parfum yang membuat laki-laki akan terpesona, namun beda dengan Abra, ia baan tak melihat kearah tubuh Sinta jika Sinta berakaian terbuka seperti saat ini.
Tok ... Tok ... Tok...
''Masuk!'' ucap Sinta seraya membenarkan posisnya, sehingga belahan dadanya sangat tampak jelas.
''Silahkan duduk Abra, selamat datang kembali di perusahaan,'' ucap Sinta memasang wajah yang centil.
''Terimakasih, bu'' hanya kata itu yang Abra ucapkan.
''Apakah kau puas dengan lburanmu?'' tanya Sinta basa-basi
''Alhamdulillah bu, meskipun kurang puas karena waktu bersaam istri masih kurang,'' ucap Abra seraya menampilkan seyumannya, namun tatapannya masih ia jaga.
''Kau begitu mencintai istrimu rupaya, beruntung sekali dia mendapatkan laki-laki mapan sepertimu,'' ucap Sinta
''Saya yang malah beruntung, bu. Saya yang bruntung karena mendaoatkan istri seperti Naya,'' jawab Abra dengan masih mempertahankan senyumannya.
''Masih jauh banyak wanita yang lebkih cantik darinya Abra, masa depanmu masih panjang juga, jangan berpegang hanya pada cinta,'' ucap Sinta dengan jengkel.
''Mungkin yang Bu Sinta katakan benar, tapi wanita seperti Naya itu sudah langka bu, dan tak semua wanita akan memiliki sifa seperti istriku, ah iya bu, ada apa ibu memanggil saya kesini?'' tanya Abra
''Sudah hilang mood saya bicara denganmu, keluarlah dan kembalilah bekerja,'' ucap Sinta seraya kembali fokus pada laptopnya, mendengar ucapan Sinta, tentu Abra merasa tenang sealigus senang, ia langsung pergi tanpa perduli dengan raut wajah Sinta.
Entah apa yang ada dalam pikiran Abra, tapi Abra sangat suka memuji istrinya di hadapan Sinta, Apalagi Abra tahu dari Dito jika Sinta selalu menanykan kedatangannya selama ini, Abra bukan laki-laki yang tidak peka, ta[i ia tak ingin memberi harapan, apalagi dia sudah beristri dan begitu mencintai istrinya, Abra tidak ingin ketakutan sang istri menjadi kenyataan jika Abra bersikap manis pada Sinta yang sudah jelas-jelas selalu memberinya perhatian.
******
''Hai bro, selamat bekerja kembali,'' ucap Parman yang baru tiba di ruangannya.
''Tank you bro, Dito mana, tumben kursinya masih kosong?'' tanya Abra.
''Aku disini kawan,'' ucap Dito yang baru masuk keruangannya, mereka bertigapun saling tos.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Roslina Dewi
semoga Abra ttp teguh sm janji and setia sm Naya🙁😔
2023-06-06
0