Bab 12

Ketika bapak dan ibunya Naya masuk kedalam, Abra menyerahkan beberapa uang untuk Naya.

''Berikan ini pada orang tuamu,'' ucap Abra

''Kenapa bukan mas yang memberikannya, itu adalah uangnya mas,'' ucap Naya

''Hei, uangku adalah uangmu, semua yang aku miliki adalah milikmu juga, ini'' ucap Abra seraya trsenyum pada Naya, Naya faham jika ini adalah trik Abra agar bapak dan ibunya menyukai Naya, mungkin ini terdengar lucu, serang anak menggunaka uang untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tuanya lagi. Ternyata ibu dan bapaknya kedalam untuk membawakan Abra dan Naya minuman dan cemilan.

''Hanaya itu yang kami miliki, makanlah!'' ucap bapaknya Naya

''Tidak usah repot-repot, pak. Bertemu dengan ibu dan bapak sudah alhamdulillah,'' ucap Abra

Merekpun menyicipi cemilan yang orang tua Naya suguhkan, bukan karena makanan mewah yang membuat rasa menjadi enak, tapi keikhlasan dan ketulusan yang membuat semunya terasa nyaman.

''Ini untuk bapak dan ibu, maaf hanya bisa memberikan sedikit, ini dari mas Abra, semoga bisa membantu ibu dan bapak,'' ucap Naya seraya menyerahkan uangnya ketangan sang bapak, namun sang ibu langsung megambilya dan menghitung uangnya tepat dihadapan Naya an Abra, Naya menoleh kearah Abra, ia merasa tak nyaman pada sang suami dengan sikap ibunya.

''Wah, Naya ... Ini banyak banget, kau sangat beruntung sekali punya suami sebaik Abra, meang suami idaman kamu, Abra,'' uca sang ibu yang sudah menghitung uang lembaran merah, ia terlihat begitu bahagia, Naya tidak tahu berapa jumah uang itu, namun ... Ia tahu jika uang itu lebih dari 10 lembar.

''Baiklah pak, bu, kalau begitu kami pamit pulang dulu, nanti jika kami sudh mau berangkat ke Jakarta, kami akan datang kemari lagi,'' ucap Abra

''Jaga kesehatn kalian, terimaksih Abra karena sudah begitu mencintai putriku,'' ucap bapaknya Naya.

''Naya adalah wanita yang patut unuk di cintai, pak. Dia adalah keberuntunganku baik d dunia ataupun di akhirat nanti,'' ucap Abra yang tak henti memuji Naya dihadapan orang tuanya.

Allah memberikan cobaan pada ummatnya untuk mengetahi sampai dimana batas kesabaran sang ummat, dan Allah tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan ummatnya, itu suda mutlak.

Selama ini, Naya sabar dengan apa yang keluarga dan keluaraga suaminya akukan padanya, baik ketika merekanya menghinanya bahkan menfitnahnya, ia hanya bisa serahkan pada sang kuasa, ia hanya takut jika sang suami akan percaya degan fitnah itu, namun ketika kenyataan yang ia dapatakna tak seperti yang ia bayangkan, Naya banayak-banyak bersyukur, karena Tuhan masih memberikan kabaikan dan kebahagiaan, dengan datangnya sang suami yang tiba-tiba.

#Beberapa hari kemudian#

Abra dan Naya sudah siap untuk brangkat ke Jakarta, selama seminggu bersama Abra, berat badan Naya sepertinya naik banyak, terbukti dengan mata yang dulu terlihat ayu kini vera bahkan wajahnya sudah cantiik alami. Di sisi lain Sinta merasa bahagia ketika mendengar kabar, jika Abra akan pulang sekarang ke Jakarta, Sinta sdah membuatkan daftar kebersamaannya dengan Abra, ia merasa yakin jika Abra tidak akan perna bisa menolaknya.

''Welcom Abra, Aku sangat merindukanmu,'' gumam Sinta seraya menunggu kedatangan Abra di Bandara.

Senyum Sinta begitu indah, namun langsung lenyap ketika melihat Abra yang sudah semakin dekat dengannya, tatapan Sinta fokus pada tangan Abra yang terus mengenggam tangan sosok wanita, yanga Sinta yakini dialah istri Abra.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***