Abra memberikan sebungkus rokok pada teman masa kecilnya, yang kebetulan sekali ia bawa.
Abra jarang sekali merokok, namun ia selalu membawa rokok kemana-mana. Disisi lain Diti sahabat Abra bingung, karena ia sudah mengatakan jika Abra akan kembali besok atau lusa, sedangkan Abra sendiri mengatakan bahwa ia akan kembali 4 hari lagi.
''Kau kenapa, Dit?'' tanya teman seruangan Dito.
''Kau tahu kan, Bu Sinta? Dia selalu menanyakan tentang Abra, kau tahu sendiri kan, jika Abga susah beritri, Abga juga bilang kalau dia akan bawa istrinya ke Jakarta, isss.... Abra tidak bisa mengambil kesempatan bagus, " ucap Dito.
''Ya elah, itu kan kamu, Abra beda, dia setia sama istrinya,'' ucap Parman.
''Tapi ya setidaknya sampai naik jabatan lagi gitu, kalau ada istrinya kan gak bisa bebas, '' ucap Dito.
''Emangnya meskipun gak ada istrinya, Apakah kau lihat Abra dekat dengen Bu Sinta, nggak kan? Udah jangan hasit teman untuk selingkuh dari istrinya, gak baik, dosa tau!" ucap Parman.
"Padahal kan aku berharap tahun ini naik jabatan lagi, biar aku bisa segera nikah sama pacarku, " ucap Dito.
"Dengan memanfaatkan Abra, begitu? Kau ini teman apa musuh?" tanya Parman yang mana membuat Dito langsung sadar dengan semua yang ia katakan.
''Man, jangan marah dong, Aku gak sadar dengan apa yang aku katakan, sumpah! Jangan kasih tahu Abra ya?" ucap Dito seraya mengejar Parman.
"Seharusnya kau bangga, punya teman yang memiliki kesetiaan seperti Abra, Jangan hasut dia untuk mengkhianati istrinya, meskipun itu hanya candaan, " ucap Parman.
"Iya, iya, Baiklah.... Terserah Abra saja, Oh iya, kamu sudah tahu belum wajah istri Abra?" tanya Dito
"Tahu, tapi cuma gambarnya saja, cantik orangnya, " ucap Parman yang saat ini sudah duduk di kantin tempat ia bekerja.
"Cantikan mana dengan Bu Sinta?'' tanya Dito.
'''Jika membandingkan seseorang sesuai level lah, istrinya Abra kan gak perawatan, dia cantik alami, sedangkan Bu Sinta dia kan perawatan puluhan juta bahkan ratusan juta, ya tentu beda lah, tapi jika isrinya Abra perawatan sampai segitu udah pasti kalau jauh Bu Sinta,'' ucap Parman.
''Jadi penasaran aku sama istrinya Abra,'' ucap Dito.
''Udah jana penasaran dengan milik orang lain, nanti kau tertarik dengannya bisa brabe,'' ucap Parman yang di sertai dengan tawa mereka.
Cinta bukan karena rupa, yang bisa membuat kita bahagia, bukan juga karena harta untuk bisa kita bertahan, namun ketulusan cinta suci yang murni, yang kita jalani bersama tanpa adanya dusta. Sedangkan di sisi lain Bu Sani terlihat begitu marah, namun ketika melihat menantunya baru bangun dengan sekuat hai menahan rasa marahnya.
''Eh menantu sudah bangun, Apakah kau mau sarapan?'' tanya Bu Sani dengan penuh perhatian.
''Ýa, suruh Fitri untuk bawakan kekamar,'' ucap Adi seraya kembali kekamarnya. Bu Sani memaklumi sikap Adi, mungkin ini adalah kebiasaannya ketika masih ada dirumahnya, maklum orang kaya kan di manja, begitulah yang ada dalam pikiran Bu Sani. Ketika Fiti baru saja masuk kedalam kamarnya, Bu Sani langsung menghampirinya.
''Fit, baru saja Adi bangun dan memintamu untuk bawakan da sarapan ke kamarnya,'' ucap Bu Sani
''Ah iya, memangnya ibu sudah masak? kita kan tadi makan di warun, Bu'' ucap Fitri dengan cemas.
'' Ada sisa rawon di dapur, coba kau hangatin, siapa tahu masih enak, kalau sudah gak enak coba kau masak untuk suamimu,'' ucap Bu Sani.
''Apa! Fitri yang masak? Ibu gak salah bicara, mana bisa Fitr masak, Bu ....'' ucap Fitri
''Kan, kebingunga sendiri kan kalau gak ada Naya, makanya bapak dah bilangin jangan terlalu kasar, sekarang kalian harus melakukan pekerjaan rumah sendiri, dari masak, nyapu, ngepel, cuci baju, cuci piring, etrika, nyapu halaman,dan masih banyak ai yang harus kalian kerjakan, bapak yakin kalian bisa, jika Naya saja yang sendiri bisa, apalagi kalian yang berdua pasti lebih bisa,'' ucap Pak Rusdi seraya terus melangkah meninggalkan dua wankita yang masih terus berdebat.
''Bapak, kalau bapak tidaak bsa bantu mending diam aja deh, bikin tambah kesel tau,'' ucap Fitri seraya berlalu menuju ke dapur, sesampainya di dapur betapa terkejutnya Fitri melihat barang-barang yang kotor mash berserakan, kompor yang kotor dan menjijikkan.
''Naya ... Nay, apa yang kau lakukan , kenapa jam segini dapur masih berantakan kayak gini, dasar benalu!'' teriak Fitri, namun Fitri lagsung menutup mulutnya ketika ia ingat jika Naya sudah tidak ada dirumahnya.
''Aaa ... '' Teriak Fitri seraya menjambak rambutnya. Ingat akan permintaan suaminya, Fitri hanya mengahngatkan sisa rawon yang ada, tanpa menyicipi rasa rawonnya masih bisa di makan apa tidak, tanpa menunggu Ftri membawa rawon dan nasinya ke kamarnya dan menyuruh suaminya untuk segera makan, takutnya keburu dingin.
''Darimana saja kamu, aku cari tadi gak ada?'' tanya Adi seraya bangun dari tidur-tidurannya.
''Ikut ibu sebentar mas, ya sudah makan dulu, aku tinggal keluar bentar ya,'' ucap Fitri, Adipun menyendok nasi dan rawonnya.
Cuihhh
''Fitri ....!'' teriak Adi murka, membuat langkah itri yang sudah ada di ambang pintu langsung terhenti seketika.
''Kau ingin meeracuniku ...?'' teriaki Adi dengan tatapan murka.
''Apa maksudmu, mas. Mana mungkin aku meracunimu?'' ucap Fitri, mendengar itu Adi langsung berdiri dan menarik tangan Fitri dan langsung menyendokkan nas yang sudah tersira kua rawon itu kedalam mulut Fitri.
Tentu Fitri langsung muntah karean rasa rawon itu sudah tak layak untuk dimakan.
Uwek ... Uwek ... Uwek
Fitri terbatuk dan hendak muntah, bersamaan dengan tu Adi melempar piring itu hungga berserakan dilantai kamarnya, sontak itu membuat ibunya Fitri sangat terkejut dan langsung menghampiri kamar anaknya.
''Ada apa Fitri, kenapa kalian ribut sekali, dan apa yang ....'' ucapan Bu Sani terhenti ketika melihat keadaan kamar Fitri.
''Menantu, apa yang terjadi?'' tanya Bu Sani
''Tanya sendir pada anakmu, dia ingin meracuniku dengan masakannya, dasar gak guna!'' ucap Adi yang langsung berlalu masuk kekamar mandi, sedangkan Fitri masih memegang lehernya dengan tangisannya.
''Apa yang terjadi sebenarnya, suamimu terlihat begitu marah,'' ucap Bu Sani
''Semua ini karean Naya, Bu. Andaikan dia tidak pergi, mungkin ini tidak akan terjadi, abang juga, kenapa membawa Naya pergi dari sini, dan semuanya jadi terbengkalai kan? Aakah tidak bisa dia cari istri lagi disana!'' uca kesal Fitri
''Ápa hubungannya Naya dan kemarahan suamimu?'' tanya Bu Sani
''Ada bu, rawon yang ada di dapur rasanya sudah tak layak dimakan, tentu mas Adi marah karena aku ngasoh dia makanan basi,'' ucap Fitri dengan kesal.
''Ibu suda mengatakan dari dulu sama kamu, belajar masak, tapi apa yang kau lakukan? kau mengabaikan apa yang ibu katakan,'' ucap Bu Sani
''Aku calon nyonya, Bu. Mana bisa aku masak,'' ucap Fitri
*****
Naya terlihat begitu bahagia ketika melihat Abra makan dengan sangat llahap masakannya.
''Masakanmu tiada duanya sayang, enak banget,'' ucap Abra
''Alhamdulillah jika mas suka,'' ucap Naya seraya tersenyum menatap suaminya, sedangkan makanannya sendiri belum ia sentuh dari asyiknya melihat sang suami menghabiskan sarapannya. Menyadari itu Abra langsung mengambil piring Naya dan menyuapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
LANY SUSANA
dasar keluarga toxic ,mantu di jadiin babu ,ank perempuan ga bs apa2 cm bisa nyuruh dan ngangkang 🤣🤣🤣
2023-08-05
0
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
bodoh .. dasar pemalas fitri
salahin org lain pula
2023-06-04
0
Whatea Sala
Semangat thor..💪👍
2023-06-03
0