Kini Abra dan Naya sudah merasa jauh lebih segar ketika sudah bangun dari istirahatnya.
Rumah yang Abra miliki memang memiliki balkon diatas, dan itu Abra gunakan untuk tempat menjemur pakaian.
Saat ini mereka berdua duduk disana dan menatap matahari yang akan terbenam.
"Sayang, Aku ingin tempat ini nanti aku jadikan sebuah kebun kecil, karena aku sangat ingat, kau suka sekali berkebun dulu, " ucap Abra.
"Maksudnya abang, tempat ini akan abang jadikan kebun? mana bisa bang?" tanya Naya.
"Tentu bisa sayang, kau ingat rumah juragan Darso, bukankah di atas rumahnya ada taman? Tapi kalau disini nanti akan aku jadikan kebun, disini kita bisa menanam kangkung, tomat, atau apalah, ini abang ada gambar, " ucap Abra seraya menunjukkan gambar rumah temannya yang juga ada kebun kecilnya diatas balkon.
Ukuran rumahnya sama dengan punya temannya, karena itulah Abra berfikiran akan membuatkan Naya kebun kecil itu.
"Apakah kau suka?" tanya Abra
"Wah, ini bagus sekali, bang, " ucap Naya setaya memegamg ponsel Abra.
"Fix, kita akan buat nanti, Agar kamu tidak terlalu jenuh dirumah, abang juga akan membelikanmu ponsel, " ucap Abra seraya mengelus kepala Naya yang terhalang hijab.
Ya, saat ini, Naya berusaha membiasakan diri untuk tidak membuka hijabnya, meskipun hanya berdua dengan sang suami, kecuali mereka di kamar, Naya akan membukanya.
"Sayang, kau pakai sabun apa sih, kok baunya enak?: tanya Abra yang saat ini mencium pipi Naya.
"Apa yang abang katakan, Kita memakai sabun yang sama bang, memangnya dikamar mandi ada sabun lagi?" tanya Naya.
"Tapi beneran loh sayang, baunya beda, jauh lebih harum punyamu, " ucap Abra seraya terus. mencium Naya.
"Geli bang, " ucap Naya yang kini Abra malah mencium leher Naya.
...----------------...
"Apa yang kau katakan, Sinta! Kenapa kau mengatakan hal itu pada istrinya Abra?" tanya Sinta pada dirinya sendiri.
"Tapi, Apa yang kau katakan benar sih, Sin! Jadi jangan. merasa bersalah, " imbuh Sinta pada dirinya sendiri. Ia kini menatap diri sendiri di cermin riasnya.
Dia memuji kecantikannya dan membandingkannya dengan kecantikan Naya.
“Tidak bisakah kamu mengalahkan wanita itu? Apakah Abra tidak akan tergoda olehku?'' tanya Sinta dalam hati.
Jika kita merasa jauh lebih cantik dari istri sah, kenapa kita tidak bisa menemukan pria yang jauh lebih segalanya dari pada pria beristri?
Ketika Sinta masih sibuk dengan lamunannya, Tiba-tiba suara Notifikasi pesan masuk dan mengalihkan perhatiannya.
(Kamu yakin Abra membawa istrinya ke Jakarta?) tanya sahabat Sinta yang sudah tahu tentang perasaan Sinta pada Abra.
(He'em, aku yang bawa mereka ke rumahnya, ah.... sakit banget tau) jawab Sinta.
(Baru tadi malam kamu yang cerita ke aku ternyata Abra punya istri, tapi hari ini dia dibawa kesini, cantik gak?) Tanya sahabat Sinta.
(Ya, cantikan aku di mana-mana, tapi melihat sikap Abra, apakah masih ada harapan suatu saat aku bisa memilikinya?) Perintah Sinta.
(Halo, Sinta! Pria bukan hanya Abra, Tidak bisakah kamu mendapatkan yang lebih baik)balas sahabat Sinta.
(Tapi aku suka, Abra!) balas sinta
(Mending kau pergi jauh agar supaya kau tak lagi bertemu dengan Abra, kau itu cantik jangan sampai kau jadi pelakor) balas sahabat Sinta yang bernama Ayu.
(Tapi itu akan sulit, Ayu?) balas Sinta.
(Tapi itu jauh lebih baik, Sin) balas Ayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Aziza
Awas kau jadi pelakor...kusantet km sinta...
2023-06-05
0
Roslina Dewi
dengerin tuh kt Ayu...jgn jd pelakor deh, Sinta...
2023-06-05
0