Melihat perlakuan Marcel yang lembut, akhirnya Nara memperkenalkan dirinya, "Nara, Kinara Wijaya," ucap Nara Marcel tersenyum, "tuan seharusnya kau biarkan saja aku tersiksa atau tabrak aku, agar aku mati, jika begini aku merasa percuma untuk hidup," lanjut Nara dengan tangisnya.
Marcel terdiam, dan menatap Nara begitu dalam," hal ini adalah yang pertama bagiku, begitu juga denganmu, dan aku sudah berjanji pada diri sendiri, demi kita. Nara, aku akan menikahimu," ucap Marcel yang membuat Nara terkejut.
"Tuan," ucap Nara tidak menyangka jika pria di hadapannya berniat menikahinya.Air matanya pun kembali mengalir deras membasahi pipinya.
"Marcel, panggil aku Marcel," ucap Marcel memperkenalkan dirinya.
Nara menggeleng, " tidak aku bukan wanita baik, aku kotor bagaimana dengan keluargamu, mereka pasti akan menolak nya bukan?" ucap Nara, karena Nara menebak jika Marcel adalah seorang pria kaya, dan sebagai mana ia tahu orang kaya sangat pemilih untuk mencari pendamping hidup nya, bibit bebet bobot wanita berkelas yang sering ia dengar di kalangan sosialita.
"Kedua orang tua ku tidak seperti apa yang kau pikirkan, Nara aku tulus ingin menikahimu, karena aku adalah orang pertama yang sudah memasuki dirimu, dan aku yang sudah menanam benihku dalam rahimmu, dan jika kita tidak menikah bagaimana jika ada anakku di dalam rahimmu?" tanya Marcel yang membuat Nara tertunduk malu.
"Kau tidak ingin bukan jika kau hamil dan anakmu tanpa seorang ayah?" tanya Marcel kembali yang membuat Nara semakin terdiam.
"Dengarkan aku! jika kedepannya tidak ada anak atau pun ada, kau bisa meminta cerai, jika kau memang tidak bahagia denganku, meski aku hanya ingin pernikahan sekali seumur hidup, namun jika kau tidak bahagia denganku kau bisa memutuskannya, aku tidak bisa memaksa ataupun menahammu terus," ucap Marcel membuat Nara semakin bingung.
"Pikirkanlah! aku akan keluar lebih dulu untuk memesan makanan dan juga pakaianmu, dan kau bisa lebih dulu memakai ini," ujar Marcel dan langsung meninggalkan Nara di kamarnya, setelah memberikan kemeja untuk Nara kenakan, karena pakaian Nara yang sudah sobek dan tak terbentuk.
Selepas kepergian Marcel, Nara kembali menangis.
Nara pun bingung dengan keputusan yang akan di ambil, lalu Nara teringat dengan keluarga Wijaya yang membuat pandangan Nara berubah menjadi tajam," mereka benar-benar brengsek! memperlakukan ku seperti ini, ku harap mereka akan membayar semua yang sudah mereka lakukan padaku!"
Nara pun mengingat Marcel, jika dia menikah apakah Marcel akan membantunya? Nara ingin keluarga Wijaya menyesal karena telah membuat Nara seperti ini.
Di luar Marcel menghubungi seseorang yang tak lain adalah Reno.
[ Apa kau belum melihat pesanku?]
[Ck, kau ini, itu tengah malam, dan aku baru melihatnya tadi saat bangun tidur, memangnya untuk siapa, apa kau sudah meniduri seorang gadis? ] tanya Reno kesal, membuat Marcel terkesiap, Reno benar- benar menebaknya dengan tepat.
[Kau benar dan aku minta kau segera mengantarkan pesannku sekarang juga! di hotel The Admaja's, aku akan menunggumu di lobi, nanti akan aku jelaskan jika kau penasaran,] ucap Marcel dan langsung menutup teleponnya sepihak, membuat Reno semakin penasaran.
Marcel yang sudah membersihkan diri di kamar sebelahnya, dengan masih menggunakan baju handuk, ia mendengar bel berbunyi dan ia tebak jika itu adalah pesanan makanannya.
"Aku ingin minta tolong, di lobi jika kau menemukan pria ini, antar dia kemari, dia asistenku, Reno, aku tidak bisa kesana menjemputnya di lobi, dan lagi dia belum pernah kemari," perintah Marcel pada pegawai hotel yamg mengingat wajah Reno di HP Marcel.
"Baik tuan," jawabnya dan langsung meninggalkan penthouse.
Di kamar Nara yang terlihat susah payah berjalan ke kamar mandi akibat malam panas bersama dengan Marcel, dia berendam, membuat rasa sakit di bagian intinya mengurang namun rasa perih di tubuh nya dengan penuh luka karena ulahnya sendiri masih terasa.
"Aku menyesal membuat tubuhku penuh luka seperti ini, rasanya sangat perih," keluh Nara.
Nara kemudian mengingat apa yang di katakan Marcel, sepertinya dia sudah tau apa keputusan yang akan di ambil olehnya.
"Marcel," ucap Nara tersenyum mengingat nama Marcel. Pria baik pikirnya.
"Aah ada apa denganku, Marcel dia sepertinya di memang pria yang baik, tapi apa dia belum memiliki istri, bagaimana jika aku menjadi istri kedua, ah tidak tidak aku tidak ingin menjadi pelakor?" Nara menenggelamkan dirinya kedalam bethup.
Nara kembali menyembulkan wajahnya, dia kembali teringat keluarga Wijaya, "aku penasaran dengan mereka,apa tuan Samuel, pria hidung belang itu mengamuk, ah tentu saja mungkin ayah, ah bukan dia bukan ayahku, tuan Erick dia mungkin yang mengamuk karena harus kehilangan investornya," Nara kembali terdiam karena mengingat sesuatu.
"Aku harus bertanya pada mereka siapa orang tua ku?" ucap Nara yang kembali terlihat sendu mengingat jika dirinya bukan anak dari keluarga Wijaya, terlebih hidupnya yang selalu menderita.
Marcel, mungkinkah Marcel akan membuatnya bahagia?
Pagi di kediaman Wijaya sudah sangat heboh, dengan apa yang sudah di ceritakan oleh Erick, dan lagi mendengar permintaan dari Samuel yang ingin menikahi Wilona, dan tanpa negosiasi lagi.
"Tidak, aku tetap tidak mau!" tolak Wilona tegas di hadapan kedua orang tuanya.
"Satu tahun Wilona, satu tahun setelah itu kau bebas, ini demi perusahaan dan agar kita tidak akan hidup miskin," ucap Anaya membujuk Wilona, meski Anaya awalnya menolak keinginan tuan Samuel dan Erick, namun akhirnya ia setuju, karena jika di pikir dirinya tidak ingin hidup miskin,dan lagi pula hanya satu tahun, setelah itu Wilona akan bebas dari penikahannya dengan Samuel.
Wilona tetap menggeleng, karena ia benar-benar tidak ingin menikah dengan pria tua, bahkan sudah memiliki istri dua.
Erick tidak banyak bicara, ia hanya diam memasrahkan semuanya pada dua wanita di hidupnya, anak dan istrinya. Erick, ia terlihat memejamkan matanya, wajahnya terlihat lelah dengan semua masalah yang terus datang padanya.
"Wilona, apa kau ingin hidup miskin?" tanya kembali Anaya, meski dirinya pun tidak tega dengan anaknya yang harus menikah dengan pria tua, yang seharusnya menjadi ayahnya.
Wilona terduduk lemah, ia menangis, namum matanya menatap tajam ke depan, "ini semua karena Nara, ibu aku ingin membunuhnya," ucap Wilona yang tetap menyalahkan Nara, karena menurutnya dia adalah biang masalah untuk keluarga Wijaya.
Erick mendengar nama Nara di sebut membuat amarahnya kembali memuncak, "berhenti menyebut nama anak sial itu, dengar Wilona! anak sial itu ayah yang akan membuatnya menderita, untuk sekarang kau patuhi saja kemauan Samuel, lagi pula hanya satu tahun, bukankah kau juga bisa memanfaatkan kekayaannya, dan jika kau malu semua orang tau pernikahanmu dengan Tuan Samuel, bukankah ini bisa di rahasiakan!" ucap Erick tegas membuat Wilona terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
epifania rendo
dasar orang tua gila harta
2023-11-27
1
Kenzi Kenzi
wil,akan dendam membara sama nara....
2023-11-19
0
Wirda Lubis
Wilona menyalah kan Nara
2023-11-13
0