Malam hari di kediaman Wijaya, Nara di kamarnya terlihat sudah siap untuk segera melarikan diri, dia menunggu waktu yang tepat untuk bisa pergi dari rumah yang seperti neraka baginya, dan lagi pula sudah tidak ada alasan lagi untuk dia bertahan dan Berharap kedua orang yang selama ini di anggapnya ibu dam ayah, akan menyayanginya.
Pukul 02:00 dini hari Para penjagaan sudah terlihat lengah bahkan banyak yang tertidur, saat itulah Nara mulai membuka jendelanya, beruntung kamar Nara berada di lantai dasar, dan cukup dekat dengan gerbang utama.
Nara perlahan keluar melalui jendela dengan sangat perlahan agar tidak menimbulkan Suara sedikitpun, Nara berjalan mengendap -endap, perlahan hingga sampai di depan gerbang, beruntung gerbang terbuka sedikit dan tidak ada satpam yang biasa berjaga di depan, mungkin menurutnya satpam itu sedang keluar sebentar.
Nara berlari cukup jauh dari kediaman Wijaya, hingga ia lelah dan duduk di sebuah halte bis.
Nara menatap sekeliling daerah sekitar yang terlihat sepi, dan Nara pun mulai sedikit takut.
"Aku harus kemana? untuk menyewa kos mungkin harus menunggu hingga pagi hari," ucapnya mengeluh.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sebuah hotel kecil yang cukup dengan tabungannya.
"Aku harus sembunyi, hingga mereka akan menyerah mencari ku " ucap Nara dan berharap keluarga Wijaya tidak akan mencarinya lagi.
Nara berbaring di tempat tidur dengan badan yang sudah lelah hingga cepat membawanya ke alam mimpi.
Pagi hari di kediaman Wijaya saat MUA datang untuk melakukan tugasnya, Kegemparan pun terjadi karena tidak adanya Nara di dalam kamar.
"APA! DIA MELARIKAN DIRI!" Geram Erick saat ia mendapatkan laporan jika Nara berhasil melarikan diri dari rumahnya.
"Jeno ! mengapa kau bisa lengah hah!" kesal Anaya, pasalnya Anaya lah yang mempercayakan hal ini padanya untuk menjaga Nara agar tidak melarikan diri.
"Maaf tuan, nyonya, mungkin ini memang ke lalaian saya," ucap Jeno penuh dengan penyesalan.
"Cari dan temukan dia, dan bawa segera dia kemari!" perintahnya pada Jeno.
"Baik tuan," jawabnya langsung pergi bersama anak buahnya, untuk mencari keberadaan Nara.
"Siang nanti Samuel akan segera kemari, pernikahan harus tetap berlangsung, jika tidak kita akan benar- benar jatuh miskin," ucap Erick pada Anaya.
"Lalu bagaimana jika Nara tidak kita temukan?" tanya Anaya pada Erick.
Erick terdiam dan menatap Anaya, "berdoa saja agar anak sial itu di temukan!" ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Anaya.
"Apa dia berniat menikahkan Wilona, jika Nara tidak ada, ck aku tidak akan mengijinkannya."
Tetap dalam benaknya, jika Nara tidak di temukan dan pernikahan tidak terjadi, maka Keluarga Wijaya akan menjadi miskin, dan Anaya tidak ingin itu sampai terjadi.
Sedangkan Wilona ia masih berada di balik selimut, tidur dengan nyenyak tanpa tahu apa yang terjadi di kediamannya.
Sama halnya dengan Nara yang belum terbangun dari tidurnya, Nara yang sudah memutuskan untuk tinggal di hotel sampai malam hari, karena untuk menghindari dari pencarian atau pernikahan paksa nya, oleh dua orang yang di anggapnya orang tua.
Siang pun tiba, Jeno dan anak buahnya tidak bisa menemukan Nara, mereka pun mau tidak mau mendapatkan amukan dari tuannya.
"Brengsek, kalian benar-benar membuatku marah, Anaya !!" panggilnya pada istrinya dengan penuh amarah.
Jeno dan anak buahnya tetap berada di sana menundukkan kepalanya takut, sampai mendapat perintah mereka pergi dari sana.
"Ada apa, apa mereka sudah menemukan Nara?" tanya Anaya yang terlihat baru turun dari lantai dua bersama Wilona.
"Apa kau lihat anak sial itu ada disini, ch, sekarang bawa Wilona untuk di persiapkan dia yang akan menikah!" satu keputusan Erick yang membuat Anaya dan Wilona menggeleng kuat.
"Tidak ayah, aku tidak ingin menikah, apa lagi dengan pria tua, bahkan sudah memilki istri!" tolak Wilona.
"Erick mengapa kau tega dengan anak mu sendiri, aku tidak akan mengijinkan Wilona menikah dengan Samuel!" tegas Anaya.
Erick mengusap wajahnya kasar dan menatap tajam istri dan anaknya, "baik lupakan soal pernikahan, namun kedepannya kalian harus terima hidup miskin," ucap nya dan langsung pergi meninggalkan Anaya dan Wilona yang mematung mendengar ucapan Erick.
"Bu, aku tidak mau hidup miskin, tapi aku pun tidak ingin menikah,"kesal Wilona.
"Ibu mengerti, tapi kita tidak ada pilihan lain," ujar Anaya dan Wilona tetap menggelengkan kepalanya.
Wilona pun bergegas keluar rumah dan membawa mobilnya, tidak ingin sampai harus dia yang menikah.
Anaya menatap kepergian anaknya, amarahnya terhadap Nara semakin memuncak, "Nara kau anak sial yang membuat keluarga ini hancur, lihat saja jika sampai suatu saat aku menekanmu, kau tidak akan bisa hidup dengan tenang."
Wilona di dalam mobil, menelpon seseorang untuk meminta pertolongan, pertolongan untuk bisa menemukan Nara, bagaimanapun menurutnya Nara lah yang meski bertanggung jawab akan hal ini.
"Sial, Nara berani sekali kau melarikan diri, jika sampai keluargaku jatuh miskin, maka orang pertama yang akan ku bunuh adalah kau!" geram Wilona.
Erick di kediaman Wijaya menelpon Samuel, untuk meminta waktu dengan alasan Nara sedang tidak ada di rumah, Samuel pun memberikan waktu pada keluarga Wijaya hanya 3 hari, sampai saat itu tiba dan Nara tidak kembali atau menikah dengannya maka Samuel memberikan 2 pilihan pada Erick.
"Yang pertama jika Nara tidak ada kau bisa menggantikannya dengan Wilona, bukankah sedari awal aku memang menginginkannya, dan yang kedua jika tidak ada pernikahan maka aku tidak akan pernah memberikan sedikitpun modal untuk perusahaan dan itu tandanya Wijaya Grup akan gulung tikar."
Erick benar-benar merasa frustasi, jika Nara tidak di temukan dalam jangka waktu 3 hari, maka Wilona lah yang harus menikah, dan itu adalah satu keputusan berat untuknya, Wilona anak semata wayangnya yang selalu di manja oleh nya, sangat tidak mungkin harus mengorbankan Wilona menikah dengan Samuel.
"Jeno cari anak itu hingga ketemu aku yakin dia masih berada dekat dengan kita, lagi pula dia tidak memilki uang yang banyak, aku beri waktu kalian 2 hari jika tidak kalian akan mengetahui apa yang akan terjadi pada kalian bukan?"
"Baik tuan," ucap Jeno dan langsung pergi untuk kembali mencari Nara.
Jeno dalam batinnya mengumpat tuannya, mau jatuh miskin pun masih tetap berlagak berkuasa, jengkel Jeno.
Sedangkan Nara yang menjadi perbincangan mereka, baru terlihat membuka matanya, Nara dengan malas, ia bangun dan ke kamar mandi.
"Ah baru kali ini aku bangun hingga siang hari, ck, aku pemasaran bagaimana dengan pernikahan, apakah akan tetap berlanjut, Wilona heh, aku yakin jika tetap terjadi pernikahan dia juga akan melarikan diri sama seperti ku. Kalian yang membuatku seperti ini, maka jangan heran jika aku tidak perduli sama sekali, dan lagi kalian bukan keluarga ku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
epifania rendo
jangan ke kuar dulu nara
2023-11-27
0
Nara kamu lari kesini dsni Mash bisa muat untuk satu orng
2023-11-23
2
Kenzi Kenzi
moga aja nara ga ditemukan....wiilona terpaksa deh gantiin nara
2023-11-19
0