Kesayangan Ceo
Di sebuah kota jakarta di kawasan terpencil di pinggiran kota, dengan sebuah kampung yang di penuhi padatnya penduduk.
Kampung yang terkenal kumuh di kalangan mereka para orang kaya, di kampung itu terdapat satu keluarga sederhana yang tidak terlalu miskin ataupun kaya. Kesederhanaan yang membuat keluarga itu rukun dan harmonis, pasangan dari Arya Admaja dan Safira Admaja yang telah memiliki seorang anak laki-laki berusia 25 tahun yang bernama Marcelino Admaja.
Arya dan Safira sangat bangga terhadap anaknya Marcel, pasalnya Marcel di usianya yang menginjak 21 tahun sudah memilki gelar S2 dengan jurusan bisnis manajemen.
"Sayang aku tak menyangka Marcel menuruni kepintaranmu," kata Safira.
Arya mengangguk dan tersenyum, "aku sudah yakin jika bibit unggul yang ku miliki akan menurun padanya."
"Ck, apa sebaiknya kita beritahukan semuanya pada Marcel, ku rasa ini sudah waktunya, lagipula kau sudah sangat lelah bukan? dan lagi Marcel, ia sudah bekerja dengan baik walau hanya sebagai karyawan biasa di perusahaan."
"Kau benar, dan juga aku memang sudah merencanakan hal ini, terlebih aku bersyukur dengan kesederhanaan ini bisa membuat pribadi Marcel yang sangat baik tidak seperti ku, di umur Marcel atau bahkan mungkin sejak kecil, aku sudah menjadi pria yang sombong dan angkuh, dan beruntung aku mendapatkanmu, hingga aku bisa berubah."
Safira tersenyum "aku lebih beruntung mendapatkanmu."
Arya mengecup sekilas kening istrinya itu dan tersenyum, "baiklah kita beri tahu semuanya setelah Marcel pulang dan ku harap Marcel tidak akan marah dengan apa yang kita sembunyikan selama ini." Safira pun mengangguk setuju dan sama berharap dengan suaminya.
Sore hari di salah satu Kafe di kota Jakarta.
"Apa maksudmu Amara, mengapa kau ingin putus denganku, bukankah kita selama ini baik-baik saja?" tanya seorang pria yang terkejut dengan permintaan kekasihnya yang meminta putus darinya tanpa sebab.
"Memang benar kita tidak memiliki masalah apapun, tapi ini sudah menjadi keputusanku, Marcel kau tahu kau, hanyalah pria yang ku manfaatkan, kau pria pintar dalam bidang akademik, jadi aku memanfaatkan hal itu, selebihnya aku tidak tertarik sama sekali padamu, kau tahu jika aku terus menerus bersamamu aku mungkin tidak akan bahagia, kau pria miskin yang tidak memiliki apapun dan hanya bekerja yang hanya sebagai karyawan biasa dengan gaji yang sangat sedikit, ah ya kelebihan mu selain pintar kau tampan," Kata Amara dengan jujur pria yang berada di hadapannya, yang bernama Marcel.
Amara sudah memiliki gelar S1 nya dan itu semua berkat Marcel, yang membantu Amara dalam membuat skripsi, ataupun tugas-tugas yang di berikan oleh dosennya.
Marcel menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan kalimat yang di lontarkan oleh Amara, "kau bohongkan? aku tidak percaya kau berkata seperti itu !"
Amara berdecih, "aku tidak perduli kau percaya atau tidak! " jawabnya, setelah itu ia melihat ke arah pintu masuk kafe dan Amara pun tersenyum dan membuat heran Marcel.
"Marcel, aku sudah memilki pria yang lebih pantas bersamaku, pria kaya yang bisa membuatku bahagia karena dia bisa membelikan apapun yang aku mau," ucapnya dengan tersenyum pada pria yang menghampirinya dan lalu mengecup kepala Amara.
Marcel mengepalkan kepalan tangannya dan menatap tajam dua manusia di hadapannya.
"Baby aku sudah terlalu lama menunggumu di luar dan itu membuatku kesal !" ucap pria yang menatap Amara yang terlihat begitu memuja.
"Aku sudah selesai sesaat sebelum kau datang, kalau begitu ayo kita pergi."
Marcel berdecih, "ku harap kau akan menyesal telah mengkhianati ku."
Amara berdiri dan pinggangnya yang di rangkul oleh kekasihnya, "kau bercanda, menyesal? hahaha omong kosong!"
"Sudahlah sayang jangan peduli kan dia, ayo kita pergi aku sudah mengingingkanmu," ujar kekasihnya sambil mengecup leher Amara.
"Alan, sabarlah sayang, ini tempat umum," ucap Amara.
"Kalo begitu cepatlah !" Amara mengangguk dan mencium sekilas bibir kekasihnya di hadapan Marcel, tanpa rasa malu bahkan hingga semua orang di kafe itu melihatnya.
"Tunggulah di mobil aku akan segera menyusul," pria itu mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Marcel dan Amara, memberi kesempatan pada Amara agar membuat Marcel tidak lagi mengejarnya.
Sebelum pergi kekasih Amara, menatap sinis ke arah Marcel bahkan dengan tatapan yang terlihat menghina darinya, Marcel mengontrol emosinya, ia tidak ingin bertindak bodoh hanya demi wanita yang bahkan tidak menghargainya sama sekali.
"Dia Alan kekasihku, seorang Direktur di perusahaan ternama Admaja Company, jadi kau mengerti bukan jika kau jauh berada di bawahnya," ucap Amara sinis setelah kepergian Alan, dengan dada yang di busungkan seolah bangga jika dirinya berhasil mendapatkan Alan.
Berbeda dengan Marcel, la hanya karyawan biasa di salah satu anak cabang perusahaan Will Company, perusahaan yang tadi sebutkan oleh Amara, tentu sangat beda jauh dengan statusnya.
Marcel berdecih dan berdiri menatap nyalang pada Amara bahkan kini ada rasa jijik padanya, wanita yang selama ini dia sayang dan cinta sudah berubah menjadi benci, karena kini la melihat Amara wanita yang tidak jauh berbeda dengan wanita ****** di luar sana, yang memberikan tubuhnya hanya demi harta.
"Kau tahu Amara, aku menyesal pernah mempunyai rasa cinta ini untuk mu, kau tahu kau tidak lebih dari seorang ******."
Amara tertawa, ia tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Marcel, "terserah apa yang kau katakan, ku harap kau tidak lagi mencari ku, hubungan kita selesai sampai disini," setelah mengatakan itu Amara pun pergi meninggalkan Marcel dengan amarah yang memuncak.
Marcel benar-benar menyesal pernah mencintai wanita seperti Amara. Sakit hati, tentu Marcel rasakan, namun kini Marcel benar-benar mendapatkan pelajaran berharga dari kisah nya bersama Amara.
Marcel pun memutuskan keluar kafe dan pulang kerumahnya, dengan menaiki motor matick yang di berikan oleh ayahnya.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, Marcel kau sudah pulang ?"
Marcel mengangguk menghampiri ibunya yang sedang menonton TV di ruang tengah, Marcel duduk di samping ibunya dan mencium tangannya, "dimana ayah ?" tanya Marcel.
"Ayah sedang keluar mengurus sesuatu, kau mau makan ?" tawar Safira pada anaknya.
Marcel menggeleng, "aku belum lapar," jawabnya dengan terlihat sendu.
Safira melihat kesedihan pada mata Marcel, "ada apa ? ceritalah pada ibumu ini."
Marcel menatap ibunya, Marcel ragu apakah dia harus bercerita.
"Apa ini tentang Amara?" tanya Safira kembali menebak, membuat Marcel tersentak dan akhirnya mengangguk.
Ibunya, Safira memang mengetahui hubungan Marcel dengan Amara, bahkan Safira sudah bisa menebak bagaimana sifat asli dari Amara, namun Safira tidak pernah mengatakan apapun, walau kadang terlihat jelas jika Amara di bawa Marcel kerumahnya, terlihat sangat tidak nyaman bahkan terlihat jijik, namun wanita itu pintar menyembunyikan ekspresinya pada Marcel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Anisaq
iya betul sakali
2023-12-03
0
Anisaq
bagus sekali
2023-12-03
0
Ah Reum
apa ini apa ini aku baru bab 1
2023-11-30
0