"Dia Marcel anakku, perlakukan dia seperti kalian perlakukan ku," ujarnya pada para Maid, dan meraka pun mengangguk.
"Baik tuan," ucap mereka serempak.
"Agus, antar tuan muda mu ke kamar nya untuk beristirahat," perintah Arya pada Agus kepala para maid.
"Baik tuan, mari tuan muda," ajaknya pada Marcel sambil membawa koper yang ada sisi Marcel, Marcel pun melangkah mengikuti Agus.
"Aku harap Marcel bisa secepatnya beradaptasi dengan kehidupan barunya," ucap Safira.
Arya tersenyum, "jangan khawatir, bukankah putra kita anak yang pintar."
"Kau benar," jawab Safira sambil tersenyum.
"Ini kamar anda Tuan Muda Marcel, "ucap Agus pada Marcel.
Agus Sambil membawa koper Marcel dan di letakkan nya di dalam kamarnya dekat dengan lemari pakaian.
Marcel mengangguk," terimakasih."
Agus tersenyum dan mengangguk,"tuan muda beristirahatlah, nanti saat makan siang aku akan kemari lagi, dan jika tuan jika memerlukan bantuan ku, tuan tinggal menekan tombol ini, nanti aku atau maid yang lain akan langsung kemari, " Ujarnya pada Marcel sambil menunjuk tombol di dekat meja yang ada di dekat ranjangnya.
Marcel mengangguk, lagi - lagi ia tercengang untuk memanggil para maid saja sudah ada tombol untuk memanggil mereka, tapi itu masuk akal, pikir Marcel, karena dengan mansion sebesar ini, akan sulit jika dirinya mencari atau memanggil seseorang.
Agus pun keluar setelah menjelaskan beberapa hal pada Marcel, Marcel pun menatap sekeliling kamarnya setelah kepergian Agus, kamar yang luas, lebih besar dari kamar nya di kampung, yang bahkan tidak ada apa- apanya dengan yang kini ia tempati, di kamar ini bahkan ada televisi berukuran besar dan kamar mandi pribadi di dalam kamarnya, Marcel pun melangkah ke arah balkon dan mendapati pemandangan yang menyegarkan mata, sebuah taman di bawah sana yang bersih dan indah.
Marcel mengingat Amara, ia lalu terlihat tertawa sinis mengingat perkataan Amara kemarin padanya, jika dia hanyalah pria miskin yang tidak pantas untuknya.
"Amara, ku kira saat ini kaulah yang tidak pantas bersanding denganku!" gumam Marcel.
Marcel dan keluarganya kini tengah makan siang di meja makan, saat tengah makan mereka tidak ada yang berbicara, karena itu adalah salah satu yang sudah menjadi kebiasaan keluarga Admaja sejak lama.
"Marcel apa kau siap? besok kita akan ke perusahaan," tanya Arya pada Marcel setelah selesai makan siang.
"Ayah, bisa kan besok lusa, aku harus ketempat kerja ku lebih dulu," pinta Marcel, karena ingin berpamitan dan mengajukan surat pengunduran diri.
"Tidak perlu, biar asisten ayah yang mengaturnya, jika kau hanya ingin membuat surat pengunduran diri," jawab Arya yang sudah tahu niat Marcel.
Marcel terdiam, dan setelah itu ia pun mengangguk, Marcel tidak bisa membantah ayahnya.
"Baguslah, persiapkan dirimu, kau akan segera memimpin, menjadi CEO di Admaja Company," ujar Arya pada Marcel, Safira tidak ikut campur dalam hal ini, ia hanya bis menyimak, biarlah Arya yang memberikan instruksi pada Marcel, dan Marcel hanya bisa pasrah, dan mengikuti perintah dari Ayah Arya.
Di perusahaan tempat Marcel bekerja, "dimana Marcel? apa dia bolos?" tanya seorang manager disana pada karyawan lainnya yang satu devisi dengan Marcel.
"Kami tidak tahu pak," jawab salah satu karyawan mewakili untuk menjawab.
"Ck, anak itu, mentang - mentang dia akan di promosikan di kantor pusat, sudah berani bolos," decak kesal meneger nya dan lalu pergi dari devisi tempat Marcel bekerja.
Setelah kepergian Marcel, teman-teman di devisi nya mulai terdengar sedikit riuh, mereka saling bertanya tentang Marcel yang tidak biasanya bolos kerja.
"Tidak biasanya Marcel bolos, apa dia sakit?" tanya salah satu karyawan wanita bernama Reni.
"Apa kau khawatir pada Marcel?" tanya temannya lagi bernama Wina pada Reni.
"Ch, aku hanya bertanya bukankah dia karyawan yang paling rajin disini," kilahnya.
"Berhenti membicarakannya, aku malah senang dia tidak bekerja, dengan begitu mungkin akulah yang akan di promosikan, untuk bekerja di kantor pusat," ucap Johan yang kesal karena Marcel selalu menjadi pembahasan mereka, entah itu positif ataupun negatif.
Reni tertawa mendengar Johan mengatakan hal itu, "kau, kau hanya bermimpi, kualifikasi mu sangat beda jauh dengan Marcel."
"Ch, tau apa kau, sebelum Marcel datang akulah yang terbaik disini," ucap Johan kesal, yang memang saat sebelum Marcel belum bekerja, Johan memang paling unggul dalam pekerjaannya, namun sifat sombongnya lah yang membuat semua orang tidak menyukainya, berbeda dengan Marcel yang ramah dan rendah hati pada siapapun.
Johan sangat kesal dengan hal ini, sejak dulu Johan mengklaim Marcel sebagai musuhnya, karena menurutnya Marcel selalu merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya termasuk kabar tentang Marcel yang akan di promosikan di kantor pusat atau lebih tepatnya Johan yang sangat iri dengan pencapaian yang di peroleh oleh Marcel.
Ck, Marcel ada atau tidak adanya kau disini, mereka selalu membelamu, lihat saja kau akan ku buat, kehilangan pekerjaan disini!
batin Johan dan menatap ruang menegernya hingga ia berdiri dan melangkah menemui menegernya.
Tok tok tok..
"Masuk!" sahut seseorang dari dalam.
"Paman, kau sibuk,"tanya Johan, yang ternyata dia menghampiri manager, dan itu adalah pamannya.
Suatu keberuntungan untuknya karena meneger nya adalah paman dari Johan, Johan berpikir bisa memanfaakan hal ini.
"Apa kau tidak punya mata?" kesalnya, karena di hadapannya penuh dengan tumpukan map - map yang sedikit berantakan.
"Ada perlu apa kau menemuiku, apa pekerjaan mu sudah selesai?" lanjutnya.
"Belum, tinggal sedikit lagi, paman tak bisakah kau berikan promosi jabatan itu padaku, bukankah pekerjaanku cukup bagus, lagi pula dia sudah tidak lagi kompeten, karena berani bolos padahal pekerjaan sudah sangat menumpuk,"bujuknya.
Pamannya menatap kesal pada Johan, "kau pikir itu mudah, bukan aku yang merekomendasikan Marcel."
"Aku tahu, tapi bukankah paman bisa membuat Marcel di pecat, dengan alasan Marcel tidak tanggung jawab dengan pekerjaannya,"jawab Johan.
Pamannya menatap Johan dengan sedikit senyuman, dan membuat Johan mengerti, "jika itu berhasil paman tidak perlu risau, aku akan memberikan apapun yang paman mau, bukankah gaji di pusat lebih besar?"
Mendengar hal itu paman nya terdiam, memang benar apa yang di ucapkan Johan, namun itu akan sangat sulit, terlebih untuk bisa bekerja di kantor pusat yang membutuhkan kualifikasi yang tinggi, dan perusahaan Admaja Company, bukan perusahaan yang bisa di suap karyawannya.
"Akan aku usahakan, namun aku tidak berjanji, semua tergantung keputusan di atas," ucap pamannya.
"Baiklah, semoga itu bisa, aku menantikan hal ini," setelah mengatakan hal itu, Johan kembali ke devisi nya untuk bekerja kembali.
"Ck, anak itu, jika bisa mungkin aku yang akan lebih dulu bekerja disana!" decak kesal paman Inya Johan, meneger di perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
epifania rendo
jogan tidk tau ya
2023-11-27
0
Kenzi Kenzi
ya iyalah paman,.....senior nya aja blm ke pusat,masak juniormu mo kau promo in kesana....kamu dulu lah yauwwwww
2023-11-19
0
Kenzi Kenzi
sdh 4 clon orang yg bakalan mlompong sapi ompong atas sukses nya marcel
2023-11-19
0