Lebih dari 13 tahun berlalu. Perang antara Elf dan Manusia masih terjadi. Dan Yeon juga sudah tumbuh kembali. Bahkan dia mulai melanjutkan pekerjaanya.
Dia mulai proses pembuatan alat penempaan super besar terlebih dahulu. Alat penempa itu memiliki daya sihir tinggi, dan alat penempa itu juga memiliki mantra untuk sedikit melunakan logam, juga pembakaran degan suhu tinggi.
Dan itu selsai dalam dua tahun, sebelum dia membuat Knight Golem. Sementara bahan-bahan yang di butuhkan sudah terkumpul. Besi Titanium kelas atas, Blood Stone Kelas Atas, dan lainnya... itu sudah terkumpul.
Bahkan Mana Stone sedang di oleh di oleh di sebuah mesin yang besar. Ruangan itu entah kenapa menjadi alat teknis yang luar biasa. Itu seolah-olah memasuki sebuah ruangan pembuatan senjata militer.
Hingga dua tahun lagi berlalu, umur Yeon sudah 18 tahun. Yeon selsai, namun dia memerlukan sebuah Jantung Mana buatan untuk menstabilkan dan meningkatkan Mana Engine.
Tapi untun membuat itu, dia kurang satu hal, itu sebuah jantung beast yang harus di tingkat Kelas SS.
Ah, soal menyebutkan tikat SS, aku hampir lupa, sesuatu.
Selama 4 tahun ini, Yeon bukan hanya membuat Knight Golem. Bahkan dia juga menjadii petualang.
Ya, dia menjadi petualang. Dia awalnya hanya hendak menghampiri Bion, pamannya. Karena ada seseorang yang ingin dia kenalkan pada Yeon.
Namun dia diam-diam menjadi petualang untuk mencari Beast Kelas SS. Bahkan tak lama ini, dia mendapatkan rekan petualangnya... kalau tisaksalah, Namanya Adalah... Vanesy Glory.
Dia adalah anak pedesaan yang hanya hidup dengan ibunya. Namun dia terlahir dengan bakat yang spesial. Dia terbangkit saat umurnya 11 tahun, dan menjadi petualang saat umurnya 13 tahun, dan saat itu juga dia bertemu dengan Yeon.
POV YEON BLACKSWORD:
"Tidak apa masalahnya dengamu? Aku tidak akan mengajakmu karena ini berbahaya. Ada pula tugas pertama, aku hanya akan menjadi tentara bayaran sementara untuk mengantar orang dalam perjalanan."
"Tidak, A.K.U~ harus ikut!"Dia menatpku dengan tatapan kesal.
"Berhenti mengeluh, Ves. Aku sedang suasana hati yang baik kali ini. Jadi berusahalah untuk tidak membuatku kesal,"Aku menahan pukulan yang di lancarkan oleh teman kecilku.
Dia sudah hampir setengah tahun berpetualang denganku. Kami menerima rasa sakit yang sama dan tertawa bersama. Itu menyenangkan, apa lagi melihatnya membanggakan burung pipitnya yang baru lahir.
Ya, aku memberikan buring itu sebagai hadiah pertemanan. Tapi... aku entah kenapa menyesal sekarang.
Dia sangat keras kepala.
"Ugh, hanya kali ini saja! Kita hanya akan ke Kalberk dan mengantar nya sampai kota BlackBend, kan?"Dia menatapku dengan wajah memohon.
Dia sangat risih, bahkan memegang kakiku degan kuat ketika aku hendak mengabaikannya. Berjalan dengan kaki yang memiliki berat yang tidak seimbang membuatku tidak nyaman, dan aku mulai kesal.
"Argh, baiklah, tapi jangan mengeluh jika perjalanan terlalu lama."
"Benarkah? Yey~!"Dia melepaskanku sambil melompat kegirangan.l, melihatnya seperti ini membuatku sebal.
"Diamlah, jangan terkalu senang. Juga... apa yang kamu lakukan pada burung pipitmu?"Aku menunjuk burung yang setengah bulan lalu. Dulu, itu sebesar ayam, namun sekarang tumbuh lebih tinggi dariku.
"Apa yang kamu katakan! Itu Flare Hawk, Beast yang sangat di minati banyak orang. Dan namanya adalah, (Obor). Dan bukankah kamu yang memberikannya?"
"Tidak, aku memberikannya untuk di makan..."Kataku, datar. "Tapi tidak kusangka dia adalah burung Pipit yang cukup besar, bisakah kamu memberikannya padaku? Aku akan membuatnya menjadi makanan untuk perjalanan jangka panjang ini."
Ves relatif menatap jijik padaku, sementara buring pipitnya mulai tersentak dan menatapku dengan ketakutan. "Jujur saja, aku menyukaimu... tapi entah kenapa aku membecimu,"Katanya.
"Apakah itu artinya setuju?"Aku menatapnya datar.
"Tidak!"Dia memalingkan wajah dengan wjah kesal.
Terperangah, aku menyentuh pipinya, membuat dia memerah. Segera aku menepuk kepalanya, dan berbapik sambil berkata. "Baiklah, kemas barangmu, kita akan berangkat sekarang."
****
"Phan... phan... Berengsek... turunkan aku bodoh..."Ves kelelahan dan terengah-engah di bahuku.
Sementara aku membawanya seperti sekarung pasir. Karena dia terlalu lambat saat berlari. "Tidak, lagipula kenapa harus berlari ketika tujuan kita sudah sangat dekat."
"Itu memakan waktu 30 menit. Dan kita harus lari untuk cepat sampai dan tepat waktu."Aku menurunkannya dari bahuku.
"Oppa!"Sebuah suara takjauh memanggilku. Aku menoleh kesebuah kereta yang sedang terpakir. Sementara itu, Gadis yang dua tahun lebih tua dari Vanesy sedang melambai padaku.
"Disini!"
Segera aku melambai, dan mendekatinya. Segera setelah aku hendak sampai, dia berlari dan memelukku.
"Oppa, lama tidak bertemu... Aku merindukanmu."Dia memelukku sangat erat, sementara aku kebingungan. "Itu hanya satu bulan, Pris..."Aku mengelus kepalanya, dan segera dia tersentak dan menjauh dariku.
Dia tersipu dan menatapku. "Satu bulan terlalu lama, bukan?"
Namanya Priscilla Aurea, keponakan dari Lisa Aurea. Seseorang yang aku selamatkan dari kejaran bandit. Dan aku sudah dua tahun kenal dengan Priscilla, karena bibinya yang memperkenalkannya.
Ah, dia juga yatim piatu, dan hanya tinggal dengan bibi dan pamannya. Namun pamannya satu bulan yang lalu terbunuh dalam perang.
"Bagaimana sekolahmu, Pris?"Aku menatapnya yang sedang memikirkan sesuatu.
"Baik seperti biasanya. Ya... sedikit kesulitan juga, karena banyak laki-laki yang menggodaku."
"Bukankah itu bagus?"Aku mengkat alisku, sementara dia mulai tertunduk dengan wajah di kembungkan.
"Oppa, kamu salah. Itu tidak bagus... kok."
"Ngomong-ngomong, Bibimu hamil, bukan? Aku mendapat kabar darinya,"Kataku sambil mengangkat surat.
"Ya, karena itulah aku ingin pulang ke kota BlackBend. Namun seperti biasnya, perjalanan sangat berbahaya. Ini bukan pertama kalinya aku di antar olehmu, bukan?"
"Ya, dan juga... menurutmu apakah bagus untuk membawanya ke Ekshire City?"Aku bertanya padanya.
"Maksudmu... bibi?"Dia menatapku dengan canggung.
"Itu tidak mungkin, bukan? Kami hanyalah warga biasa disana. Aku hanya beruntung bisa sekolah di akademi Lancler's."
"Cobalah untuk membujuknya, bayangkan betapa sulitnya bibimu saat kandungannya sudah mulai sembilan bulan. Dia membutuhkan seseorang di sisinya, bukan? Kamu gadis pintar, Pris. Pikirkanlah itu,"Aku mengelus kepalanya, sementara dia termenung sebelum memerah.
Dia tersipu dan memalingkan wajahnya sambil mengipaai wajahnya dnegan tangan. "Entah kenapa sangat panas hati ini."
Saat Pris mulai mengalihkan pembicaraan, aku menoleh kesebuah kedai. Anak nakal itu sedang bersantai dengan memesan makanan dengan porsi besar di sana.
"Kamu benar, tapi..."Aku menoleh ke Pris, dan menutup muluntnya dnegan satu jari. "Pris, jika soal dana, aku akan mendanaimu."
"Tunggu... kenapa? Bukankah kamu baru saja membayar biaya sekolahku?"Dia meraih gulungan di cincin di mensinya.
"Paman tidak mungkin, juga bibi belum mengambil Konpensasi atas terbunuhnya paman. Dan dengan kata lain ini kamu, kan?"Dia menatapku dengan tatapan canggung.
"Tapi, kenapa kamu sejauh itu? Bukankah... kamu tidak pernah berhutang pada kami? Bahkan kami yang berhutang padamu..."Aku mendengar itu terdiam, sementara dia sadar dengan sikapnya yang telah meninggikan suaranya.
"Kalian tidak berhutang, dan alasan aku sajauh ini adalah, karena demi membantu sesama teman... uang bukan masalah bagiku."Aku berpikir sejenak.
"Ya, kamu akan tau saat waktunya tiba. Tapi yang jelas, aku adalah orang yang sangat ingin melihat kebahagiaan dunia. Namun perang terus terjadi, membuat kebahagian hilang kapan saja. Sepertinya hal bibimu... pasti sakit setelah kehilangan suaminya... dan itu akan membuatnya terlihat sulit."Aku berhenti, dan menoleh pada gadis nakal.
Astaga, apa yang dia lakukan?! Dia masih dibawah umur! Kenapa dia minum alkohol!
"Pris, sepertinya kargo terakhir sudah siap, bagaimana kalau kita memulai perjalanan?"
"I-baiklah... ayo, ayo..."Tersenyum kecil sebelum berbalik. Dan aku membantunya naik, sebelum...
Aku berbalik dan memukul titik pital anak di bawah umur yang meminum alkohol. Di jatuh tak sadarkan diri, dan segera aku mengangkatnya seprti sekarung pasir lagi.
Adapula pemilik kedai kecil, dia terkejut dan aku meminta maaf juga membayar makanan yang anak nakal pesan.
Segera setelah aku naik kedalam kereta, aku duduk di depan Pris, sementara Ves berada di ujung ruangan. Dia taksadarkan diri, kaeren kupukul sebelumnya.
"Kukira kita akan berdua?"Dia menatap Ves dengan wajah poker.
"Ah, dia sangat keras kepala. Kuharap kalian akur, ya?"Aku tersenyum lembut pada Priss. Wajahnya praktis berubah derastis, karena dia tersenyum manis sambil mengalihkan pandangannya.
"Ngomong-ngomong, siapa namnya? dan sejak kapan kalian kenal?"Dia bertanya.
"Ah, nama—"
"Aku Vanesy Glory, aku bertemu dengan Yeon enam. bulan yang lalu. Dan kami selalu bersama."Ves memtongku, karena dia sudah bangun, namun pura-pura pingsan, itu membuatku kesal.
Hei, perbaiki sikapmu bodoh, bukan seperti itu caranya berkenalan. Kumohon jangan membuatku malu dengan provokasimu.
"Oh, benarkah? Kalau begitu..."Pris berdiri, dan aku melihatnya yang duduk di sisiku. "Aku Priscilla Aurea. Aku dan Yeon sudah dua tahun kenal. Sebelum masuk kelas, aku sering bersama dengan Yeon, namun setelah masuk kelas aku hanya memiliki lebih sedikit waktu. Tapi, apakah kamu pernah melihat oppa menerobos masuk akademi terkenal hanya untuk menemui gadis?"Dia memuluk tanganku.
Astaga, Pris... apakah kamu ketularan kebodohan Ves? Kenapa kamu membalas provokasinya? Padahal ada cara yang lebih baik, kan? Ada pula, dimana aku sering ke akademi, aku hanya berurusan dengan pamanku yang adalah direktur akademi itu.
"Itu tidak benar!"Ves memeluk sisi tanganku yang lain. "Pernahkah kamu melihat Yeon mengkat gadis seperti karung pasir? Tapi dia mengangkatku sangat lembut."
"Tidak, tapi aku pernah di peluk oleh Oppa."
Sial bisakah kalin diam? Aku menghela nafas, sementara Mereka mulai adu mulut dan saling emnatap dengan belati.
Aku merasakan D.J.A.V.U... tetapi mereka bukan istriku. Mereka hanya dua gadis puber yang sedang bersaing dengan pria yang sangat dia sukai...
Toh, lupakan... bukan berarti mereka akan menikah denganku. Dan dengan paras cantik Pris itu, banyak pria yang mendekatinya.
Bahkan Ves memiliki kesan dan daya tarik tersendiri. Dia juga cantik, namun dengan kulit sedikit kecoklatan, namun manis.
*Shhhhh...*
Nafas halus keluar dari mulutku, ada juga aku sedikit mendengarkan pertengkaran sengit mereka, namun sekejap menjadi hening. Aku memusatkan pedengaranku pada radius 30 meter. Sementara mataku terpejam dengan mencoba berkonsentrasi, dan tidur sambil menjaga area sekitar.
Lakukan sesuka kalian, ada kalanya untuk memulai pertengkaran sebelum menjadi teman.
Selamat tidur...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Heydra
Selamat Tidur Guys, Authornya juga udah tidur loh. karena dia gak baca komen aku.
2023-05-23
0