Memberikan Selamat Padanya.

Halo, aku Lyria. Aku tidak menulis jurnalku selama lebih dari dua puluh tahun. Aku sibuk dengan mengatur strategi perang, melatihan orang yang di percayakan oleh Airen, dan mencari orb di Beast Glades.

Bukan hanya itu, aku sibuk mengajari Lania saat itu, dan menjelaskan resiko yang akan dia ambil. Hingga dia sudah dewasa, dia akhirnya bisa melihat sedikit kemasadepan, dan merubah masa depan dengan berlatih denganku.

Tapi aku mulai sedikit curiga padanya, dia terasa aneh. Dia bisa mengendalikan ether begitu mudah, apakah dia benar Lania? Aku sering berpikir seperti itu, namun aku tidak meragukannya, namun meragukan isi kepalanya.

Aku takut... dia seorang Reinkarnasi yang mencari kedamaian. Dari awal dia sudah mencurigakan. Kepintaran, sikap yang sopan, dan bermartabat. Namun yang kurang darinya saat itu adalah sifat dan pikiran yang rasional saat dia dalam tekanan.

Dia seperti tidak pernah punya keluarga, atau seperti sudah pernah kehilangan sesuatu yang berharga baginya. Meskipun dia sudah berusaha untuk mencegahnya.

Tapi aku mempercayainya, karena dia putriku. Aku bingung dan merasa bersalah memikirkan itu, jadi aku hanya memikirkan apa yang paling penting bagiku.

Tapi sebagai keamanan aku memberikannya elixir penambah umur. Casting Sight, potion itu memiliki bahan yang sangat langka, dan bahan utamanya hanya bisa di temukan saat masih ada pohon kehidupan. Tetapi, Viena dulu memberikannya cukup banyak padaku, sebagai permintaan maafnya, karena mendahuluiku.

Awalnya kupikir daun itu tidak berguna karena sehingga aku lupa menaruh setengahnya. dan karena itu aku hanya bisa membuat libih dari limapuluh botol potion Casting Sight. Tapi sebagai gantinya, aku membuat cabang dari Casting Sight.

Itu bukan potion, namun ramuan yang di bakar dan di cium aromanya. Dan bisa mempertahankan kehidupan sampai batas efeknya hilang.

Karena itulah aku tidak terlalu khawatir dia akan menggunakan kemampuannya. Dan aku sudah memperingatinya dengan keras. "Untuk tidak menggunakan kemampuannya untuk hal sepele, juga aku memerintahkan untuk rahasiakan kemampuannya, karena jika seseorang mengetahuinya, itu hanya akan mempersulit dirinya.

Mereka tumbuh cepat, Yeon maupun Rinia tumbuh lebih dekat dan akrab satu samalain. Mereka juga sering bertengkar karena hal yang spele, seperti masalah rambut yang berbeda.

Cukup lucu mendengar Yeon pertama kali mengejek Rinia. "Hei Wanita pengendali petir,"Yeon memanggil Rinia.

Rinia tampak polos, dan tidak menanggapi. sampai dia merasa kesal karen suaranya yang berisik dia menjawab. "Kakak, siapa itu? Wanita pengendali petir?"

"Siapa lagi? orang yang di depanku, kan?"Yeon menunjuk Rinia. "Rambutmu... seperti terambar petir, tidak seperti Kak Lania yang indah."

Yeon terdiam sejenak, mengetahui keselahannya. "Ah, kekanak-kanakan itu ada batasnya, jadi lupakan yang sebelumnya."Yeon menatapku, dia merasa malu dalam dirinya karena mengejek milik orang lain, dan tidak melihat kekurangannya sendiri.

"Aku akan kembali berlatih, jadi lupakanlah yang seblumnya,"Dia memeluk Rinia, dan mencium keningnya. "Maafkan aku, sampai jumpa."Dia pergi.

"Ram...but?"Rinia tidak mendengar Yeon. Hanya saja, dia mulai menarik sehelai rambutnya.  Itu memiliki gelombang yang sangat acak, sehingga membuat Rinia menyadarinya. Rinia menatapku, dia berlinang airmata.

"Hiks... I-ibu... apakah rambut Rinia begitu jelek sampai Oppa mengatakan seperti itu?"

"Hus! Sayang, jangan pedulikan dia, kemari biarkan ibu membalaskan dendammu,"Aku menarik Rinia kedepan cermin. Segera aku mulai mendandaninya sambil menesahatinya.

"Jika ada yang menejek penampialnmu seperti itu. Kamu jangan menangis, tapi berdandanlah, dan tujukan kecantikanmu padanya."

"Aku pulang,"Suara Lania terdengar, dan aku mendongak kebelakang. "Ah, pas sekali, coba lihat ini~"

"Wah~ ya ampun, apakah itu Rinia? Kenapa dia bisa seperti itu?"Lania berbinar, matanya menatap Rinia yang sudah berubah setelah ku dandani selama beberapa menit. Rambutnya sekarang lebih teratur setelah di rapihkan, dan sedikit rambut sisinya kutata dengan rapih.

"Dia lebih cantik dari sebelumnya,"Lania bergumam, sambil melihat dirinya sendiri. "Haruskah aku mulai berdandan?"

Tepat setelah itu, Yeon  yang kembali akhirnya di dekati oleh Rinia. Awalnya Yeon bersikap tenang, namun tersentak ketika mellihat perubahan rambutnya.

"Tuggu, Hei, kenapa kamu tidak melupakannya?"Alih-alih merasa malu atau tersipu, Yeon lebih seperti merasa bersalah. Namun dengan situasinya ini, dia mengerti. Dan Yeon mulai memerah. Dan bergumam sambil mengeluarkaan isi hatinya.

"Itu... cantik,"Segera dia mengelus kepalanya dan melanjutkan. "Sering-seringlah berdandan, karena itu akan mempercantik dirimu, dan tidak akan terlihat seperti wanita pengendali petir... Eh?"

"Oppa!"Lania mengendus, mengembungkan pipinya, dan memalingkan wajah. "Aku tidak akan memaafkanmu, jika mengatakan itu lagi."Kami yang medengar itu mulai tertawa, bahkan membuat Rinia  juga teratawa.

Hari-hari itu begitu damai dan menyenangkan. Sampai Lania Berusia 25 tahun. Lania mulai menikah dengan Virion Eralith. Ya, anak raja Airen Eralith. Tanpa di duga mereka bisa menikah.

Tapi dua bulan sebelum pernikahannya. Aku dan Yeon memutuskan untuk pergi. Awalnya Lania dan Rinia bersikeras untuk menahanku. Tapi mereka akhirnya kalah dengan perkataanku.

"Tidak mungkin... kenapa tiba-tiba?"Tampaknya percakapan kami terdengar oleh Lania dan Rinia.

"Bu, itu bohong, kan?"Lania tertawa kecil. Sementara aku dan Yeon mulai menatap satu sama lain. Dan Yeon pertama yang menjawab. "Kami benar akan pergi, dan membuat tepat yang baru."

"O-oppa, mama... jangan pergi!"Rinia berteriak, sebelum jatuh kepelukan Yeon. "Kumuhon... jangan pergi, Hiks... jangan tinggalkan kami... mengendus."

"Itu benar ibu..."Lania menangis, namun tidak sekeras Rinia. Dia menundukan wajahnya sebelum menempelkannya di pangkuanku.

"Kenapa tiba-tiba ibu, bukankah kamu berjanji akan tinggal sampai kami bahagia?"Dia terisak sejenak, dan sebelum dia bisa meneruskan aku menyela.

"Apakah kalian selama ini tidak bahagia?"Aku mengelus kepala Lania. Sementara Yeon memeluk erat-erat Rinia yang menangis.

"Aku bahagia, ibu... sangat bahagia... hanya saja, jika berakhir seperti ini... ini bukanlah hal yang Rini atau atu inginkan."

"Nak, walaupun kami tidak memutuskan itu juga, kita akan tetap berpisah. Bukankah kamu akan segera menikah beberapa hari lagi?"Hatiku terasa terbakar saat melihatnya menangis sedikit lebih keras.

"Apakah... apakah karena alasan itu?"Lania terisak, dan melanjutkan. "Kenapa ibu mengatakan seperti itu? Aku... aku bingung, apakah sekarang aku harus memilih?"

"Tidak ada yang memintamu untuk memilih, Lania,"Berkata dengan suara yang sedikit dingin, adalah Yeon. Lania menatap Yeon dengan putusasa.

"Yeon, kau... Ugh... ayah, kumohon... kenapa harus berakhir seperti ini... Hiks..."Perubahan derastis dari sikap Yeon itu, membuat Lania menangis keras, bahkan Rinia mulai berteriak manggil Yeon dan aku sambil memohon untuk tidak meninggalkannya.

"Haruskah... haruskah, aku tidak menikah..."Saat Lania mengatakan itu, aku meledak.

"Lania!"

Aku entah kenapa marah, dengan perkataanya. Lania yang mendengar teriakanku berhenti, bahkan Rinia ketakutan dan membenamkan wajahnya di pelukan Yeon. "Dengarkan aku, jika kamu mencintai Virion, jangan hianati persaanya dan janganlah kamu sakiti hatinya. Aku marah, dan kamu harusnya malu dengan perkataanmu tadi, dan menyesalinya. Tapi untuk sekarang, aku akan membiarkanmu untuk mengatakan kesekian kalinya."

"Ya, dan dengar ini Lania."Lania mulai mendengarkan dengan isak tangis kecil. "Yeon dan aku memiliki situasi yang rumit. Aku dan Yeon manusia. Dan kamu adalah Elf, dan kamu akan segera menikah dengan raja Elf yang baru."

Rinia hanya mengis, dan Lania menangis juga namun dengan suara kecil. "Lania, Dengarkan aku,"Aku menarik wajahnya hingga dia menatapku.

"Dalam pernikahan, harus ada wali mereka yang mewakili pernikahan. Sementara aku adalah manusia, namun jika aku hadir dan mewakilimu. Itu hanya akan menghancurkan citra dan martabat Virion, karena mengabaikan peraturan yang sudah didirakan leluhurunya. bukakah aku benar?."Lania terisak, namun mengangguk kecil.

"Nah, itu akan membuat konflik dan perseturuan antara para bangsawan hingga rakyat Elf yang ingin merayakan. Di antara mereka mungkin  sebagian besar tidak setuju dengan pernikahan raja elf menikah dengan  elf yang  di besarkan oleh manusia. Mereka akan waspada karena itu mencurigakan, dan hanya akan di anggap sebagai mata-mata yang berkhianat."

"Aku tidak mengatakannya dengan alasan Lania, ini adalah penilaian Yeon dan aku secara langsung dan memperaktekannya sendiri. dan kalau kamu tidak percaya... Tatatap mataku dan lakukan, dan lihat dengan matamu sendiri, karena besok aku akan tetap tinggal dan hadir dalam pernikahanmu."Lania yang mendengarku tampak ragu segera matanya bersinar, dan menatap kedalamku.

Matanya yang fokus dan tidak berkedip mulai berkaca-kaca, segera itu berlinang airmata sebelum menagis. Wajahnya jatuh kepangkuanku, dan menangis keras.

Merasa lelah, segera aku bersandar sambil mengelus kepalanya. Dan aku bergumam. "Kami takut menghancurkan pernikahanmu, dan aku tidak ingin membuatmu kecewa. Karena itulah kami harus pergi, dan tinggal di Base Glades lagi. Tinggal di hutan Elshir sambil bersembunyi membuatku sedikit gelisah. Jadi aku dan Yeon hanya akan kembali ke Base Glades."

"Membayangkan kalian bersama sudah membuatku senang, nak. Mempunyai anak, sebelum cucu, dan mempunyai puluhan keturunan. Karena itu menikahlah, setelah itu adikmu akan memiliki gelar bangsawan. Dan benar-benar memiliki teman yang seumuran dengannya."

"Tidak, Ibu..."Itu adalah Rinia dengan hidung meler dan tersedu-sedu oleh isak tangis.

"Ugh... ku harap kalian mengerti, nak. Alasanku membantu para Elf perang adalah, karena aku ingin kalian hidup aman dan berharap perang akan segera selsai dengan cepat. Jadi, kumohon jangan kecewakan aku, Lania. Bukakah kamu ingin membuat adikmu bahagia? Jika ya, lakukanlah. Dan juga jangan hianati persaanmu, menikahlah seperti yang kamu inginkan."

Aku mengelus Lania dengan lembut, tampaknya dia sudah lebih tenang. Tapi... Masalahnya adalah...

"Ibu! Jangan tinggalkan Rinia!"Dia manngis telalu kersa, membuat suaranya serak. Bahkan matanya merah dengan airmata dan hidung meler mulai menempeldi pakaian Yeon . "Aku tidak akan pergi dalam waktu dekat, sayang. Kemungkinan sampai kakamu menikah."

Hingga saat itu, kami tinggal duabulan sebelum pernikahan Lania di mulai, dan kami pergi dan menjalani hidup di Base Galades yang sudah kami tinggalkan selama limatahun.

Perang belum selsai meskipun pergerakan mereka mulai sedikit terganggu karena kurangnya pasukan. Dan karena itu, aku selalu memantau gerakan kerajaan sapin yang berhubungan dengan tetangga sebelah. Aku diam-diam mengamati sampai dua belas tahun berlalu, dan aku mendaptkan kabar bahwa... Lania mendapatkan putra pertamanya.

Tampaknya dia melahirkan tepat saat Yeon menjadi bayi kembali. Aku mendengarnya tentu saja sangat senang. Dan berharap dia bisa mendapatkan putri untuk anak berikutnya.

Karena sebagai ibunya, aku segera memberikannya surat padanya. Aku tidak berani berkunjung, karena aku takut menghianati perasaanya. Namun entah kenapa tubuhku menolak  dan secara diam-diam aku memasuki kastil kerajaan Elf dan bertemu dengan Rinia dan Lania yang sedang tertawa.

Rinia tampaknya sudah tumbuh cantik dan dewasa. Bahkan dia juga sepertinya sering merapihkan rambutnya, karena rambutnya yang tergerai, kini menjadi rapih dan lebih teratur.

Untuk Lania, dia sedang berbaring dengan bayi di pelukannya. Keduanya tampak sehat dan bahagia. Ah, aku lupa yang satu ini... Virion, dia berada di sisi Rinia, dia menatap penuh kasih pada Lania dan putranya, bahkan dia hampir seperti ingin menangis sebelum istrinya berkata.

"Ya, ampun... kamu adalah raja, dan seharusnya kamu bisa menahan rasa senangmu itu, sayang."

"A-ah... itu, aku sangat senang, istriku,"Virion tergagap, dan berlinang airmata.

"Agh, berhentilah seperti itu, lihatlah Rinia. Adikku lebih kuat darimu,"Lania menatap Rinia yang tampaknya entah kenapa cemberut.

"Rinia... mungkinkah..."

"Aku sangat senang, kak. Hanya saja... akan lebih baik jika ibu melihat ini."Rinia berkaca-kaca, dan Lania mengerti perasaanya, dan Lania memasang ekpresi yang sama.

Ruangan sepertinya menjadi hening, dan di situlah aku mulai mengetuk pintu di belakangku.

Mereka menoleh bersamaan kearah pintu, dan seketika mata mereka melebar. Yang pertama bereaksi adalah Rinia, dia berlari dan memelukku.

"Ibu... ini, ini benar-benar kamu, kan? Aku tidak berhalusinasi, kan? Kumohon, aku tidak..."Aku mengelus kepalanya, menghentikan teriakan bersemnagatnya.

"Aku disini, sayang..."Aku mengelus  kepalanya, dengan lembut. Dan dia mulai menangis di pelukanku.

"Ibu... kamu datang?"Aku menoleh kearah suara Lania, dia menangis dengan senyum yang lebih bahagia.

"Ya, saat itu aku mendapatkan surat dari Elf kepercayaanku. Dan surat itu Virion sendiri yang menulisnya. Tapaknya... menantu pertamaku masih mengingatku?"Aku menatap Virion yang berpaling dengan wajah merah, dia menggosok hidungnya dan berkata.

"He-hentikan, itu... aku tidak tau kalau kamu datang secepat ini."

Lania menatap Virion, dia masih basah oleh airmata, dan berkata dengan wajah seperti itu. "Sayang, seharusnya kamu memanggilnya 'ibu' mulai sekarang."Virion membeku, tapi terus mendengarkan lanjutan dari istrinya.

"Tapi, terimakasih karena sudah memanggil, ibu, suamiku."Lania memasang wajah yang tersenyum menghangatkan, dan Virion berlinang airmata. Saat istrinya merentangkan satu tangan, Virion jatuh kepelukannya dan menangis lagi.

"I-ini... memalukan ibu, biarkanlah  Virion seperti itu,"Rinia yang berkata, dia sedikit terkekeh dengan sikap milik saudara iparnya.

"Dan, ibu... mungkinkah ini..."Rinia segera menatap Yeon yang ada di pelukanku. Dan aku mengangguk.

"Seperti yang aku katakan... ini Yeon."Aku mendekatkannya pada Rinia, dan Rinia meraihnya.

"Tidak kusangka... itu benar-benar terjadi,"Lania menatap Yeon yang dipelukan Rinia. Rinia tampak sedih dan menempelkan pipinya ke pipi Yeon.

"Ibu, jadi... apakah ingatan tentang kami akan membeku dalam ingatannya?"Lania melepaskan pelukan dari suaminya yang sudah tenang.

"Seperti itulah, dan dia hanya akan sedikit familiar jika dia mendengar namanya, dan ingatannya akan sedikit kembali ketika dia bertemu dengan orangnya langsung, atau hal familiar lainnya."Jelasku.

"Itu... apakah itu, suamimu?"Virion yang berkata, dan ruangan seketika menjadi hening. Dan Virion berdiri dan mendekati Rinia, dia mengamati Yeon dan mengangguk. "Begitu, itu memang dia."

"Apa yang kaulakukan dalam pikiranmu tadi? Apakah kau tidak mendengarnya? Dan juga..."

"Ya, aku sedikit samar mendengarnya tadi, bah—Ack!!"

"Jangan mendekatiku terlalu dekat!"Rinia membenturkan dahinya dengan dahi Virion, karena dia begitu dekat dengannya. Rinia membuat seringai kemenangan di wajahnya, sementara Virion mengerang sambil memegang dahinya yang sakit.

"Ack, kenapa kau melakukannya?"

"Hah, bukankah sudah kuperingati sebelumnya? Hahaha,"Suasana menjadi sedikit berisik ketika Rinia dan Virion berdebat.

Segera Lania tertawa kecil sebelum dia menatapku. "Maaf tentang ini, ibu. Semenjak aku menikah, Rinia dan Virion tidak bisa akur. Ya walau sejak kecil Rinia benar-benar tidak menyukai keangkuhannya dulu, tapi mereka terlihat sedikit lebih dekat, bukan."

"Tidak masalah, dan hal wajar jika adikmu tidak menyukai orang yang sudah merebut kakanya. Tetapi tenang saja, mereka akan terus dekat dan mengerti satu sama lain,"Jelasku.

Lania tertawa setuju, sementara aku terkekeh. Hingga suara bayi menagis, semunya menoleh pada bayi di pelukan Lania. Alduin menangis, berbeda dengan Yeon yang tertidur meskipun dia ada di antara Virion dan Rinia.

"Ngomong, Virion, Lania."Aku memanggil mereka, dan mereka menatapku, dan aku mulai melanjutkan melalui isi hatiku yang tulus. "Selamat atas kelahiran putra pertama kalian."

Terpopuler

Comments

Heydra

Heydra

Sebenarnya udah baca ini berulang-ulang, tapi keinget belum komen sama like.Btw, semanagat Author.

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!