Ayah Yang Tegas

Menaiki tangga, visiku beralih pada masalalu. Dimana ayah sangat lembut dan baik hati, bahkan dia tidak pernah menegur ketika kami melakukan kesalahan. Tetapi dia berubah semenjak aku dewasa, begitu juga pada yang lainnya.

Yang lebih kasihannya lagi adalah saudari bungsu kami. Dia masih anak-anak, namun sudah melihat ayah menegur dan menegur. Yah, meskipun Ayah berbeda padanya, tapi dia masih takut jika ayah menegurnya.

Bahkan ayah juga kadang menghindari teguran di depan Latina yang mungil.

"Haah... apakah dia akan bersikap sama seperti kami saat Latina dewasa?"Gumamku, pada diriku sendiri. Sementara itu pintu keluar ada di depanku sebelum itu bergeser secara otomatis.

Tapi tanpa di duga ibu ada di kamar ayah bersama yang lainnya. Namun mereka sudah tidur, menyisakan ibu yang membaca sebuah buku dongeng di tempat tidur. Ibuku yang sepertinya menunggu menatapku dengan tatapan khawatir, dan bertanya.

"Aku  sudah menunggu, apakah ada sesuatu yang kamu pikirkan?"

"Ibu menungguku?"Aku mengkat alis, tetapi fakta bahwa aku hilang bersama ayah, membuat ibu mengetahui aku masuk keruang rahasia, jadi wajar jika dia menungguku.

"Tidak ada... ibu..."jawabku sambil sedikit menoleh pada yang lainnya. "Apakah tidak apa-apa untuk tidur di sini?"

"Apa yang kamu katakan? Bukankah kalian lebih nyaman berada di dekat  ayahmu?"Ibu memiringkan kepalanya, sementara aku mulai bingung untuk mencari alasan.

"Apakah terjadi sesuatu di bawah?"Ibu mengerutkan alisnya. Aku tidak tahu apakah dia marah atau prihatian, tapi yang jelas alisnya turun perlahan.

"Tidak terjadi apa-apa, ibu..."Kataku sambil mendekat padanya, aku mencium pipinya sebelum jatuh terlengkup ketempat tidur ayah yang lembut, bahkan aroma ayah masih ada di sini.

Aneh, aroma ayah bisa menenangkanku, membuatku lebuh nyaman jika ada ini...

"Selamat malam ibu..."Aku berkata sambil memendam wajahku di kasur. Dan ibu dengan lembut mengelus kepalaku. "Selamat malam sayang, dan jika kamu berubah pikiran sebelum tidur. Kamu bisa bertanya padaku."

"Tidak ada ibu,"Jawabku bersikeras meyakinkannya.

"Kamu ingat apa yang kukatakan, Lydia? Lebih baik jujur dari pada memendamnya,"Ibuku kembali meyakinkanku, dan aku mulai berbalik dan menatap ibu yang membuat seringai.

"Maaf ibu, tetapi apakah baik-baik saja untukku mengatakan ini?"

"Persiapkanlah dirimu, sayang. Jika sudah memutuskannya, kamu hanya perlu mengatakannya,"Ibu memegang tanganku dengan lembut, membuatku sangat nyaman berada di sisinya.

Aku segera menenagkan diri, sebelum memutuskan untuk mengatakannya. "Apakah ayah benar-benar menyayangi kami?"

Ibuku yang mendengar itu tertegun, dan mengangguk sambil menjawab. "Tentu saja, sayang. Bahkan dia sangat mencintai kalian."

Aku tau itu, ibu... pikirku dalam hati.

"Kenapa kamu bisa mengatakan hal itu? Apakah karena ayahmu mulai berubah?"Ibu menebaknya, dan aku mengangguk.

"Seperti yang ibu katakan, Ayah merubah sikapnya padaku setelah dewasa, dimana dia lebih sering menegur dari pada memelukku dan menciumku..."

Mendengar itu ibu, berhenti sejenak sebelum mejawab dengan jujur. "Sikap lembut nya harus di kurangi sedikit, itu yang dikatakan ayah pada ibu."

Meletakan tangannya di atas tanganku dia menambahkan. "Nak, aku ingat dimana ayahmu sering memanjakanmu, dan sangat menyangimu. Tetapi dalam semua kasih sayang itu terdapat kecemasan."

"Kecemasan?"Aku bergema, dan ibu mengangguk.

"Benar, kecemasan apakah kalian bisa hidup di dunia yang tidak aman ini atau tidak,"Aku yang mendengar itu membeku.

"Nak, dunia ini tidak aman. Ayahmu sudah mengalaminya puluhan kali dalam hidupnya, bahkan aku bisa merasakan sakit dalam kesedihannya..."Suaranya menghilang di akhir, sebelum ibu menyeka wajahnya tanpa sebab sebelum melanjutkan.

"Nak, apakah kamu tahu kenapa ayahmu menjadi ayah yang tegas?"Ibu mentapku, sementara aku yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala.

"Itu karena dia sudah melihat orang yang dia cintai mati di depannya."Mendengarnya dari ibu membuat hatiku jatuh, sementara ibu melanjutkan ceritanya.

"Ayahmu adalah manusia yang memiliki takdir yang terkutuk mekipun dia sudah melewati kematian sebelumnya. Dimana jika dia dalam pertempuran besar, akan ada orang yang dia cintai mati dalam pertempuran, bahkan mungkin pertemuparn kecil sekalipun."

"Di kehidupan pertama Lilulu, Kehidupan kedua Aisha, putri Lilulu yang terlahir oleh cahaya kebaikan ibunya. Ketiga adalah empat bersaudari, sebelum dia keluar dari Abyss dan menghancurkan tubuh terakhir empat bersaudari.

Hingga bertahun-tahun lamanya, Yeon di pertemukan dengan dua lainnya. Sylvia dan Esme, dua orang yang Yeon cintai. Dan dia tidak tahu apakah mereka hidup atau tidak. Juga putri mereka Sylvie dan Gisele yang di bawa oleh mereka.

Dan kehidupan selanjutnya adalah yang lebih parah. Yeon belum pernah  memiliki ibu sebelumnya. Namun dia terbunuh dengan tragis di depan matanya, tapi untungnya Siscia bisa  di selamatkan, walau dia di sembunyikan dari Yeon, karena menghindari trauma masa lalu yang lebih parah."

"Sebelum dia mendapatkan dirinya di kehidupan ini..."

"Ayah kalian tidak memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya, namun dia akan merasa familiar dan merasa mencintai mereka. Bahkan dia cepat beradaptasi dengan kehidupannya yang sekarang dan mengembangkan teknologi yang pernah dia kembangkan di kehidupan sebelumnya."

"Tapi, untuk sekarang yang ada dipikirannya hanyalah kalian,"Ibu menyeka airmataku, aku hanya diam sambil terisak, sementara ibu mulai melanjutkan.

"Terkadang dia memikirkanku, namun dia mengerti aku dan melakukan yang seharusnya dia lakukan. Tapi berbeda dengan kalian. Ayah kalian menyadari kesalahan mengajarnya, dimana dia mengingat bagaimana dia berperilaku pada anak-anak."

"Dia terlalu memanjakannya, hanya mencintainya dan tidak pernah melarang kalian sama sekali. Bahkan jika ada sesuatu yang kalian inginkan, ayahmu akan berusaha keras untuk mendapatkannya."

"Tetapi, nak. Ayahmu bertekad untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah dia sukai. Itu adalah ketegasan seorang ayah, tetapi dia melakukannya agar kalian bisa dewasa dan mandiri. Dan mengetahui betapa kejamnya dunia ini,"Ibuku mengelus rambutku, sementara aku memendam wajahku di bantal ayah yang kutarik tanpa sadar.

"Ayahmu tidak menyukai kalian cepat dewasa, juga tidak baik untuk memanjakana kalian berlebihan. Karena itu, dia merubah sedikit sikapnya pada kalian. Dia membuat pengaturan pada dirinya, dimana dia hanya boleh memanjakan anak yang lebih dari sepuluh tahun. Dan sedikit bersikap tegas pada anak yang sudah  lebih dari tiga belas tahun."

"Bukan hanya itu, bahkan Ayah kalian membuat pengaturan pada dirinya tentang kami. Seperti yang kalian tahu, Yeon memiliki puluhan kekasih, namun dia tidak memiliki anak kandung sama sekali, bahkan tidak pernah menyentuh kami sekalipun."Ibu berhenti dan melanjutkan.

"Pengaturan itu sudah lama, namun dia mengatakan..."Ibuku berdehem, dan memasng ekpresi dingin, dan berkata.

"Aku tidak pernah berani melakukannya jika dunia ini benar-benar aman bagiku. Hidup indah dan tenang, aku menginginkannya. Namun apa gunanya jika dunia tidak aman? Aku takut kalian terbunuh, aku takut nanti putra dan putri kita juga ikut terbunuh. Tetapi aku tidak takut mati, meskipun ada kekhawatiran, jika aku mati lebih dulu, bukanhkah kalin bisa mencari yang lain."

"Sudah cukup bagiku menjadi bajingan dan pria yang sangat buruk. Dan setelah kalian mendengar ini dariku secara langsung, kuharap kalian memiliki keingin untuk meninggalkanku. Tenang saja, aku tidak merasa sakit atau papun itu, namun aku senang karena kalian tidak terlibat denganku.

Karena jalan yang aku ambil adalah kehancuran, dunia damai bukanlah eraku, aku lebih suka berperang karena jika perang sudah selsai dan musuhku semunya menghilang, aku akan dengan senang hati hidup bersama kalian, mendapatkan putra dan putri kandungku.

Aku sangat menginginkannya! Aku... menginginkannya...."

Ibuku berteriak tiba-tiba, membuatku tersentak. Sementara itu ekspresi dingin menjadikan rasa bersalah dan sedikit berpaling, dan dengan suara pelan melanjutkan. "Namun takdirku terkutuk, musuhku masih berkeliaran dan menciptakan sebuah antek-antek baru untuk menghancurkan hidupku. Karena itu aku lebih takut kehilangan kalian dari pada kehilangan anggota tubuh bahkan

Kematian mengenaskan sekaliapun... tenang saja, kalian tidak membebaniku, hanya saja... aku takut... Kehilangan lagi..."

Ibu berhenti, dan air mata berlinang di matanya namun segera dia menyekanya. Sementara aku menyadari isak tangis keluar dariku, dan aku meulai menyekanya, sambil menenangkan diri.

"Ya, meskipun itu sudah lama... itu masih seperti baru dan membekas di pikiran kami,"Kata ibu yang mengelus kepalaku dengan lembut.

"Nak, kami sudah melihatnya hancur berkali-kali. Itu membuat kami sedih dan sakit hati, namun dia selalu kembali karena tidak ingin membuat kami khawatir. Dan untuku kalian..."Ibu menoleh kearah lain, dan aku menyadari yang lainnya sudah bangun, dan tampaknya mendengar dari awal sampai akhir percakapan kami.

Mereka menangis, lebih tepatnya Laina yang jarang menangis mulai menangis lebih keras dari Latina.

Ibu menyapu kami dengan senyumnya yang lembut. "Kalian bisa memutuskannya sendiri. Dimana jika sudah dewasa, ayahmu sangat ingin kalian tumbuh dewasa dan mandiri. Dan kalian akan tahu suatu hari nanti."

"Dan saat kalian masih menjadi putrinya, kalian harus merahasiakan perasaan kalian, dan menganggap dia seorang ayah, dan renungkanlah teguran yang ayah kalian berikan. Karena ayah kalian, menganggap kalian seperti sebuah permata baru yang tidak boleh di sentuh sama sekali, bahkan sehelai rambut pun."

Mendengar itu aku mengangguk, sambil memegang lengannya. "Baik ibu..."

Terpopuler

Comments

Heydra

Heydra

Hm... Sylvia sama Esme gak mati, hanya bersembunyi. Ingat episode tiga menjelaskan ini.

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!