Kami sudah membawa suami kami kekamar. Aku khawatir dan takut, karena ini baru pertama kalinya hal ini terjadi. Dia terluka dan terkuras secara mental.
"Tunggu, apa yang kamu bawa Viena?"Suara Mithy mengalihkan perhatianku dari Yeon yang tertidur di depanku.
"I-aku menemukannya, di reruntuhan ruangan... sepertinya Suami... yang membuatnya... taklama ini,"Jawab Viena dengan tergagap.
Sementara di tangannya adalah sebuah bilah pedang tanpa gagang. Pedang itu memiliki bilah hitam, dengan ujung bilah merah terang yang menghiasinya dengan motif seni yang bergerigi.
"Haruskah kita sembunyikan?"Niym, menatapku, dan aku menggelengkan kepala. "Tidak, simpan itu di sanah, karena itu mungkin yang terakhir dari Blood Stone."Aku menunjuk kesebuah meja.
Segera Viena meletakannya dengan hati-hati di sanah, di sebuah kain putih bersih di atas meja.
"Ngomong-ngomong, anak-anak menggedor pintu diluar haruskah kita izinkan mereka masuk?"Mithy menatap sebuah pintu, sementara sebuah penghalang peredam suara menghalangi pembicaraan dan suara dari luar.
Namun kami bisa mendengarnya dari balik pintu. Mereka dengan putusasa menggedor pintu yang di kunci dengan mantra penguncian.
"Biarkan mereka masuk."Aku mengizinkannya, segera pintu terbuka anak-anak bergegas masuk dengan panik.
"Ibu, kenapa tiba-tiba menguci pintu?"Lydia bertanya padaku, namun berhenti dengan tatapan yang muram. Dia menatap Yeon yang terbaring, dan menatapku dengan cemas.
"Apakah gucangan ada hubungannya dengan ayah?"Leina yang bertanya, dia perlahan menghampiri kami dengan yang lainnya.
"Itu benar,"Jawabku.
"Ayah, apakah sesuatu terjadi pada ayah?"Latina mulai berlinang airmata, sementara kedua tangannya di letakan di lengan Yeon.
"Tenang Latina, ayahmu baik-baik saja,"Kataku menenangkannya. "Ya, dia akan baik-baik saja, jadi jagan khawatir."Viena mengangguk setuju, namun matanya sedikit goyah, membuat anak-anak menatapnya dengan ragu.
Itu membuat mereka semakin takut, sementara kami juga merasa sedih dan khawatir. Sesuatu yang belum pernah kujelaskan pada anak-anak adalah, kutukan Yeon. Aku khawatir mereka akan seperti aku atau yang lainnya saat itu.
Itu kehilangan minat dan nafsu makan. Namun setelah terbiasa dengan kondisinya, kami mulai bisa berdamai dengan itu, walau masih memiliki kekahawatiran besar soal kekuatannya yang tidak bisa dia kontrol.
******
Lebih dari satu bulan Yeon koma, kami tidak bisa berbuat apa-apa, namun menunggunya untuk bangun. Dan selama itu, aku menjelaskan kutukan Yeon pada anak-anak. Bahkan kepergian Niym dan Mithy di tunda, mereka ingin berpamitan kepada suami mereka sebelum pergi, jadi mereka menunggunya bangun.
Aku juga menunggunya, kami menemani Yeon secara bergantian. Ini demi mengamati kondisinya, dan jika sesuatu terjadi, kami bisa langsung...
*Rumble! Rumble!*
Getaran dengan gemuruh kecil mengguncang lahan pertanian kecil di dekat gua. Aku yang sedang menyiram tanamanku menjatuhkan wadah air di tanganku, segera berlari masuk kedalam gua.
"Ibu! Ayah... sesuatu terjadi pada ayah!"Lydia berlari kearahku dengan berlinang airmata. Aku segera membuka kamar Yeon, tanpa memikirkan siapapun, aku melihat Yeon yang berbaring.
Aura gelap di tubuhnya keluar dan berputar di udara. Namun ada cahaya lain di sekitarnya. Cahaya putih emas dan hijau... miliki Viena. Dia menggenggam tangan kanan Yeon dengan dua tangannya, sementara tubuhnya mengeluarkan aura nya.
"Kutukan... aktif..."Aku menangkan Lydia yang tidak aku sadari dia memelukku.
Menoleh pada anak-anak yang lain, mereka memeluk Niym dan Mithy yang sedang duduk di kursi di sudut ruangan. Dia terlihat murung dengan ekpresi sedihnya, hampir tidak bisa menahan tangis.
Segera aku menoleh pada Viena, dia terus memasukan kekuatannya ketubuh Yeon. Menekan aura hitam yang keluar di tubuh Yeon.
"Viena, apa yang kamulakukan... mungkinkah...?"
Aku berhenti ketika melihat rambut Viena mulai berubah. Itu menjadi putih dengan sedikit warna pudar kehijauan, dari ujung rambutnya.
Sementara kekuatannya terkuras ketika Yeon menyusut. Dia terus menyusut, dari 19 tahun menjadi 0 hari menjadi bayi.
Dia tidak bergerak, namun dengan nafas setabil dia tertidur. Namun berbeda dengan Viena. Dia bersandar di bangku, sementara nafasnya terengah-engah dan berkeringat, dengan mata penuh dengan arimata.
Ruangan menjadi hening, sementara Viena meraih Yeon yang mulai di selimuti oleh kain bersih. Dia terisak namun tertawa, tidak memikirkan orang di sekitarnya. Dia juga bahkan menangis, saat membawa Yeon dalam pelukannya. Dia menciumnya dan terisak. hingga dia menoleh padaku, dia tersenyum padaku.
"Aku... aku berhasil... aku berhasil, Lyria... aku berhasil... hiks..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Heydra
Ah, Apa yang Vina lakukan? apakah dia yang mengubah Yeon menjadi bayi, atau alami kutukannya yang aktif?
2023-05-23
0