Berangkat Untuk Berburu

Pagi tiba begitu saja, sementara cerita malam itu masih membekas di kepalaku. Aku bangun dari tempat tidur ayah, dan menyusul ibu dan yang lainnya.

"Ah, Lydia, selemat pagi,"Laina menyapaku saat aku membuka pintu.

"Apakah aku kesiangan?"

"Tidak, kami baru bangun dan ibu sedang memasak untuk sarapan. Karena itu ayo kita membantu ibu,"Laina menarikku ke dapur.

"Bagimana dengan Ayah? Apakah dia sudah bangun?"Aku bertanya padanya.

"Ayah sudah bangun lebih dulu dari kami, dan sepertinya dia sedang bersiap untuk berburu,"Jawabnya dengan wajah yang tampak tidak ceria sama sekali.

Sepertinya cerita itu masih membekas pada dirinya, dan kemungkinan yang lainnya juga.

Sampai di dapur aku melihat ibu yang sedang memasak, di bantu oleh Leina yang sangat bersemangat membantu ibu. Sementara Latina dan Layla sedang mengupas beberapa kentang.

"Lydia, selamat pagi sayang,"Ibu menoleh padaku saat membalikan steak daging di wajan.

"Selamat malam ibu, apakah ada yang bisa aku bantu?"Aku bertanya, sementara Lydia menarikku untuk tidak bertanya dan melakukannya saja dengan bertindak alami.

"Untuk saat ini tidak perlu, lihat lah Latina, dia sangat pintar dan sudah lancar untuk mengupas kentang itu, bahkan mereka hampir selsai,"Ibu menunjukan Latina yang sangat anteng, sementara Layla mulai memetong-motong kentangnya.

Apakah hal malam itu membuatnya terdorong untuk lebih serius? Pikirku, sambil mengingat Latina yang baru mulai membantu ibu kemarin.

"Erm, bagai mana memasak?"Aku bertanya lagi.

"Ada Leina disini, jadi akan terlalu ramai jika Laina dan kamu bergabung dengan kami,"Jawabnya sambil melihat Leina yang menaiki kursi kecil untuk mencapai pandangan yang lebih baik.

"Begitu, kalau begitu aku dan Laina akan menunggu di meja makan,"Kataku, dan ibu mendengarku mulai melambai, sementara kami segera berbalik dan menuju meja makan.

"Kamu baru bagun juga? Apa baru mandi sehingga tidak sempat dapat kerjaan?"Aku menatap Laina yang tersipu, dan aku mulai mengabil kursi di meja makan.

"Mereka curang, mereka tidak membangunkanku agar mereka kebagian kerjaan?"Jawabnya yang mulai mengambil kursi di depanku.

Ini juga aneh, Laina lebih dewasa dari pada kami, namun dengan sikap yang sedikit pemarah dan terlalu bersemangat. Dia biasanya bangun lebih dulu dari yang lainnya, namun sekarang dia terlambat.

"Apakah malam itu menganggu tidurmu?"Aku bertanya padanya, sementara pandanganku tertuju pada ibu yang sedang masak sambil berbicara santai dengan Leina.

"Kupikir begitu... ini membuatku sadar bahwa sikap kasarku pada ayah tidaklah baik. Karena itu aku takut... ayah membenciku," Telinganya tekulai dengan air mata yang mulai keluar dari matanya.

"Ayah tidak akan membenci kita, Laina. Jangan membuat pikiran itu membuatmu menjauhi ayah, dan juga... apakah kamu pernah mendengar ayah mengatakan, bahwa dia membenci kita?"Jawabku sambil menenangkannya.

"Kamu sangat dewasa, Lydia. Dan entah kenapa aku sedikit iri padamu. Tapi... terimakasih,"Dia kembali ceri, dan tersenyum padaku.

"Laina, bisakah kamu membawa ini kemeja makan, dan untuk Lydia tolong panggil ayah di luar,"Ibu berbicara pada waktu yang pas, karena kami sudah selsai berbicara.

"Baik, bu,"Leina berdiri dan berjalan menghampiri ibu. Sementara aku mulai berdiri dan berjalan menuju keluar ruangan.

Sampai pada tujuan, aku melihat ayah yang berada di luar, dan sedang berbicara dengan seorang wanita yang familiar.

Rambut yang terlihat sehalus sutra dan mata dingin seperti kepulan es itu... itu tidak salah lagi.

"Bibi Niym? Apakah itu kamu?"Aku berseru saat mendekati mereka. Segera mereka menolah, dan aku benar bahwa itu adalah bibi Niym. Dan dia berbinar saat melihatku.

"Lydia! Lama tidak bertemu!"Dia berlari dan memelukku, sementara aku bisa merasakan kulitnya lembut seperti giok tanpa cacat.

"Ah, kamu menjadi lebih cantik~"Dia lebih menekanku kepelukannya.

"Lama tidak bertemu, Bibi... dan Terimakasih. Ngomong-ngomong, kapan kamu kemari? Apakah Nori tidak ikut denganmu?"Aku bertanya padanya, saat dia mulai melepasku dan memegangi kepalaku.

Aku bisa melihat wajahnya, dia masih sangat cantik seperti biasanya. Sama seperti ibu ketika dia tanpa riasan.

Ya, baimanapun istri yang di pilih oleh ayah adalah puluhan kecantikan di wilayah mereka masing-masing.

"Aku baru sampai sayang, dan Ugh... Nori baru berumur empat tahun, tetapi dia sangat nakal, jadi aku tidak membawanya tahun ini,"Jawabnya.

"Begitu, pasti bosan baginya karena tidak memiliki teman, jadi wajar saja,"Kataku sambil merenung. "Tunggu, aku menarik kata-kataku, karena Hermina dan dua lainnya pasti sering berkunjung dan bermain dengan Nori~"

"Benar! Mereka sangat nakal!"Bibi Niym, menyetujuiku.

"Batuk, ngomong-ngomong, kamu kesini bukan untuk mencari Lydia dan mengatakan itu, kan?"Ayah menyela kami, dan kami moleh padanya.

Dia sedang duduk di dahan pohon yang terpotong, dan aku juga baru menyadari bahwa ayah memiliki penampilan yang berbeda dari biasanya.

Alih-alih baju kaus dan celana hitam. Dia memakai celana lepis hitam, baju petualang hitam dengan tudung di jubahnya, dan tali pengaman di pinggangnya. Sementara  pedang hitam yang terlihat seperti tongkat berada di pangkuannya.

"Ah, Suamiku, aku hampir lupa... kenapa kamu berpakaian seperti itu? Mungkinkah..."

"Ya, aku ingin pergi untuk berburu, karena kekurangan matrial,"Jawab ayah sambil mencabut pedang dari sarungnya.

Itu hanya sebilah pedang biasa, tidak ada jejak sihir ataupun rune. Namun penampilan bilahnya yang hitam membuatnya terlihat lebih kuat dari pada long sword biasa.

"Kekurang matrial? Kenapa kamu tidak bilang padaku? Aku akan memberikanmu matrial yang kamu butuhkan,"Bibi meyakinkah ayah.

"Tidak, bahan yang kuperlukan akan melukaimu, dan juga tidak ada orang yang mengetahuinya, tetapi aku yakin jika kamu sekalipun terjun kesana, kamu akan mati.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu? bagai mana kalau mencobanya? Aku akan membantumu, sayang,"Balas bibi sambil meyakikan ayah.

Ayah dengan enggan menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku takut sesuatu terjadi, bahkan aku juga tidak bisa menginstruksikan dirimu, karena aku terlalu lemah, dan jika teralalu lama di sanah, kemungkinan aku akan mati."

"Aku mengerti kekhawatiranmu, sayang. Tapi tetap saja... bukankah lebih baik jika mendapatlannya lebih cepat?"

"Sedikit kesalahan, akan meregut nyawa. Kamu adalah istriku, bagaimana bisa seorang suami mengorbankan istirnya demi matrial yang sangat sulit di dapatkan,"Ayah  menatap dingin pada Bibi, dan bibi yang melihat itu malah memerah, bukan menyesalinya.

Hingga dia menyadari kesalahannya, dia akhirnya tertunduk dengan rasa bersalah. "I-ini..."

"Hentikan, kekeras kepalaanmu itu, kamu tidak ada bedanya dengan Nori,  jadi jika Nori sangat keras kepala, biarkan saja dia, karena dia ingin merasakannya kebebasan."Mendengar itu, Bibi mulai mangguk dengan wajah sedih.

Ayah, melihat itu berdiri dan berjalan kemari, dan memeluk bibi.

"Maafkan aku berkata kasar seperti ini Istriku. Tapi ini bukanlah sesuatu yang bisa kamu tangani, meskipun kamu adalah seorang phonix. Adapula soal Nori, dia terlahir keras kepala sama sepertimu,"Ayah menjelasakan sambil mengelus kepala Bibi dengan lembut.

"Kamu harus mengerti dia, dan bagaimana cara membujuknya. dan jika dia sulit di atur, kamu harus mulai dari pendidikan dengan mengancam sesuatu yang sangat dia inginkan."Bibi yang mendengar itu, memejamkan matanya dengan wajah yang memerah dalam pelukan ayah.

Melepaskan pelukannya, ayah mencium kening bibi sebelum berkata. "Aku mengerti perasaanmu. Tetapi mengertilah."

Ugh... Itu sangat harmonis, aku sangat iri pada bibi Niym! pikirku sambil menggigit bajuku sendiri.

"Iya,"Bibi mengangguk, sambil memegang keningnya dengan wajah yang merona.

"Dan, bukankah ada sesuatu yang ingin kamu katakan?"

"Ah?"Bibi tersentak, dan meraih sesuatu di cincin penyimpinan di jari tengahnya, sementara di jari manis adalah cincin pernikahannya, itu sama seperti milik ibu. Sebuah cincin yang mengandung mana yang sangat besar, cukup banyak untuk membuat penghalang yang bisa menahan serangan sekala besar.

Tetapi meskipun itu hanya cincin biasa, aku tetep menginginkannya.

Haruskah aku segera menikah dengan ayah? Pikirku, namun pikiran itu tidak berguna untuk sekarang, karena dia ayahku. Tetapi suatu saat, dimana usiaku sudah memasuki usia menikah aku akan memintanya.

"Aku ingin memberikan ini,"Bibi menjulurkan sebuah benda sebesar dua kepalan tangan yang di satukan. Itu kristal merah darah yang sagat indah. Dan ayah yang melihat itu bergumam.

"Blood Stone? Bagaimana kamu menemukannya?"

"Blood Stone adalah matrial langka yang akan di temukan di sebuah tempat pertumpahan darah besar terjadi. Ini memiliki seratus darah yang berbeda, dan aku menemukannya di dasar jurang di dekat lembah Red Empire,"Jelas bibi.

"Ya, aku mencoba menjelajahi sedikit jurang itu, tapi tanpa diduga ada sebuah tulang belulang manusia, dan yang paling mencolok adalah benda ini. Karena kamu satu-satunya orang yang pernah mengolahnya, aku akan memberikannya padamu."

Bibi meraih tangan ayah, sebelum meletakan batu merah di tangannya.

"Kalau begitu, terimakasih. aku dengan tulus akan menerimanya."

Tepat setelah mengatakan itu, Ayah menoleh padaku, dan bertanya. "Apakah sarapan sudah siap?"

"Ya, dan aku hendak memanggil ayah,"Jawabku dengan anggukan.

Ayah yang mendengarku mengangguk, sebelum menoleh pada bibi Niym.

"Apakah ada hal lain yang ingin kamu katakan?"dia bertanya dengan lembut.

"Tidak, hanya itu,"Bibi menjawab dengan wajah memerah.

"Begitu, apakah kamu ikut sarapan?"

Menggelekan kepalanya, bibi menjawabnya dengan senyum kecil. "Tidak, aku akan langsung pergi setelah ini."

Mendengar itu, alis ayah berkedut.

"Begitu..."Gumamnya.

"Bibi, apakah kamu tidak akan menginap? Atau tinggal lebih lama?"Aku menatap bibi dengan sedih.

"Ugh, itu..."Tangan bibi Niym, terkepal dan gelisah. Dia ragu, tapi di dalam hatinya dia sangat ingin tinggal lebih lama.

"Biasanya, yang lainnya akan mengatakan aku ingin menginap disini beberapa hari. Melihatmu seperti ini, mengejutkanku,"Gumam ayah sambil menatap bibi dengan senyum mengejek.

"Apakah karena kamu malu? Kamu harus lebih jujur, Istriku. Dan ini adalah rumahmu, kamu tidak membutuhkan izin untuk menginap atau tinggal lebih lama."Ayah meletakan tangannya di pipinya, dan melanjutkan.

"Terlebih lagi, kamu sudah lama tidak berkunjung, dan juga kamu harus behenti berkunjung dengan alasan untuk memberikan sesuatu. Asalkan kamu sudah tidak tahan bertemu denganku, kamu bisa datang kemari. Dan aku akan sangat senang jika istri keras kepalaku ini lebih sering berkujung."

Mendengar itu, bibi mulai berkaca-kaca dana memeluk ayah. "Juga, bawa Nori. Pasti yang lainnya akan menannyakannya setelah ini."

"Baiklah, aku akan membawanya minggu depan,"Jawab bibi sambil melepaskan pelukannya.

Segera ayah, mulai berbalik kearahku. Dan aku segera mengkat kedua tanganku, meminta untuk di peluk. Ayah yang melihatku memiringkan kepalanya.

"Ini..."

"Jika bibi mendapatkan pelukan, kenapa aku tidak,"Potongku, dan ayah yang mendengarku mulai tersenyum, dan segera memelukku dengan erat.

Itu hangat, sangat hangat seperti biasanya, membuatku lebih nyaman dan memeluknya lebih erat.

POV YEON BLACKSWORD:

Segera kami menuju ruang makan. Namun alih-alih lurus melewati kridor, aku berhenti dan membuka pintu kamarku. Niym dan Lydia berhenti dan menoleh padaku.

"Kalian duluan saja, aku ingin menyimpan ini terlebih dahulu,"Kataku pada mereka.

Mereka melihat satu sama lain sebelum mengangguk. "Baik, sampai jumpa di ruang makan, ayah."

Mengangguk, segera aku membuka pintu kamarku, dan menuju sebuah meja. Duduk di bangku, aku segera aku mulai memeriksanya.

Hingga beberapa menit, ini benar-benar asli. Ini adalah Blood Stone, yang memiliki tekstur yang sangat rapuh, dan karena itu tidak ada yang bisa mengolahnya, dan orang akan menganggapnya sebagai batu rapuh yang indah.

Namun setelah aku menelitinya, ini memiliki zat yang bisa bercampur degan berbagai logam. Dan cara satu-satunya adalah mencampurkanya dengan logam dalam perapian. Dan semakin bagus logamnya semakin baik hasilnya.

Melihat dari ukuran batu ini, ini bisa di bilang ukuran minimal dari Blood Stone. Dan ini bisa membuat lebih dari dua senjata yang tahan api.

Namun sebagai gantinya, akan sulit untuk membakar dan menempa besi yang sudah bercampur dengan zat batu tersebut. Melihat dari warna batu tersebut, ini hanya bisa di lelehkan dengan suhu yang lebih dari 6,000°C. Dan semakin padat dan pekat warnanya, semakin kuat ketahanan apinya.

Mulai meletakan batu kedalam laci, segera aku mulai menutup laci dan berbalik menghadap kesebuah penyesalan terbesarku.

Menghancurkan tubuh mereka, dan aku belum bisa memberikan mereka tubuh baru, sehingga mereka tertidur di dalam diriku.

Aku harus mencobanya, setelah kembali dari berburu, aku akan membuat tubuh baru untuk Lilith. Aku ingin tahu apakah matrial ini bisa menahan fregmen jiwa dan ingatan Lilith?

Berbalik, aku meninggalkan kamarku sebelum menuju ruangan. "Meskipun aku benci dengan perjanjian. Aku bejanji akan menyiapkan tubuh baru untuk kalian... jadi tunggulah."

******

"Erm.... apakah aku melewatkan sesuatu?"Aku bertanya pada yang lainnya. Beberapa menit sebelum aku datang, mereka terdengar ramai dan heboh, namun ketika aku sampai disni itu begitu sunyi, bahkan istri phonix saya memiringkan kepalanya karen bingung. Sementara istri pertama saya mengangkat bahu sambil memakan, makanannya di meja.

Anak-anak diam, dan memakan makannnya dengan tenang. Mencoba memahami tatapan anak yang menghindari tatapanku, aku menghela nafas.

"Ayolah anak-anak, aku tidak suka ini, tolong jelaskan padaku."

"Tidak, ayah... tidak ada hal yang terjadi,"kartu as mereka yang menjawab. Dan aku yang mendengar Leina mempercayainya, karena dia seperti malaikat bagiku.

"Tetapi... ini mecurigakan, jadi berisikaplah seperti biasanya. Karena aku khawatir sesuatu terjadi pada kalian,"Kataku, dengan lembut memperingati mereka.

Mereka melihat satu sama lain, dan sikecil kami mulai turun dari pangkuan bibinya. Sebelum duduk di pangkuanku. "Ayah, tidak apa-apa, kan?"Latina bertanya.

"Tentu, saja sayang."Aku mengelus kepala Latina, dan tangan yang lain mulai mengambil sebuah garpu dan aku mulai memberikan suapan padanya. "Ini, buka mulutmu~"

"Aaaa~"Latina membuka mulutnya, dan memakan sendok berisi daging. "Bagiman?"

"Enak!"Latina bersemangat, sementara yang lainnya mulai tertawa, dan mulai memakan-makanan mereka.

"Ngomong-ngomong, sayang. Kamu bilang ingin berburu,kan?"Lyria bertanya padaku.

"Ya, dan seperti biasanya, aku akan   pulang sesuai jadual makan."Aku mulai menyantap makananku.

"Aku tidak memintamu untuk kembali tepat waktu,"Lyria berdiri, mengambil kotak makan yang di bungkus, sebelum memberikannya padaku, sebelum melanjutkan. "Hanya saja, kembalilah dengan selamat."

Aku mendengar mulai berdebar, tersenyum lembut padanya, aku mengangguk, sambil menyimpan kotak makan di cincin penyimpananku. "Baiklah, dan Terimakasih untuk bekalnya."

Lyria tersenyum, dan mengangguk. "Sama-sama."

****

Hingga waktu sarapan pagi berlalu. Aku menyiapkan semua keperluanku, mulai dari bekal persediaan, P3K, botol air, dan lainnya.

Untuk senjata aku menambahkan pedang besar di punggung, dan senjata api yang sebelumnya. Aku tidak memiliki bubuk mesiu, namun aku memiliki mana stone dan rune peledak di dalam larasnya yang sudah ku tingkatkan daya ledaknya, jadi untuk sementara aku tidak butuh bubuk mesiu, walau pemakaian mana stone akan lebih cepat terkuras, aku sudah membawa banyak.

Untuk pelurunya, aku sudah menyiapkannya tadi malam.

Memastikan tidak ada yang tertinggal, segera aku mulai berbalik dan memeluk Istri Phonix saya dan mencium keningnya. Sebelum pada anak-anak dan terakhir Lyria.

Dia tersenyum padaku, dan memelukku sambil berkata. "Jangan mencemaskan kami, urus dirimu sendiri, dan pulanglah dengan selamat. Asalakan kamu kemabli dengan utuh, kami sangat senang."

"Ya, kalau begitu, aku berangkat."Segera melepaskan pelukannya, aku berbalik dan berjalan meninggalkan rumah.

"Ayah! Hati-hati!"Suara sibungsu terdengar, segera aku melambai padanya.

Baiklah, sudah cukup perpisahan hangatnya. Visiku berputar, dan pikiranku dan seluruh tubuh menegang saat aku mengambil nafas. Seluruh indraku menjadi tajam dan pesat, sebelum aku bisa merasakan mahluk hidup tigapuluh meter di sekitarku.

Berjalan dalam keheningan, aku melalui hutan dan bergerak menuju selatan.

Menangkap dan menangkap kehadiran mahluk yang begitu lemah, aku mengetahu bahwa aku masih berada di zona aman.

Hingga beberapa meter, aku merasakkannya. Dari segi kekuatan spertinya dia Beast kelas D, jadi aku harus lebih berhati-hati, bahkan mereka memiliki kawanan.

Hingga tepat saat aku menemukannya di depanku, aku melihatnya dengan jelas. Itu sebuah Ghoul yang sedang bersama kawanannya.

"Groook!"Salah satu dari mereka mengeluarkan celotehan saat merasakan kehadiranku. Mereka menoleh padaku, dan sudah siap menerjang.

Dan akupun bersiap, mulai meraih pedang besar di punggungku, aku menanamnya di tanah, sebelum menarik pedang di pinggangku.

"Baiklah, kemarillah mana stone tingkat rendahku."

Terpopuler

Comments

Sami78

Sami78

Nthalah, mungkin saya akan merilis ilustrasi yang mirip sepertinya.

2023-05-27

0

Heydra

Heydra

Cantik bet nih, Niym. Btw Lyria kek gimana? kayak ibliskah?

2023-05-27

1

Heydra

Heydra

Wow, sseru nih, lanjut, Dan semangat.

2023-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!