Ketakutan Yang Tidak Dimenegrti.

Menuruni subuah gunung kecil, aku segera berbalik dan menangkap Ves sebelum lari kembali.

"Berapa yang kamu lihat?"Ves bertanya saat kami berlari.

"Aku tidak melihatnya, namun merasakannya."Aku menoleh kekanan dan kekiri. Malam membuat pandanganku menjadi pendek, di tambah pepohonan lebat menghalangi juga.

Kami berlarian di hutan, berusaha untuk bertarung dan mengalihkan perhatian lawan yang tidak di inginkan.

*Sherk!*

Suara gemerisik terdengar, segera sesuatu melompat dari semak-semak.

"Waaarf!"Srigala yang di balut oleh petir menunjukan tarinya pada Ves.

Alasan kenapa aku tidak ingin membawa Ves adalah, karen beast disini cukup cerdik!

*Bang!*

Aku menghentakan kaki, membuat tanah dan puing terangkat keudara dan cukup keras untuk menghantam mundur srigala itu.

"I-itu... thundur Wolf..."Ves tercengang, dan ini lah alasan kami terus berlari saat malam tiba. Aku bisa merasakan nafas dia tertahan, sementara tubuhnya mulai bergetar.

"Ves, bukankah kamu ingin ikut? Jadi hilangkanlah ekspresi lembekmu itu,"Aku menghunuskan pedangku, sementara srigala itu mulai mundur.

"Aku tidak menyalahkanmu, Ves. Hanya saja pelajari ini, dan ketahuilah posisimu. Tapi bukan berarti kamu boleh menyerah pada hidupmu. Berjuang keraslah untuk hidup, dan lampaui batasanmu..."

*Blam!!*

Aku menerjang begitu cepat, sebelum aku berada belakang srigala. Pedangku sudah menebasnya, sebelum anggota tubuhnya terpotong dua.

"...Karena hanya itulah yang akan membuatmu berkembang."Aku berbalik, menatap Ves yang trinspirasi. Dia menatapku dengan mata sedikit bergetar. Ini juga pertama kalinya aku menunjukan kekuatanku lebih dari beast kelas A.

Tetapi... dia tahu kalau aku adalah petualang kelas AA, namun apa yang dia takutkan dari satu beast ini?

Taklama setelah berpikir seperti itu, suara gemerisik terdengar lebih keras, dan ranting patah terdengar.

"Ves, cari tempat terbuka..."Aku meraih tangannya, dan berlari lagi. Sementara di belakang kami, kawanan Thunder Wolf mengejarkami.

"Aku bisa!"Ves bersorak, sementara aku mualai menarik tubuhnya kebahuku, sebelum merunduk menghindqri terkaman, sebelum kami meluncur dari tebing terjal sebelum mendarat dan berlari kembali.

"Ah? Apakah mereka berhenti mengejar?"Ves berkata saat aku terus belari.

"Tidak, mereka melewati jalan lain."

"Eh? Benarkah? Tapi..."

Suara Ves menghilang ketika aku melemparnya keudara. Mengabaikana terikannya di udara, aku berblaik dan mrnarik pedandku.

*Blaam!*

*Bzzt!*

Sebuah kerucut muatan listrik hacur terbelahdua secara pertikal. Menyebabkan serangan menyebar kedua arah yang menghancurkan tanah dalam lintasannya, dan menghancurkan pepohonan dan batuan yang dia tabrak.

Meskipun serangannya tidak kena, aku tetap terkena sengatan listriknya.

Asap dan puing menghalangi pandnaganku, namun tidak menghalangiku untuk menangkap Ves yang jatuh beberapa detik setelahnya.

Kami melanjutkan pelarian, dengan Ves yang memukul-mukul punggung belakangku, aku terus mencari jalan. Sebelum aku myulai kesal, dan berhenti berlari saat menemukan Area terbuka.

Menoleh kebelakang, kawanan srigala mulai mengitari kami dengan menjaga jarak cukup jauh. Aku juga menurunkan Ves yang sudah tenang, dan siap bertarung.

Geraman demi geraman terdengar, mereka menatap kami dengan liar, namun yang lebih besar dari merka tampak menatap rendah kami.

Apakah dia pemimpinnya tang menyerangku sebelumnya?

Pikirku sebelum sebuah muatan listrik terdengar dan sekelompok srigala siap mengepung kami.  segera aku bersiap dan mulai melirik Ves yang sudah siap juga.

Dia tidak akan ceroboh,kan?

Tepat setelah aku hendak menghentikannya, sebuh lintasan biru cerah terlihat ingin mencaukanku.

Srigala yang di balut oleh petir, mereka sangat cepat. Tapi...

*Ting!*

Pedang berdenting, sebelum melangkah.

*Brust!*

Meledak dan melesat seperti petir aku melesat kearah tiga srigala yang menyerang. Mereka yang terkejut tidak bisa bereaksi saat aku mengayunkan pedangku dan menebas leher mereka secara beratahap dan mengikuti ritme 3 kali gerakan.

*Baaaang!*

Tehnik peratama dari petir...

[Ledakan Petir Yang Bercabang!]

Saat aku menebas srigala yang hendak menyerang Ves, aku mendarat di sebelah Ves. Dengan memutar tubuhku, aku segera berada di posisi sebelumnya.

Para srigala segera mulai mundur beberapa langkah. Namun pemimpin mereka menggeram dan memerintahkan bawahannya untuk berada di posisinya.

Segera bulu mereka terangkat, sementara petir mulai melapisi tubuhnya, sebelum mereka bergerak bersamaan.

Mereka melompat sana melompat sina. Mereka berniat untuk membuat kami pusing.

"Ves, tetap sisiku!"Aku meraih tangan Ves yang sedang di balut oleh sesuatu yang panas. Aku tidak bisa mengalihkan perhatianku kepadanya.

Namun aku bisa merasakannya. Itu seperti sebuah pasir panas. Dia sepertinya mulai memanipulasi pasirnya menjadi kaca.

Dia pintar, namun bodoh... untuk apa membuat terobosan di sini?

Tidak ada cara lain...

*Ting!*

"Bentuk Ketiga dari angin..."

Ototku di sekujur tubuhku seketika menegang. Segera aku mulai menerjang...

POV VANESY GLORY:

Aku bisa!

Aku bisa berkembang sebelum membantu Yeon!

Aku terus memadatkan elemen sihirku. Itu menjadi panas, dan mulai terbentuk... itu jadi, sebuah kaca! Aku bisa menembakan itu, kan?

*Fwwwwoooosshhhh!!* Tiupan angin kencang menerpaku. Namun yang membuatlu kesal, kerja kerasku mulai hancur.

Segera aku menoleh, dan seketika itu membuat mataku melebar...

Di depanku adalah sebuah jalan yang berbentuk parit yang luas, dan lenuh dengan goresan tebasan. Sementara itu, Yeon berada di sebrangku.

Dia menatap tajam pada sesuatu yang sangat cepat... itu srigala bukan?

Segera Yeon saat itu menjadi kabur, dia melesat begitu cepat. Dan saat berada di depan lawannya, dia menebasnya sebelum melanjutkan gerakannya dengan intens namun sangat kuat.

Setiap tebasan yang dia ayunkan mengandung kekuatan murni yang besar. Bahkan itu bisa membuat bilah angin yang mengiri permukaan, dan bahkan memotong pepohonan yang tidak bersalah.

POV YEON BLACKSWORD:

*Bang!*

Tangan pemimpin srigala menghantam tanaha di depanku. Muatan listrik berterbangan di sekitarnya. Aku tidak bisa dengan ceroboh menyentuh tubuhnya jadi...

Aku menyunkan pedangku, mengirimkan bilah sabit padanya. Namun dia cukup cepat. Dia berhasil menghindari setiap seranganku, walaupun dia sdikit tergores dia masih bisa bergerak dnegan cepat.

Aku terus melancarkan serangan yang sama, sambil menghindari srigala yang lainnya, aku juga memotong mereka yang menghalangiku untuk membunuh pemimpinnya.

Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya dia sudah tidak bisa bergerak. Tubuhnya di penuhi oleh luka, sementara para bawahannya terbunuh dan ada juga yang terluka.

Alih-alih melanjutkan, saat itu aku   menyarungkkan pedangku dan berbalik. Aku berjalan menuju Ves yang kebingungan.

"Kenapa kamu tidak menghabisinya?"Dia bertanya dengan kesal padaku.

"Sejak awal aku tidak ada niat untuk bertarung dengan mereka. Dan juga orang yang kusayangi tidak terluka..."Aku mengelus kepalanya, dan seketika wajahnya tertunduk dan memerah.

"Toh, aku juga tidak bisa memusnahkan habitat yang nantinya akan menjadi sumber keuangan para pegualang lain."Tambahku, segera memgang tangannya.

"Ayo, ayo... aku tidak sabar untuk mendapatkan Beast Kelas SS."Segera kami meninggalkan para beast srigala petir.

****

Berlari tanpa henti, aku bisa merasakan tubuhku yang kelelahan, namun aku tetap berlari karena tujuan kita hampir sampai.

"Yon, apakah kamu bisa melawan beast sekuat itu?"Ves bertanya saat berada dalam gendonganku.

"Aku tidak yakin, tapi aku akan berusaha keras,"Jawabku.

"Kamu selalu mengatakan itu, dan bagaimana jika kamu mati? Pikiran itu selalu membuatku... takut."

"Aku tidak yakin akan hidup, tapi setauku aku tidak akan mati semudah itu,"Tepat saat aku berkata seperti itu, aku berhenti.

"Kemana perginya?"Aku menatap kosong pada sebuah tanah yang tertutup. Ingatanku mengatakan bahwa ada sebuah celah gua disini. Kecuali...

Aku segera mengkat kakiku, sebelum aku memghentakan kakiku.

*Blaaaam!!*

Kakiku tertanam di tanah, sementara  tanah mulai hancur dan taklama mulai runtuh. Memperlihatkan sebuah lubanng besar, aku tersenyum sebelum melompat.

"Tunggu, hey!"Ves yang berada di gendonganku memeluku sangat erat. Aku jatuh cukup jauh kebawah, sebelum mendapatkan pijakan.

Segera disini mulai sangat gelap, namun aku menajamkan indraku. Jalan gua terlihat, segera aku mulai berjalan lebih dalam.

Hingga beberapa saat pandangan kami  di terangi oleh kristal cahaya yang familiar.

"Wah...indah sekali,"Gumam Ves yang  memelukku lebih erat dari biasanya.

Kami terus berjalan sebelum mendapatkan jalan bercabang. Dan aku mulai memilih jalan yang familiar. Dimana aku dulu pernah melewati ini.

Segera kami melewati turunan, sebelum kami bertemu dengan jurang yang familiar.

"Ves, kamu tetap disini."

"Apa? Apa maksudmu?"Ves bertanya saat aku mulai menurunkannya.

"Kebawah,"Jawabku sambil menatap jurang yang gelap.

"Tidak, kesitu? Kamu akan mati!"Dia memegang lenganku. Menoleh padanya, dia menatapku ekpresi mengeras.

"Kalau begitu, maukah kamu ikut?"Aku menatapnya. Sementara dia menatapku dengan terkejut, dan bingung.

Namun sebelum dia bisa menjawab apapun, aku menariknya kepelukanku sebelum kamu melompat.

POV VANESY GLORY:

Waktu seperti berhenti ketika Yeon menarikku kedalam pelukannya. Tapi naluri ketakutan menyadarkanku dari lamunan.

"Aaaah! Kamu bodoh!"Aku membenamkan wajahku di dadanya dan berteriak disana. Air mata keluar dan aku memeluknya dengan sangat erat.

*Tang!*

Suara benturan keras terdengar, sementara tubuhku berasa berayun. Segera sesuatu memegang bokongku, membuatku tersentak dan Yeon berkata.

"Perlahan, turunlah..."Dia melepaskan pelkannya dariku namun aku memeluknya dengan erat karena tubuhku menolak.

"Uh, tenanglah..."Dia mengelus kepalaku, sebelum menurunkanku perlahan. Dan saat itu aku tahu, bahwa aku menginjak daratan.

Aku melihat kebawah, dan tak sengaja aku mulai mendur dan tersandung kebelakang.

"Uagh..."

"Hati-hati..."Yeon meraih tanganku, dan menarikku kepelukannya lagi.

"Itu bodoh, kau membuatku takut!"Aku marah, dan memukul tangannya dengan keras.

"Ah, ya... maafkan aku, karena akan sulit jika menjelaskannya,"Jawabnya sambil mencabut pedangnya dari dinding. Dia memperlambat penurunan kami menggunakan itu.

"Sebenarnya sekuat apa tanganmu itu..."Guamamku sambil menggosok tanganku yang memukul tangannya.

"Aku memukulmu, dan hanya aku yang kesakitan,"Tambahku sambil cemberut kesal.

"Tulangku tidak sekuat otoku yang memperkuat tanganku,"Jawabnya sambil menggosok pergelangan tangannya.

"Begitu..."Aku menoleh mengamati area di sekitar kami. "Ngomong-ngomong dimana kita?"Aku menatap area yang kosong, hanya sebuah kegelapan yang menghalangi.

"Kita di dasar jurang, adapula tentang pendangannmu yang tidak bisa melihat lebih jauh, itu karena ada mantra takterlihat disini."

"Mantra tak terlihat?"Aku memiringkan kepalaku.

Dia mengangguk sebelum memberikan sesutu padaku. "Ambil ini, ini akan menghilangkan efek untuk sementara."Aku menerima benda itu.

Itu semacam kalung dengan permata biru. Segera aku mengenakannya, itu mulai sedikit bersinar.

Perlahan aku mengangkat pandnaganku. Melihat kedepan, aku membeku dan akhirnya tahu apa yang Yeon lihat.

Itu semacam ruangan yang sangat luas dan indah. Batuan cahaya menyinari area dan tampak menerangi area-area yang gelap ini. Dan yang paling mencolok di antara mereka adalah sebuah pintu gua yang sangat besar.

"Ayo, kita kesana,"Kata Yeon yang mulai melompati batu dan melompat kebatu yang lain. Dan aku mengikutinya sebelum kami sampai di pintu gua.

Itu tampak luas dan menakjubkan. Namun yang mebuatku bingung adalah, sebuah tekanan yang tidak mengenakan. Tubuhku memiliki perasaan aneh, namun itu hilang ketika melihat Yeon di sisiku, membuatku memegang belakang jubahnya. Entah kenapa aku merasa aman di sisinya.

Juga aku ingin sepertinya... terus maju tanpa meninggalkan rekannya... bahkan saat menghadapi lawan dia tidak pernah gentar sama sekali...

Aku menabrak punggung Yeon, dan tepat saat itu aku mundur dan menatap punggungnya.

"Kenapa kamu..."

"Baaaangg!!"

"...berhenti..."Aku berhenti saat pandanganku mulai berubah. Aku berada di pelukan Yeon, sementara aku mulai mencari ledakan keras sebelumnya.

"Apa?"Aku menatap mata Yeon yang menatap tajam kedepan. Aku yang penasaran mulai menoleh, dan seketika membeku.

"Apa... itu?"Aku terengah-engah, jantungku berdegup sangat cepat, dan tubuhku mulai bergetar.

Sebuah mahluk yang belum pernah kulihat dan belum pernah di dengar berada di depanku. Itu menyerupai laba-laba, namun memiliki tubuh yang sangat besar, dengan dua bilah merah di kaki depannya.

Itu sama seperti pedang yang ada di tangan Yeon, namun lebih besar darinya.

"Tunggu disini,"Yeon menurukanku, sementara aku mulai meraih bajunya.

"Tidak apa-apa,"Dia tersenyum padaku. Melihat itu aku mulai melepaskannya.

Tanpa berkata apapun, dia maju dengan pedang yang di sarungkan. Sementara laba-laba entah kenapa bergetar dan mulai mundur.

"Lama tidak bertemu."Yeon memecahkan keheningan.

"Kieeeeek!!!"Laba-laba itu mulai berteriak, sambil mundur kebelakang. Saat Yeon terus maju, mahluk itu terus mundur sambil menjerit...

Dia takut...

Saat mahluk itu mulaii tersudut, dia berhenti sambil menatap Yeon dengan takut. Tubuhnya mulai bergetar dan semakin cepat, sebelum dia menjerit sangat keras.

"Kiiiiik!!"Dia mengkat dua bilahmya, sebelum menyerang Yeon dengan liar.

"Aku tidak bisa melihat pergerakan mereka,"Gumamku sambil melihat Yeon yang mulai menghindari setiap tebasan yang di lancarkan oleh mahluk itu.

POV YEON BLACKSWORD:

"Tidak, jangan mendekat!!"Laba-laba  iblis mundur dengan tatapan ketakutan.

"Tunggu, aku hanya ingin bertanya—"

"Tidak! Tidak! Jangan mendekat!"Dia mengarahakan bilahnya padaku. Dia tersudut sambil mengancamku.

Aku melihat itu memiringkan kepalaku, sambil menatapnya. Tepat saat aku hendal mengkat tanganku, dia tiba-tiba berteriak.

"Kubilang... Jangan mendekat!!"Dia menyerangku dengan kaki depannya.

*Stab! Stab! Stab!*

*Slahsa!! bang!!*

Dia terus menusuk dan mengayunkan kakinya dengan liar, sementara aku mulai menghindari serangan acak itu.

"Iblis! kamu Iblis! jangan mendekat!!"Dia berteriak histeris.

"Apa maksudmu..."Aku menarik nafas keparu-paruku. Segera aku mulai memperkuat otot di sekujur tubuhku. Sebelum aku mengangkat tanganku, dan...

*Blaaaam!!*

"Shhhhh...."Nafas keluar dari mulutku, meredam rasanyeri yang mengalir kesekujur tubuhku. Di kedua tanganku adalah sebuah bilah besar. Aku mengakapnya dan memegang nya erat-erat.

Sementara itu pijakankanku hancur berkeping-keping, hingga membuat kawah.

Dia sangat kuat...

Jangan sampai dia mengamuk lebih lama, atau Ves akan terluka...

"Cukup!"Aku menatap laba-laba dengan tajam. Namun itu membuatnya lebih parah.

"Hiiiik!! Tidak! Tolong... tolong maafkan aku!!"Dia memeohon sambil berusaha keras melepaskan kaki depannya dari tanganku.

"Diam dengarkan aku, kalau tidak..."Aku berhenti, sementara atsmosfer mulai berubah di udara. Medan gravitasi mulai menjadi berat...

Dan yang paling parah adalah, sebuah batuan yang di sulap menjadi paku merah melayang di udara dan mengarah kearahku. Itu terus bertambah jumblahnya, sementara medan Garavitasi mulai terus bertambah.

"Ves..."Aku menoleh kebelakang. Melihat keadaanya, dia sudah sangat tertekan. namun penghalang dari kalung yang kuberikan melindunginya...

Itu tidak akan bisa bertahan lebih lama...

Aku harus menggunakan itu!

*Crack!*

[Tehnik Pengahncur!!]

*Bang!* Batu hancur, sementara area di sekitarku meledak dan di penuhi oleh puing-puing yang berterbangan.

Sementara itu, kedua kaki depan laba-laba mulai patah. Dia cepata bereaksi, dan berteriak sambil melancarkan rentetan paku.

[Kekacauan!]

Mengangkat kedua tinju, segera aku mulai melancarkan rentetan tinju yang menghancurkan.

Setiap tinju memimiliki kekuatan yang sangat besar, sehingga mampu menghasilkan gelombang kejut yang menghanncurkan paku-paku merah yang  hampir menyentuh tanganku.

Aku terus melancarkan tinjuku, sementara rentetan paku terus di tembakan. Hingga beberapa menit, pandangan di area kami tetutupi oleh debu dan puing-puing.

Serangan juga berhenti, dan tampaknya laba-laba itu kelelahan.

Sekarang...

Segera aku memaksa tubuhku yang sakit untuk maju. Berada di depan matanya, segera aku melesat bergerak kekaki kebelakangnya.

Aku meraih kakinya, sebelum dengan sekuat tenaga aku mulai membantingnya.

*Kaaaaabooooomm!!*

Dunia bergetar saat mahluk besar itu terjatuh dengan kekuatan sedemikian rupa. Sementara daratan retak dan hancur parah, mengakibatkan cekungan besar.

"Phan... phan... phan..."Aku terengah-engah, menatap laba-laba iblis yang tak sadarkan diri.

"Ves..."Aku segera menoleh kebelakang. Segera aku berlari dan memanjat puing-puing yang kami hasilakan.

"Ves!"Aku berteriak panik, sementara aku terus menggali puing-puing dimana Ves berada...

Gunakan itu!

Aku yang sudah lelah memaksakan tubuhku. Aku menarik nafas, segera aku mulai menajamkan indraku.

Ves... dimana... tidak...

Bukan... bukan... ketemu!

"Haaah..."Segera aku berlari kesebuah puing disudut ruangan bagian kanan. Aku memperkuat tanganku dan menggali puing-puing. Dan taklama aku menemukannya.

"Ves!"Aku menariknya kedalam pelukanku. Dia terluka di kaki dan tangannya. Juga beberapa memar di sekujur tubuhnya, namun yang lebih parah, beberapa tulang patah, bahkan ada yang menusuk organ di dalamnya.

Ini membuatku tidak baik, namun dia bernafas, dia hidup...

Segera aku meraih ramuan penyembuh dari cincin penyimpanan. Dan aku mulai memberikannya padanya. Tunggu... dia tidak bisa meminum nya?

Eh? Aku ingat, obat ini sangat pahit... Akan tidak bagus jika dia bangun oleh rasa pahit ini.

Segera aku mulai menuangkan obat itu kemulutku, sebelum memberikannya pada Ves.

Kehangatan itu mengalir kemulutnya, tapi sangat memuakan rasanya. Hampir seperti meminum tinta yang sangat pahit.

Bahkan aku tidak bisa memberikan gula pada ramuan ini. Karena kemurniannya akana hilang.

Dan juga jika kemurniannya kurang, Ves tidak bisa sembuh seperti sekarang.

Semua luka pulih seketika, namun tidak dengan mananya.

Aku akhirnya bisa bernafas dnegan lega. Tapi yang jadi masalah adalah...

Sekujur tubuhku sakit...

Aku bisa merasakan sekujur tubuhku menjerit, dan berdenyut... kepalaku serasa ingin pecah menerima rasa sakitnya, sementara mataku mulai berair.

Aku hendak berteriak, namun tetap bernafas dengan tenang. Aku mencoba untuk pulih, dengan meraih ramuan penyembuh lagi, aku mememinumnya itu untukku sendiri.

Itu pahit, tapi hangat ketika mengalir ketubuhku. organ-organ yang robek dan pecah di tubuhku mulai menyatu kembali, sementara pikiranku mulai stabil perlahan. Bahkan luka luarlu sudah sembuh sepenuhnya.

Segera aku mulai menoleh kearah laba-laba yangku jatuhkan.

*Clak!*

Sesuatu terdengar sangat keras. Segera aku menjadi bingung. Aku menatap tubuh laba-laba yang mengalami keretakan.

"Apa yang terjadi?"Gumamku, segera aku memusatkan indarku. Mentalku lemah, jadi aku sedikit bingung untuk menilainnya.

Tapi ada sesuatu yang pasti... tidak bernafas...

Dia mati...

Aku tidak yakin, tapi ada tanda kehidupan di yang lemah di tubuhnya. Segera suara berderak terdengar lebih keras.

Tubuh keras laba-laba itu hancur, sementara itu, tubuhnya mengeluarkan cairan putih yang menjijikan.

"Apa itu?"Sesuatu mengalihkan perhatianku. Aku merasakan kehidupan kecil yang bernafas. Dia memiliki kehadiran yang sama dengan laba-laba Iblis, namun lebih lemah.

"Haruskah aku melihatnya?"

Terpopuler

Comments

Heydra

Heydra

Ada kesalahan Typo, tapi gak apa-apa, semangat min.

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!