Satu bulan berlalu, setelah Yeon kembali menjadi bayi. Dan Viena juga koma dan baru sadar tak lama ini, dan dia menjelaskan apa yang dia lakukan pada Yeon.
Penjelasan itu terus teringat di kepalaku. Namun sesuatu yang lebih menganggu kali ini adalah, bukan penjelasan itu. Melainkan... ayahku.
Dia di depanku, sekarang ada seornag pria yang sedang duduk di kursi santai sambil membaca sebuah novel.
Menurut anak-anak orang itu sudah lebih dari dua hari disini setelah aku pergi untuk mengunjungi Rinia di hutan Elshire.
Keadaannya baik-baik saja, di tinggal dengan damai di sebuah tempat terpencil. Kemungkinan dia lebih suka tepat yang tenang dan sepi.
Berbeda dengan Lania, aku tidak bisa mengunjunginya, karena dia berada di kerajaan yang di jaga lebih ketat dari biasanya.
"Ayah, di katakan kamu sudah dua hari disini? Apakah kamu tidak takut dewa lain menemukanmu melannggar peraturan?!"Aku memarahinya.
Dia tidak mengalihkan pandangan dari bukunya, namun menjawabku dengan lembut. "Aku... bangkrut."
"Apa?"
"Aku bangkrut, dan mereka sudah tahu akan hal itu."
"..."Memiringkan kepalaku.
"Ayah? Apa maksudmu dengan bangkrut?"
"Seperti ini..."Dia mulai menjelaskan dengan menoleh padaku.
"Sesuatu yang dimiliki olehku sudah di ambil, jadi aku tidak memiliki apa-apa lagi. Toh, aku tidak peduli, aku hanya ingin bersantai, jadi apakah itu cukup?"
"Tunggu, apakah itu mungkin? mengambil kekuatan orang lain?"Aku menatapnya bingung.
Ekspresi tenang Ray mulai menjadi masam. "Tentu saja tidak, namun berbeda dariku. Seperti yang kamu tahu, Yeon adalah kekasihnya. Dan menyuruhku untuk menolongnya dengan diam-diam. Tapi... bukan itu intinya."
Dia menjentikan jarinya, segera kami masuk Ke (Lautan Jiwa/Alam Jiwa)miliknya. Itu seperti biasnya, alam jiwa adalah sebuah dunia kecil di tubuh kami. Namun miliknya seperti milik Yeon. Terlalu besar, sehingga dia membangun dan menciptakaan kehidupan manusia jaman moderen disini.
Melihat perkotaan dari atas gedung, aku mulai menoleh pada ayahku yang mulai menjelaskan.
"Ada beberapa mata-mata di antara kami."
"Apa?"Aku mengerutkan alis.
"Lyria, Dewa bukanlah sesuatu yang bisa kamu pandang dengan baik. Mereka juga memiliki pikiran dan hati, mereka juga bisa mati. Mereka juga tidak sepenuhnya baik, dan mendukung perkembangan yang lebih rendah."Dia berhenti, dan melanjutkan.
"Dua atau tiga, di antara mereka adalah mata-mata yang gagal di bunuh dalam perang oleh Yeon. Dan mereka juga setia dengan tuannya, Sang Dewa Iblis Jahat, Zerobus."Dia mengangkat tangannya, dan menjelaskan.
"Seperti yang kamu tahu, aku tidak bisa bertindak sesukaku. Dan bertindak di luar batas akan menimbulakan masalah besar. Bahkan para Dewa tidak bisa bertindak secara langsung sepertiku, karena itulah mereka masing-masing mengangkat Konstelasi, Apostel, bahkan Demigod yang paling setia."
"Aku tidak tahu siapa mata-mata itu. Dan aku memiliki tugas untuk mencari kontelasi disini, karena aku harua mengumpulkan informasi dari konstelasi itu, untuk membongkar siapa mata-matanya. Tapi Vivian menambahkannya lagi... dia menyuruhku juga untuk membantu Yeon..."Berhenti, dia mengangguk.
"Itu tidak masalah, hanya saja... aku bingung harus apa..."
"Rawatlah putri kami?"Kataku sambil menatapnya dengan ekspresi terkejut. Bukan karena wajahnya yang selalu dingin, namun penjelasannya tersebut.
"Oh, apakah kamu sudah melakukannya dengan Yeon? Berapa cucuku sekarang?"Dia mengkat alisnya, dengan wajah yang bisa di katakan terkejut.
"Tidak... mereka anak angkat kami, dan juga kemungkinan mereka akan menjadi wanita Yeon..."Aku balad mengangkat alis. "Memangnya kamu kemana saja, yah? Kupikir kamu selalu mengamati kami?"
Dia mendengarku mengangkat bahu, sementara kami keluar dari Alam jiwa, dan berada di tubuh kami.
"Aku tidak ada waktu untuk mengamati kehidupan orang lain. Karena aku hanya fokus pada hidupku."
"Tidak, kamu menhawatirkan kami, kan?"Aku menatapnya datar. Segera dia menoleh sambil menggaruk pipinya. "Mungkin," dengan itu dia mengangkat bahu.
"Jadi, sebesar apa kekuatanmu? Apakah itu cukup untuk terjun kedasar inti dunia?"Aku bertanya padanya.
Dia mengangkat dua, sementara aku yang melihat itu berdebar. "Jangan salah sangka, ini hanya 20%."
Harapan itu hancur sekali lagi. "Itu hanya setara dengan naga Veteran."
"Ngomong, kenapa kau menannyakanya? Mungkinkah Black Stone? Lagi?"
Aku mengangguk. "Benar, karena Yeon belum sempat membuatnya, karena senjata sebelumnya di berikan kepada Seris, Hiil, dan Erida."
"Itu sayang sekali, seharusnya aku membawanya sedikit lebih banyak,"Gumam Ayahku. "Tapi tetap saja... inilah batasan dariku, karena jika lebih sedikit dari ini hanya akan membuatku terbunuh dengan sia-sia."Lanjutnya.
"Ah, satuhal!"Aku mengingat sesuatu.
"Ya?"Dia mengalihkan pandangannya dari buku.
"Apakah kamu memiliki kabar dari Bi? atau Ryu? Dan Bion?"Aku bertanya padanya, karena sudah lama aku tidak bertemu dengannya.
"Ah mereka?"Ayah mengkat alisnya, dan menyebutkan. "Pertama, Bi... dia melindungi Seris yang memiliki fregmen ingatan Yeon. Dia mengatakan akan menyamar sebagai seseorang, namun aku tidak tahu siapa yang dia tiru."
"Ryu, dia juga menyamar, dan bergerak di Alacriyan. Dia mengamati pergerakan dari penguasa baru Alacriyan."
"Yang terakhir... Bion, dia di sini, Dicathen. Dia menjalani hidupnya dengan baik, dimana dia menjadi dia menjadi seorang petualang kelas atas yang terhubung langsung dengan kerajaan Sapin. Toh, dia juga mengatakan bahwa kamu sering mengunjunginya."
"Ya, aku tahu itu, dan aku juga mengancamnya untuk tidak membantu kerajaan Sapin,"Jawabku sambil mengingat raja Sapin yang sekerang, semenjak Airen meninggal, dia mulai bergerak secara perlahan, namun pasti.
Namun Elf juga tidak kalah dengan mereka. Setiap tahun, aku akan mencari orb dari mana beast yang cocok dengan para Elf.
"Apakah itu cukup?"Dia menatapku dari kursi santainya.
Mengangguk. "Ya..."Segera berbalik aku menoleh dulu padanya.
"Apakah kamu bisa akan menjaga anak-anak?"Aku bertanya, dan dia membalasnya dengan lambaian tangan, sebagai tanda setuju... atau mengusirku.
Mendecakan lidahku, aku berbalik dan menatap anak-anak yang mengintip dari koridor ruangan.
"Ibu!"Latian lebih dulu berlari, dan memelukku. "Ibu, ibu... orang itu aneh."
"Dia memang aneh,"Aku mengangguk setuju.
"Bu, sebenarnya siapa dia? Dia terlihat mirip dengan ayah, tapi juga berbeda dari matanya dan rambutnya..."Leina memegang tangaku dengan dua tangan, sementara tangaku yang lain mengelus Lydia.
"Aku lupa memperkenalkannya, dia adalah ayahku... Ray, kalian bisa memanggilnya (paktua)."
"Ibu, punya ayah?"Laina peraktis terkejut.
"Apakah ibu memiliku ibu juga?"Tambah Layla yang mengendus-ngendus dari kejauhan. "Dia memiliki aroma seperti ibu."
"Itu benar, aku juga memiliki ibu, namun dia sudah meninggal puluhan tahun lalu."Memdengar itu mereka membeku, dan bersedih.
"Ah, iya... dia juga adalah saudara Ayah kalian. Dia memiliki 3 saudara yang mirip lainnya, namun mereka sedang ada urusan."
"Benarkah?"
Aku mengangguk. "Benar, dan cobalah untuk perkenalkan diri kalian pada paktua itu."Aku tersenyum sinis pada Ayahku yang selalu menikmati waktunya. Sementara itu, anak-anak mereka menatap satu samalain, dan berbagi anggukan.
"Bagus, kalian ganggulah dia, aku ingin menemui Viena dulu."
*****
Membuka pintu kamar, aku perlahan masuk. Tepat di depanku adalah Viena yang tidak menyadariku.
"Eh? Apa? Kamu menyusui?"Aku menatapnya dengan terkejut.
"Eh? A-apa? Sejak kapan?"Viena tersipu malu. Sementara itu, dia sedang berbaring, sambil menyusui Yeon di pelukannya.
"I-ini... m-mungkin ini tidak boleh?"Dia tergagap dengan wajah yang memerah.
"Tidak, dia suamimu, jadi tidak masalah... hanya saja, apakah pohon kehidupan bisa menyusui?"
"T-tentu... hanya saja kemungkinan memiliki nutrisi yang berbeda... aku tidak tahu, tapi itu bisa,"Dia bersikeras.
Terperangah dengan sikapnya yang panik, aku mengangguk. Kami berhenti di tengah pembicaraan. Saat itu aku menatap Yeon di pelukannya, dan entah kenapa dia terlihat seperti ibu yang menyusui anaknya yang baru lahir...
Jelas itu karena dia pernah melahirkan sebelumnya, namun anaknya terbunuh. itulah kenapa aku tidak mengatakan, bahwa dia pernah menyusui sebelumnya. Aku takut menyakiti perasaanya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu?"Aku bertanaya padanya. Dia menatapku sejenak, dan menjawab dengan pandangan yang tertuju pada Yeon.
"Seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Setelah memberikan setengah kekuatanku pada Yeon, umurku juga hilang setangah, dan aku kembali menjadi lebih muda, dan tidak bisa menggunakan kekuatanku."Jelasnya dan melanjutkan.
"Tubuhku sangat lemah, tapi itu tidak masalah, ini akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Dan juga, Yeon tidak akan lepas kendali lagi mulai sekarang."Dia tersenyum dengan lembut sambil mengusap kepala Yeon.
Viena terlalu percaya diri, yang jelas kekuatannya belum bisa menahan kekuatan Yeon, Tapi aku berharap begitu. Karena mungkin... Kekuatan Viena akan berkembang seiring berjalannya waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nari
Oy, Al. Maksudk Author. coba kasih art mcnya.
2023-05-25
0