Mahluk Di Dasar Jurang

Tengah hari tiba-tiba semenjak aku berburu. Aku sudah mengalahkan lebih dari enam tipe Beast kelas D hingga kelas B, dan mendapatkan puluhan orb dan matrial lainnya yang bisa di gunakan oleh Lyria.

Dan semenjak tengah hari tiba, aku akhirnya aku menemukan celah di sebuah bukit kecil. Awalnya aku mengada-ngada kalau ini adalah gua tersembunyi, namun setelah aku menghancurkan bagian bawahnya, aku terjatuh dan berada di dasar gua yang gelap.

Tapi untungnya aku bisa melihat. Ya, walau ini bukan penglihatan yang sebenarnya sih.

Jelas di kegelapan aku tidak bisa melihat, namun aku bisa merasakan, mendengar, dan mencium yang ada di sekitarku.

*Sraakhh!*

Bahkan aku sekarang mendengar sesuatu menyeret tubuhnya dari jauh, dan itu membuat aku lebih dalam memasiku gua. Tepat saat aku membuka mataku, aku menemukan kegelapan yang di sinari oleh batu-batuan yang bercahaya.

Bersamaan memiliki dua arah di depannku, aku mulai melewati jalur kanan, aku tidak tau kenapa, tapi naluriku mengetakan untuk memilih kanan, karena kemungkin aku akan menemukan sesuatu yang bagus.

Masuk lebih dalam, aku menemukan turunan yang tidak rata. Aku menyelam lebih dalam, hingga tigapuluh menit berlalu mengikuti jalur yang berbelit-belit aku mulai tidak sabaran.

Dan awalnya aku berpikir kalau jalur ini kosong, namun aku menemukan hal yang terduga. Sebuah tempat yang luas, namun memeiliki jurang yang memisahkan jalan berikutnya.

"Ini aneh, apakah para beast yang melakukan ini?"Gunamku, mendekati tepi jurang dan menatap kedalam. Itu di sinari oleh batuan cahaya, namun semakin dalam semakin gelap.

"Aku tidak yakin, tetapi jika sedalam ini, aku yakin ini terjadi karena pergeseran lempengan di benua ini. Maupun itu tepat setelah pertarungan besar ataupun murni bencana alam, ini tetap mencurigakan."

Segera aku menoleh, kedepan. Dinding jurang di sebrang begitu jauh, dan tidak ada yang menghubungkannya.

"Haruskah aku melompat?"Kataku sambil berpikir penasaran. Aku memikirkan sebuah suara pertama yang kudengar.

Ngomong-ngomong... aku menoleh kelangit, disana di penuhi oleh batuan runcing, dengan tetesan air yang jatuh. Disana juga tinggi, dan  gelap karena tidak ada batuan cahaya sedikitpun.

Tapi sesuatu ada yang salah. Segera aku mulai memfokuskan indraku, segera aku menavigasi area di sekitarku.

Sunyi dan sunyi... hingga suara drip air yang menetes di kepalaku, indraku menjadi pesat membuat suara sekecil apapun terdengar...

*Kiik kiiik*

Mataku terbuka, dan aku menoleh keatas kepalaku. Manik merah balas menatapku.

"Kieeek!"

Sosok itu segera mengeluarkan dirinya, dan turun dengan cepat. Bersamaan aku melompat mundur kebelakang menghindari terkaman cakar kelalawar merah yang sebesar manusia.

*Swoosh! Bang!*

Dia meleset dan tersungkur degan kekuatan yang menghancurkan lantai.   Dia tidak langsung bangkit, namun dia tidak sendiri, dia memiliki kelompok yang berjumblah lebih dari tigapuluh.

*Kiik!*

Pekikan keras, dan serangan di lancarkan dari kiri. Mengatupkan gigiku, segera aku menarik pedangku dari sarungnya.

*Kieeek!*

*Wosh!*

Menghindari serangan cakar yang beracun, aku memukulnya dengan tangan kiri sebelum memotongnya. Tidak sampai disitu, aku merunduk menghindari serangan dari belakang, aku segera membalasnya dengan menendangnya menggunakan kakiku.

*Bang!*

Benturan begitu keras, namun aku tidak ada waktu untuk memikirkan dampaknya. Namun segera bergerak cepat, dimana aku mulai menerjang dan menebas dua musuh di depanku.

Adapula yang menjaga jarak dariku, aku sengaja bermanuper di dinding, sebelum menebasnya di udara.

Aku berada di udara, dan aku mulai memposisikan tubuhku untuk mendarat dengan gerakan momentum yang aman. Tapi musuhku merepotkan, tidak sempat untuk mendarat, satu lagi berada didepanku, dia menabrakku dengan sengaja, sementara taringnya mengingit bahuku.

Namun untung saja baju yang Lyria buat, memiliki ketahanan dari gigitan beast Kelas C seperti mereka. Dan aku segera menghancurkan kepala beast itu dengan ujung gagang pedangku.

Akibatnya darah menyembur dengan suara yang menjijkan. Itu menodai sebagian besar bajuku, dan sedikit menodai wajahku dan menghalangi pandangan. Segera aku menyekanya dengan tanganku, sebelum menyapu area di sekitar.

Tampaknya sisa dari mereka menjaga jarak dariku, dan terbang di langit-langit gua. Mereka ketakutan dan tau tidak akan bisa menang dari lawannya.

"Ck, jika kalian tidak akan menyerang, biarkan aku yang menyerang,"Segara aku menerjang. Menghampiri lawan yang ada di daratan.

Aku memotong, dan memukul dan menghancurkan perut dan tenggorokannya. Menarik senjata api  dari belakang pingganku segara aku mulai menembak yang berterbangan.

Setelah itu menebas sisanya yang berada di bawah, dan menembak yang melarikan diri dariku atau di luar jangkauan.

Hingga semunya menjadi hening, aku terengah-engah karena kehabisan nafas.

*Plop! Plop!*

Menoleh pada suara batu yang berjatuhan, aku menatap Beast terakhir kali kutendang. Tampaknya dia tidak mati, dia linglung sebelum menyadari area di sekitarnya. Dia tidak bergerak, hanya tersungkur kembali kebelakang.

Segera aku mulai mengangkat tangan kiriku padanya, sebelum menarik pelatuk.

*Bang!*

******

Meletakan senjata api pada tempatnya. Segera aku menyarungkan pedangku. Ruangan tampak sunyi, sementara atsmosfer di penuhi oleh bau darah.

"Kalian tidak akan menghasilkan matrial apapun,"Kataku sambil meraih mayat beast, aku melemparkannya kejurang dan melakukan itu berulangkali.

Hingga beberapa menit berlalu, aku beristirahat sejenak. Aku duduk di batu yang ada di sudut gua. Aku mulai mengeluarkan kotak makan yang di berikan Lyria sebelumnya.

Meskipun areanya kurangpas, aku menikmati masakannya itu. Aku makan dengan lahap makananku. Sebelum beberapa menit, aku selsai dan beristirahat sejenak. Aku juga tidur sambil bersandar di tembok setelahnya, sebelum aku bangun kembali pada satujam berikutnya.

Bangkit, aku mulai mengambil nafas sebelum mebuangnya kembali. Aku memantapkan visiku sebelum berjalan  menuju ujung jurang. Aku berhenti di tepi, dan menatap jurang.

Aku mulai menatap kegelapan sejenak, dan... aku mengangguk. Segera aku mengangkat kakiku, sebelum melangkah.

"Ayo menyelam lebih dalam..."Aku terjun kedasar jurang. Aku tidak tahu apa yang adadi dalam pikiranku. Namun naluriku memerintahkan aku untuk terjun.

Aku terjun lebih dalam dan kedalam, sampai menjadi gelap gulita. Bahkan posisi kepalaku mulai ada di bawah.  Segera aku meraih senjata api di udara. Segera aku menembakannya.

*Baaang!!*

Suara ledakan bergema di udara, dan aku menganalisir benturan peluru, hingga suara samar terdengar, aku membuka mataku, segera mencabut pedang, aku merubah postur tubuhku di udara.

*Claank!*

Aku menanamkan pedangku di dinding, namun aku masih terjatuh, sementara pedangku mengiris tebok tanah dan menghentikan laju lambatku, hingga aku berhenti, aku mulai melihat kebawah dan mencabut pedangku dari dinding.

Aku jatuh kembali, namun aku sudah menemukan dasarnya. Aku bisa merasakan senyumku, sebelum aku menoleh kedepan, dimana naluriku benar, namun... salah.

Di depanku adalah sebuah tanah dan batuan rusak. Sementara itu sebuah ruangan gua yang terbuka terlihat. Ruangan itu terlihat bercahaya, dan segera aku melompat dan menaiki batu, sebelum aku berada di depannya.

Pintu masuk begitu besar, sehingga knight golemku yang belum jadi mungkin akan bisa bertarung di sini.

Memasuki pintu masuk yang sunyi, bahkan aku hanya mendengar suara jijak kakiku saja.

"Haah... Haah... Ini aneh..."Aku terengah-engah, dan berhenti melangkah.

"Kadar oksigen menurun drastis disini, aku harus kembali,"Aku berkata dan memperingati diriku sendiri. Tapi entah kenapa aku tidak bisa, aku harus terus maju, bahkan meskipun oksigen menghilang dari udara.

"Ayo teruskan,"Kataku, sebelum mengambil langkah lagi...

"Kiiiiik!"Suara menghentakku, segera aku menarik diriku melompat mundur.

"Blaaam!!"

Aku tidak sempat membawa diriku lebih jauh, sehingga ledakan melemparku cukup jauh kebelakang dan berhenti saat menabrak dinding.

Aku merasa linglung, dan aku mulai bangkit untuk melihat beast yang menyerang tiba-tiba. Hingga aku mengangkat pandanganku, aku membeku seketika.

Enam pasang mata merah membalas menatapku. Tubuhnya tigakali lebih besar dari milik Lydia. Dia memilik delapan kaki hitam dengan retakan merah menyala, dan yang paling depan, di mana itu tertanam di tanah, itu lebih seperti bilah dari pada kakinya.

Bukan hanya itu, bahkan tubuhnya memikiki cangkang, atau batuan hitam yang terliaht sangat kokoh.

Aku hampir bingung dengan mahluk ini, meskipun aku sudah memikirkannya, aku belum pernah melihatnya seperti ini di Abyss, mereka memiliki tubuh kecil, namun memiliki jumblah yang besar.

Namun ini berbeda, dia seorang diri, namun begitu besar. Bahkan dia bukan berwarna coklat, melainkan hitam pekat dan menganggumkan.

Aku kagum, sekalipun takut...

"Kiiiiek!!"Pekikan itu menyadariku dari lamunan, namun aku tidak bisa bergerak akarena tekanan maupun bernafas. Aku tertekuk, dan di pikiranku saat ini hanyalah...

Aku harus lari...

"Slaash!!"

Bilah merah terang seketika berada di hadapan pelarianku. Aku tidak sempat beraksi, dan menatap kosong pada kaki depannya.

'Apakah kamu manusia?'Suara seram yang menyeramkan bergema di kepalaku.

Segera aku menoleh pada laba-laba iblis kuno. Taringnya bergerak, membuatku sadar bahwa keringat bercucuran di dahiku menjalar dan membasahi keseluruh tubuhku.

'Jawab aku!'Suara serak lagi, aku merinding dan membuka mulut.

"Y-ya,"Aku hanya bisa seperti ini, karena bagaimapun aku bukanlawannya untuk saat ini.

'Begitu, lalu kenapa kamu bisa menemukan tempat ini!'Dia menatapku dengan mata merahnya, tekanan mana membebaniku, membuatku merasa mual.

'Tunggu? aku tidak merasakan mana darimu, bagaimana kamu bisa turun kesini?'Dia menyadari kondisiku, sehingga menghilangkan tekanannya.

Itu bisa membuatku bernafas kembali, namun masih merasa terancam dengan tatapannya.

'Jawab aku manusia, bagimana kamu bisa sampai kemari?'

"Sial, berhenti berbicara di kepalaku, itu menyebalkan,"Kataku sambil menatap matanya.

'Oh, apakah kamu membentakku tadi? Menarik, ini pertama kalinya mangsaku membentakku seperti itu,'Dia bergumam di kepalaku, sementara dia mulai mencabut kaki depannya, dan menunjukku.

"Bagimana dengan ini, jika kau menjawabku dengan jujur, aku akan membiarkanmu lolos,"Dia kali ini tidak berbicara di kepalaku. "Bagimana, itu tawaran yang lumayan, bukan?"

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"Aku menyetujuinya, karena bagaimanapun itu lebih baik daripada bertarung.

"Anak, pintar,"Aku bisa merasakan dia membuat seringai di wajah laba-labanya. Aku bisa merasakan tubuhku meringgis. Sementara itu dia mulai dengan pertanyaan pertamanya.

"Siap namamu, dan kenapa kau yang sangat lemah bisa kemari?"

Segera aku menjawab. "Yeon BlackSword, dan aku tidak lemah... dan aku kemari karena mencari matrial untuk kugunankan membuat sesuatu."

"Pufft hahaha!"Dia tertawa tanpa alasan, sementara kaki depannya menunjukku. "Tidak lemah? Ya, aku percaya itu, mungkin karena itulah kamu bisa sampai di sini."Dia menahan tawanya kembali, namun aku bisa merasakan seringai mengejek darinya.

Sejujurnya aku tidak lemah, hanya saja sesuatu terlihat kurang dengan gaya bertarungku, pikirku. Setiap hendak mengingatnya membuatku sangat frustasi.

"Ya?"Aku menoleh padanya saat aku dia mengatakan sesuatu yang tidak jelas.

"Apakah di luar damai? Bagaimana dengan invasi para naga? Dan bagaimana dengan para regalia?"Dia mengulanginya.

"Apakah kamu—"

"Jika kamu ingin bertanya itu, aku menjawab, ya,"Dia memotongku yang hendak mengatakan kalau dia terlahir pada era dimana para naga menginvasi wilayah Regalia.

Duduk sambil bersandar di tembok, aku mengambil nafas, sebelum menatap mata laba-laba itu dan menjelaskan. "Aku tidak ingat sampai mana aku ingat. Namun aku hanya menyatukan dengan cerita istriku dulu. di sana damai, namun bisa dibilang juga tidak. terutama setelah musnahnya ras regalia, para naga mengambil dua pasang elf, manusia, dan Dwarvin untuk menciptakan ekosistem yang baru. Namun di antara mereka tidak ada yang ingat itu, dan lebih dari lima puluh tahun ini ras manusia yang berhubungan langsung dengan Dwarv, menyerang wilayah elf."

Berhenti sejenak aku melanjutkan. "Ya, mereka sudah mulai sedikit memulai pergerakan mulai sekarang, dan kemungkinan dalam waktu dekat akan mulainya erabaru dengan masa depan yang lebih kejam."

Selsai aku menatap beast di depanku dengan rasa ingintahu. Sementara itu, dia terdiam dengan tatapan yang terkejut, dan perlahan dia memiringkan kepalanya.

"Tunggu sebentar... bagaimana? Maksudku berapa umurmu dan siapa kamu? Dan apa iedentiasmu?"

Pikiranku segera bergerak ke masa lalu, sementara laba-laba didepanku menunggu. "Umurku kemungkinan lebih dari limaratus tahun... Atu mungkin ribuan..."Dia menatapku terkejut, sementara aku melanjutkan. "Aku di kenal sebagai:

(The Eternal Sword of Darkness), dan identitasku adalah... Mungkin (pria b*jingan yang terkutuk).

"T-tidak!! Kau bohong!"Dia tiba-tiba memikik, membuatku berdiri karena terkejut.

"Tunggu, kamu... itu, apa maksudmu kalau kau orang itu?"Bingung dengan kebingannya, aku mengerutkan alis dan bertanya.

"Apa maksudmu? Tentu saja, kan? Memang apa spesialnya julukan dan orang sepertiku?"

"Tidak, dia adalah legenda masalalu. seorang yang di kenal dengan kekuatannya yang luar biasa, dan orang yang paling di takuti oleh naga... bahkan menikah dengan Viena sang pohon du... nia..."Dia menatapku dengan nafas tertahan, sebelum melanjutkan dengan tatapan tidak percaya.

"Y, Yeon...Black...Sword..."

Terpopuler

Comments

Heydra

Heydra

semangat

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!