" Aruna."
Aruna menoleh ke belakang, matanya membola saat melihat teman teman lamanya berdiri menatapnya dengan tatapan remeh.
" Heh aku nggak nyangka kamu jalan sama om om." Ucap Gadis.
" Iya sih kami tahu kalau kamu butuh uang untuk sekedar menghibur diri, yah seperti sekarang ini. Jalan jalan ke mall, beli apa gitu. Atau sekedar nonton film. Tapi tidak jalan sama om om juga Aruna. Carilah yang sepadan denganmu, kamu kan cantik, modis, bisa merawat diri, masa' iya sih seleranya om om." Ujar Lina melirik sinis ke arah Aruna.
" Ya kan kalau om om udah di kasih itu pasti sayangnya minta ampun Lin, Aruna sudah tidak punya penghasilan karena salonnya sudah di jual kan. Nggak apa apa lah om om kalau banyak duitnya." Ujar Nevi.
" Bayaran berapa semalam kalau sama om om sampai sampai kamu merelakan tubuhmu kepadanya?" Tanya Devi merendahkan Aruna.
Aruna maju ke depan mendekati Devi. Ia menatap tajam ke arah Devi lalu...
Plak...
Tamparan keras mendarat di pipi Devi membuat semua orang terkejut.
" Kau!!!" Devi menunjuk wajah Aruna dengan kesal.
" Kau mau tahu bayaranku berapa?" Aruna menatap tajam ke arah Devi dan yang lainnya.
" Akan aku kasih tahu. Seluruh hartanya adalah bayaran untukku." Ucap Aruna. Semua teman teman Aruna membulatkan matanya.
" Rumah mewah, mobil, uang triliunan rupiah dan bahkan perusahaan RW Group menjadi milikku karena apa? Karena aku jalan sama om om. Kalau kalian mau silahkan meniru aku. Kalian akan mendapatkan semua itu." Ucap Aruna.
" Be.. Benarkah?" Tanya Devi melongo.
" Sebentar! Kamu tadi bilang apa? RW Group?" Tanya Gadis memastikan.
" Ya RW Group perusahaan milik om om ini." Sahut Aruna menunjuk Raka.
" Jadi kau menjadi simpanan presdir RW Group?" Gadis bertanya lagi.
" Bukan simpanan, tapi menjadi istrinya. Istri sahnya. Aku menjadi nyonya Aruna Raka Wijaya pemilik perusahaan besar RW Group."
Jeduarrrr....
Tubuh mereka berlima terasa kaku, pasalnya ayahnya Gadis, Devi dan Lina bekerja di sana. Mereka bertiga saling melempar tatapan.
" Ah iya aku ingat, bukankah bokap kalian bertiga bekerja di sana? Siapa namanya ya aku lupa." Ujar Aruna mencoba berpikir.
" Ah iya aku ingat, pak Rudi, pak Bambang dan pak Putra." Sambung Aruna.
Mereka bertiga saling mrnyenggol tangan.
" Sekarang pulanglah! Dan tunggu kejutan dariku. Akan aku pastikan jika besok pagi ayah kalian akan mendapatkan surat pemecatan." Ucap Aruna penuh ancaman.
" Jangan Aruna!" Ucap Devi.
" Kami minta maaf, kami tidak tahu jika kamu sudah menikah. Maafkan kami! Tolong jangan pecat ayah kami. Kalau ayah kami tidak bekerja, kami mau makan apa. Aku mohon Aruna, maafkan kami." Devi menyenggol Lina dan Gadis.
" Iya Aruna kami minta maaf." Ucap Gadis.
" Tidak ada kata maaf atas penghinaan yang kalian lakukan pada istri saya. Saya akan memecat ayah kalian semua dari perusahaan saya." Ucap Raka tegas.
" Om saya mohon jangan lakukan itu!" Ucap Devi menatap Raka.
" Iya Om saya mohon maafkan saya! Hukum kami saja tapi jangan hukum ayah kami yang tidak tahu apa apa. Itu artinya Om tidak profesional dalam bekerja." Ucap Gadis.
" Kalau ayah kalian tidak bekerja, kalian akan merasakan bagaimana hidup dalm kekurangan agar kelak kalian tidak menghina orang lain ataupun memandang orang lain dengan sebelah mata. Jadikan ini sebagai pelajaran buat kalian."
" Ayo sayang kita pergi!" Raka menggandeng tangan Aruna meninggalkan mereka berlima.
" Aruna tunggu!" Panggil Devi namun Aruna tidak mempedulikannya.
Aruna dan Raka terus berjalan menuju pintu keluar.
" Sayang kita mau kemana? Apa kita jadi makan dulu di restoran bawah?" Tanya Raka.
" Aku mau pulang saja Mas, nafsu makanku hilang begitu saja." Sahut Aruna menghentikan langkah Raka.
" Mas minta maaf! Karena menikah dengan Mas kamu jadi hinaan teman teman kamu. Mas tidak menyangka semua ini akan terjadi. Maafkan Mas!" Ucap Raka menggenggam tangan Aruna.
" Tidak usah di pikirkan Mas! Sekarang ayo kita pulang." Ucap Aruna.
Keduanya menuju mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, Raka segera melajukan mobilnya menuju rumahnya.
Sampai di rumah mereka berdua segera masuk ke dalam kamar. Aruna membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi, setelah selesai ia duduk di depan meja rias sambil memakai cream malamnya.
Grep...
Raka mengalungkan tangannya ke leher Aruna dari belakang.
" Apa kamu masih merasa kesal?" Tanya Raka menatap Aruna lewat pantulan cermin.
" Tidak Mas, aku tidak bisa marah terlalu lama." Sahut Aruna.
" Lebih baik memang begitu." Sahut Raka.
" Minggu ini masa suburmu kan sayang? Kita bisa memulai program kehamilanmu. Mas menginginkan kamu malam ini. Apa kamu mau memberikan hal Mas sepenuhnya malam ini hmm?" Raka menyusupkan wajahnya ke leher Aruna membuat tubuh Aruna meremang.
" Mas tapi aku.."
" Tidak perlu takut sayang, Mas akan melakukannya dengan pelan dan lembut. Jangan khawatir! Akan Mas pastikan kau tidak akan kesakitan." Ucap Raka mencium pipi Aruna dengan pelan.
" Ya Tuhan... Aku harus bagaimana? Jujur aku sangat takut melakukan satu hal itu. Apalagi umur kami jauh berbeda, apa mungkin milik Mas Raka muat? Bagaimana nanti kalau sakit? Tapi kalau aku menolak pasti Mas Raka akan marah. Bismillah aja lah semoga tidak seburuk yang aku bayangkan." Batin Aruna.
Tanpa mendengar jawaban Aruna, Raka membopong tubuh Aruna ke ranjang membuat Aruna kaget.
" Mas." Ucap Aruna.
" Apa sayang? Kamu kelamaan mikir membuat Mas makin gemas aja." Ucap Raka merebahkan tubuh Aruna ke ranjang.
Raka segera mengukung Aruna, keduanya saling menatap satu sama lain. Raka memajukan wajahnya, ia mencium bibir Aruna dengan lembut. Keduanya nampak terlena menikmati indahnya saling bertukar saliva hingga suara decapan memenuhi ruang kamar.
Ciuman Raka turun ke bawah, ia menyesap leher Aruna hingga meninggalkan jejak merah kebiruan. Tangannya mulai bergerilya kemana mana mencari area favoritenya. Entah siapa yang memulai, kini keduanya sama sama polos tanpa sehelai benangpun. Raka menutupi tubuh mereka dengan selimut.
" Masssss." Desis Aruna saat Raka bermain main di salah satu gundukan kembarnya.
" Mas datang sayang." Bisik Raka berkabut gairah. Aruna menganggukkan kepalanya.
Raka mulai menuntun pusakanya ke sebuah goa yang selama ini ia idam idamkan. Dengan perlahan ia mendorongnya masuk ke dalam.
" Shhh." Aruna mencengkeram erat sprei menahan sakit di bawah sana.
Melihat itu, Raka kembali mencium bibir Aruna membuat Aruna terbuai. Tanpa Aruna sadari, kini senjata milik Raka terbenam sempurna di dalam goa. Raka mulai memacu tubuhnya dengan pelan, suara des@h@n dan erangan mulai terdengar di kamar mereka. Raka benar benar memberi kelembutan kepada Aruna hingga Aruna tidak merasakan sakit sedikitpun.
Setelah berpacu selama satu jam lamanya, akhirnya tubuh Raka tumbang di samping Aruna.
" Terima kasih sayang." Ucap Raka memeluk Aruna dari belakang.
Aruna tidak mampu menjawab karena tenaganya terkuras habis dalam permainan. Ia memejamkan mata begitu saja menuju alam mimpi yang indah.
Udah gol ya... Lanjut Raka apa Tyo nih?
Jangan lupa tekan like koment vote dan hadiahnya biar author makin semangat ngetiknya..
Terima kasih...
Miss U All....
TBC.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
cerita tio juga ga kalah bagusnya,karyamu memang keren👍
2024-02-04
1
Devi Sihotang Sihotang
yg mn ja boleh thor...
asal mereka semua ada di cerita ini thor
2023-08-03
2
Erchapram
1 kopi untuk Othor udah ku kirim.
2023-06-03
2