Hari ini Tyo membawa Wina dan Arvan ke rumahnya. Setelah turun dari mobil, Tyo segera berjalan masuk ke dalam rumahnya. Berbeda dengan Wina, ia malah hanya berdiri di depan mobil sambil menggendong Arvan. Tyo menghentikan langkahnya, ia menghela nafasnya pelan melihat Wina. Ia kembali menghampiri Wina lalu menggandeng tangannya.
" Ayo Wina!" Ucap Tyo.
Wina mengikuti langkah Tyo menuju pintu rumahnya.
" Papamu selalu lupa menyebutkan sayang kepada Mama, Arvan. Tapi tidak apa apa, Mama akan selalu mengingatkannya." Ujar Wina mencium Arvan.
" Iya sayang maaf, entah kenapa akhir akhir ini aku selalu lupa dengan panggilan itu. Sekarang kita langsung masuk ke kamar ya. Sepertinya kamu capek, kamu harus banyak banyak istirahat." Ujar Tyo.
" Iya Mas." Sahut Wina.
Sampai di kamar Wina menurunkan Arvan di ranjang. Ia duduk di samping Arvan sambil menjaganya.
" Mas kamar ini nampak asing bagiku." Ujar Wina mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar.
" Karena memang kamar ini asing sayang, selama ini kita tinggal di rumah mama." Sahut Tyo berdusta.
Wina nampak mengangguk anggukkan kepala.
" Apa di rumah mama ada foto pernikahan kita? Aku ingin memajangnya di depan sini." Ujar Wina.
" Ada, besok akan aku ambil dan aku pasang di sini." Sahut Tyo.
" Beruntung aku sudah menyiapkan semuanya, foto pernikahan, akta nikah dan dokumen dokumen palsu lainnya. Ternyata benar kata mama, Wina gadis yang sangat teliti dan manja tentunya." Batin Tyo.
" Terus mama kapan mau pindah ke sini Mas? Aku tidak tega membiarkan mama di rumah sendiri." Ucap Wina menatap Tyo.
" Lusa mama mulai pindah ke sini, karena besok mama ada pertemuan bersama teman temannya." Ujar Tyo duduk di tepi ranjang, samping Arvan. Ia memainkan jari jari tangan Arvan yang sedang duduk asyik bermain sendiri.
Nyonya Sekar sengaja meminta Tyo untuk membawa Wina sekarang karena di rumahnya akan ada acara arisan bersama ibu ibu kompleks. Ia tidak mau Wina merasa terganggu dan mendengar kebenaran dari mulut mereka. Nyonya Sekar juga ikut tinggal bersama Wina, karena tidak mungkin jika ia mempercayakan Wina dan Arvan begitu saja kepada Tyo.
" Mam.. Mam.. Mam.. " Arvan nampak berceloteh.
" Kenapa sayang? Arvan lapar? Arvan pengin makan?" Tanya Wina menatap wajah gembul Arvan.
" Ada bubur bayi di etalase dapur. Kamu buatin gih buat Arvan. Mungkin dia lapar karena dari tadi tidak makan apa apa." Ujar Tyo.
" Apa rasa kesukaan Arvan Mas?" Tanya Wina.
" Rasa ayam bawang dan brokoli." Sahut Tyo.
" Baiklah aku buatkan dulu, Mas tolong jaga Tyo dengan baik." Ujar Wina.
Wina keluar dari kamarnya, ia menuruni anak tangga satu persatu menuju dapur yang tadi sempat di beri tahu oleh Tyo.
Sedangkan di dalam kamar, Arvan nampak sudah bosan duduk terlalu lama. Ia mulai merengek membuat Tyo kebingungan.
" Hiks.. Hiks... " Rengek Arvan.
" Ush ush ush sayang, jangan menangis ya! Tunggu mama sebentar lagi, mama sedang buatin Arvan makanan. Sudah lapar banget ya." Ujar Tyo menepuk pelan paha Arvan.
" Hiks.. Hiks... " Arvan kembali merengek sambil mengucek kedua matanya dengan tangannya.
" Aduh bagaimana ini? Apa Arvan minta gendong ya, gimana cara gendong yang baik ini? Duh aku malah lupa. Waktu di rumah sakit aku bisa menggendongnya walau sedikit takut, sekarang aku juga harus bisa menggendongnya biar dia tenang." Ucap Tyo menggaruk kepalanya.
Semakin lama rengekan Arvan menjadi tangisan. Mau tidak mau akhirnya Tyo mengangkat Arvan dari ranjang. Ia menggendongnya sambil mengusap usap punggung Arvan berharap tangisan Arvan mau berhenti.
" Shhh shhh shh sayangnya Papa, jangan menangis lagi ya." Tyo menimang Arvan dengan pelan karena takut jatuh.
Wina masuk ke dalam sambil terkekeh melihat Tyo yang nampak kaku mengendong Arvan.
" Mas kenapa kamu kaku sekali menggendong Arvan? Apa selama ini kamu tidak pernah menggendongnya?" Tanya Wina menghampiri Tyo sambil membawa semangkuk bubur bayi dan segelas susu.
" Bukannya nggak pernah Wi.. Sayang. Tapi aku jarang menggendongnya karena selama ini aku sibuk bekerja dan sering keluar kota. Itu sebabnya kita tinggal di rumah kamu. Karena kalau tinggal di sini, kamu tidak ada temannya. Begitupun ke depannya nanti, maka dari itu aku meminta mama untuk tinggal bersama kita." Sahut Tyo.
" Mas aku berharap ke depannya kamu bisa membagi waktu untuk kami berdua. Aku tidak mau waktumu banyak kau habiskan di kantor untuk pekerjaanmu. Aku dan Arvan juga membutuhkanmu Mas. Kami membutuhkan waktu dan perhatianmu." Ucap Wina menatap Tyo.
Deg... Deg...
Jantung keduanya berdetak sangat kencang.
" Aku mengerti sayang, jangan khawatir! Mulai hari ini aku akan banyak menghabiskan waktu untuk kalian berdua." Ucap Tyo.
" Terima kasih." Ucap Wina tersenyum manis meneduhkan hati Tyo.
" Sini sayang kita makan dulu! Setelah itu kita bobok siang." Ujar Wina meletakkan piring dan dot susu di atas meja.
Wina memangku Arvan lalu mulai menyuapinya. Arvan nampak melengos menolak suapan dari Wina.
" Lhoh kok nggak mau, katanya tadi lapar sayang. Ayo di makan! Nanti keburu buburnya dingin tidak enak." Ujar Wina menyodorkan sesendok bubur ke mulut Arvan. namun Arvan tetap menolaknya.
" Coba aku yang suapin, pasti anak Papa maunya di suapin sama Papa ya." Ujar Tyo menyodorkan sesendok bubur ke mulut Arvan. Arvan nampak menatapnya.
" A' sayang." Ucap Tyo.
Arvan membuka mulutnya menerima suapan dari Tyo. Tyo dan Wina tersenyum senang.
" Oh rupanya Arvan mau di suapin sama Papa, memang biasanya seperti ini Mas?" Tanya Wina menatap Tyo.
" Ya kalau aku di rumah biasanya Arvan makannya sama aku. Kalau tidak, sama mama." Sahut Tyo.
Arvan makan dengan lahap, melihat itu Tyo menjadi gemas sendiri. Setelah menghabiskan buburnya, Wina memberikan satu dot susu kepada Arvan. Arvan nampak memejamkan matanya, ia tertidur setelah kekenyangan.
" Dia tidur sayang." Ucap Tyo menatap Wina.
" Iya Mas. Aku akan menidurkannya di ranjang." Sahut Wina merebahkan Arvan di atas ranjang big sizenya.
" Kamu juga istirahat! Aku ke ruang kerja dulu, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Ujar Tyo.
" Iya." Sahut Wina ikut berbaring di samping Arvan.
Tyo melangkah meninggalkan Wina, saat ia hendak membuka pintu, ucapan Wina menghentikannya.
" Mas apa selama ini kamu selalu seperti ini? Entah kenapa aku merasa ada yang kurang." Ujar Wina.
" Apa itu sayang?" Tanya Tyo.
" Ciuman di kening." Ucap Wina membuat Tyo tersenyum.
Tyo kembali mendekati Wina di ranjang, dengan gugup ia membungkukkan badannya lalu...
Cup....
Tyo menempelkan bibirnya di kening Wina. Jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Tanpa berkata apa apa lagi, Tyo segera meninggalkan kamarnya.
" Tidak Tyo.. Kau tidak boleh menyukainya. Semua kenyamanan ini hanya ilusi. Dia bukan milikmu, dia milik orang lain. Kau tidak boleh terhanyut dalam perasaan ini. Bahkan kau tidak boleh memendam perasaan apa apa untuknya, apalagi cinta." Batin Tyo.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Devi Sihotang Sihotang
thor nikah ja dulu takut nya ke blabasan
2023-08-03
2