" Kamu."
Raka menatap sang driver wanita yang memakai topi dan jaket hitam, yang saat ini sedang menundukkan kepala pada stir mobil. Celana jeans sobek sobek di area lutut sampai paha membuatnya seperti anak pank.
Raka menghela nafasnya, ia berpikir suara itu milik Aruna namun ternyata bukan karena gaya stylelis Aruna tidak seperti itu.
" Maaf saya tidak nyaman berdekatan dengan wanita lain, saya akan cari taksi lain saja." Ucap Raka hendak membuka pintu mobilnya namun wanita itu segera menahan tangannya.
Deg....
Jantung Raka berdetak sangat kencang berdekatan dengan wanita ini.
" Aroma parfum ini sama persis dengan parfum Aruna. Dan jantung ini... Jantung ini berdebar sangat kencang. Tidak salah lagi, ini pasti Aruna." Batin Raka menatap punggung wanita yang saat ini sedang membungkuk di depannya.
Tiba tiba...
Grep.....
Raka memeluknya membuat sang wanita tersenyum.
" Jangan bawa aku ke rumah! Bawalah aku bersamamu kemanapun kamu pergi." Ucap Raka menyusupkan wajahnya ke ceruk leher wanita itu.
" Kenapa kau bisa seyakin itu jika ini aku Mas. Bagaimana jika ini orang lain? Apa kau juga akan memeluknya seperti ini?" Ujar wanita yang memang Aruna.
" Mungkin mata Mas masih bisa tertipu, tapi hati Mas tidak sayang. Jantung Mas hanya berdebar di saat Mas dekat denganmu. Jangan pernah meninggalkan Mas lagi! Mas tidak bisa hidup tanpamu. Dan itu terbukti dengan adanya Mas di sini saat ini. Begitu kau meninggalkan Mas, Mas langsung dapat masalah sebesar ini. Maafkan Mas sayang! Mas mohon jangan pernah meninggalkan Mas lagi, atau Mas akan tiada saat itu juga." Ucapan Raka semakin lirih sampai ia kehilangan kesadarannya.
" Mas." Panggil Aruna.
Raka tidak bergeming, Aruna mendorong pelan tubuh Raka.
" Astaga Mas Raka pingsan." Ucap Aruna.
Aruna menyandarkan Raka pada sandaran kursi, ia memakaikan sealbelt lalu segera melajukan mobilnya menuju rumah. Tidak lupa ia menelepon bi Sumi untuk memintanya menelepon dokter keluarga.
Lima belas menit Aruna sampai di rumahnya. Ia segera membawa Raka ke kamarnya dengan bantuan pak satpam.
" Baringkan di sana Pak." Ucap Aruna menunjuk ranjangnya
" Baik Nyonya." Sahut satpam.
Pak satpam dan Aruna membaringkan tubuh Raka di atas ranjang. Tak lama dokter Gunawan datang memeriksanya.
" Bagaimana keadaan suami saya Dok?" Tanya Aruna menatap dokter Gunawan.
" Kondisinya sangat drop Nyonya. Tuan Raka mengalami tekanan mental yang sangat berat. Psikisnya sedikit terganggu dan fisiknya juga lemah. Sepertinya tuan Raka tidak memakan apapun dari kemarin. Saya sarankan untuk menghibur tuan Raka dan jangan melakukan sesuatu yang bisa menambah tekanan batinnya. Untuk kesehatan fisiknya, saya akan memberikan vitamin untuk memulihkan staminanya. Saya juga akan memasang infus untuk mengurangi dehidrasi." Terang dokter Gunawan.
" Baik Dok, saya akan memberikan yang terbaik untuk suami saya." Ucap Aruna.
Setelah memasang selang infus dan memberikan vitamin kepada Aruna, dokter Gunawan undur diri meninggalkan kamar Raka, begitupun dengan yang lainnya.
Aruna duduk di tepi ranjang menatap wajah Raka yang nampak sangat pucat.
" Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi Mas, maafkan aku jika kepergianku justru menambah beban pikiranmu." Ucap Aruna mengecup kening Raka tanpa sadar.
" Aku akan mengelap tubuhmu Mas biar segar." Monolog Aruna.
Aruna mengambil air hangat dengan baskom kecil. Tanpa ragu ia membuka baju Raka lalu mengelap tubuh Raka hingga bersih. Setelah di rasa semuanya bersih, Aruna mengganti baju Raka dengan yang baru. Tak lupa ia menyemprotkan parfum maskulin ke tubuh suaminya.
" Selesai sudah, sekarang suamiku terlihat sangat tampan." Ucap Aruna menatap Raka.
" Engh... " Raka mengerjapkan matanya. Aruna tersenyum manis tepat di depan wajah Raka.
" Sa... Sayang. Benarkah ini kamu?" Tanya Raka memastikan. Ia seperti mimpi bisa memeluk Aruna di dalam mobil tadi.
" Iya Mas ini aku." Sahut Aruna.
Raka langsung menari Aruna hingga jatuh tepat menimpa tubuhnya.
" Mas kamu sedang sakit, jangan seperti ini! Selang infusmu bisa ketarik, darahnya nanti bisa naik ke selang." Ucap Aruna membenarkan posisinya.
Aruna berbaring miring menghadap Raka. Raka tidak membuang kesempatan itu, ia menarik Aruna ke dalam pelukannya.
" Sayang jangan pernah meninggalkan Mas lagi." Ucap Raka.
" Aku tidak akan meninggalkanmu Mas! Aku akan tetap mendampingimu apapun yang terjadi setelah ini. Maafkan aku yang telah meninggalkanmu." Ucap Aruna mengelus punggung Raka.
" Kau tidak bersalah sayang, Mas lah yang bersalah di sini. Mas yang tidak jujur padamu dan mengakibatkan semua ini terjadi. Mas jadi pembunuh sayang.. Mas membunuh Amira hiks... " Tiba tiba Raka terisak.
" Tidak Mas, Amira meninggal bukan karena Mas. Dia memang mengidap penyakit kanker yang tidak bisa di sembuhkan Mas. Tubuhnya sudah lemah karena penyakit itu. Cekikkan Mas tidak berarti apa apa baginya, Mas juga tidak terlalu keras melakukannya. Jangan pernah menyalahkan diri Mas sendiri, aku ada di sini untukmu Mas. Tetaplah menjadi kuat seperti biasanya. Jangan terpuruk karena masalah ini! Kau harus bangkit! Banyak orang orang yang menanti Raka sang pemimpin RW Group. Mereka semua mendukungmu Mas." Ucap Aruna.
" Mereka semua membenci Mas Aruna, Mas sangat malu dengan kasus yang menimpa Mas saat ini. Mas tidak berani menatap mereka semua." Ucap Raka.
" Tidak masalah, semua ini pasti akan cepat berlalu. Yang terpenting sekarang adalah kesehatanmu Mas. Sekarang Mas harus minum obat, aku akan mengambilkan makanan untukmu Mas." Ujar Aruna.
" Yang bisa menyembuhkan Mas itu kamu, kamulah obat yang sebenarnya sayang. Obat dari dokter tidak mampu menyembuhkan Mas." Ucap Raka.
" Aku tahu itu Mas, di samping ada aku juga harus ada obat yang mendukung kesembuhanmu. Jika Mas tidak mau kehilangan aku lagi, maka menurutlah padaku! Dengan begitu aku akan betah berada di sampingmu." Ucap Aruna.
Raka menatap Aruna dengan intens, keduanya saling menatap mata satu sama lain hingga membuat jantung keduanya berdetak sangat kencang.
Deg... Deg.. Deg....
Raka memajukan wajahnya lalu...
Cup...
Raka menempelkan bibirnya ke bibir Aruna. Aruna menyusupkan tangannya ke tengkuk Raka. Mendadak ia menjadi agresif, Aruna mencecap bibir Raka dengan lembut. Sesuatu membuncah di salah hati Raka mendapat perlakuan semanis ini dari Aruna.
Raka membalas ciuman Aruna dengan lembut. Suara decapan memenuhi ruangan kamar mereka. Tak tahan di kuasai oleh sang istri, kini Raka mengambil alih perannya. Ia mencium Aruna dengan sangat lembut.
Ciuman yang semula lembut kini semakin menuntut. Tangan Raka berkelana kemana mana, menyadari hal itu Aruna segera melepas pagutannya.
" Sampai di sini dulu, jangan sampai kita keblabasan Mas." Ucap Aruna membuat Raka kecewa.
" Memangnya kenapa? Apa kau masih berniat untuk melanjutkan gugatan cerai itu?" Tanya Raka dengan wajah sedih.
" Tidak, aku sudah membatalkannya. Hanya saja ini bukan waktu yang tepat. Untuk saat ini masih banyak penjelasan yang harus Mas jelaskan padaku dan pada media. Untuk itu Mas harus sembuh dan kembali sehat seperti sebelumnya. Aku akan memberikan semua itu jika saatnya tiba." Ujar Aruna.
" Janji?" Tanya Raka.
" Janji." Sahut Aruna mengembangkan senyumnya.
" Aku akan mengambilkan makanan untukmu, Mas harus cepat pulih jika Mas ingin melakukan hal itu." Ucap Aruna mengelingkan matanya.
" Genit kamu ya." Raka mencubit pelan hidung Aruna.
Aruna turun dari ranjang, ia keluar dari kamar Raka menuju dapur.
" Aku ikhlas menerima musibah ini Tuhan. Ternyata di balik musibah yang aku alami ada kebahagiaan yang terselip di sana. Yaitu kembalinya Aruna padaku."
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Erchapram
Horeeee
2023-05-28
3