Setelah kepergian Raka, Aruna segera mengikuti mobil Raka dari kejauhan. Aruna mengerutkan keningnya, pasalnya mobil Raka melaju berbeda arah dari kantornya.
" Mau kemana Mas Raka? Kenapa dia tidak ke kantor? Kalau di pikir pikir ini jalan menuju rumah sakit. Apa dia mau menemui Amira? Kena kau Mas! Jangan kau pikir aku tidak bisa menangkap basah perselingkuhanmu." Ucap Aruna terus mengikuti mobil Raka.
Setelah sampai di rumah sakit ternama di kota itu. Aruna menghentikan mobilnya di tepi jalan Raya. Ia menunggu Raka masuk ke dalam. Setelah Raka tidak terlihat lagi, Aruna segera memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Dengan jantung yang terus berdetak kencang, Aruna berjalan menuju bagian informasi.
" Pagi Mbak, saya mau tanya apakah di sini ada pasien bernama Amira?" Tanya Aruna kepada petugas informasi.
" Nona Amira istrinya pak Raka maksud anda Mbak?"
" Apa???" Pekik Aruna membulatkan matanya.
" Apa bukan Nona Amira yang itu yang adan maksud?" Tanyanya menatap Aruna.
" Ah benar Amira yang itu Mbak, hanya saja saya tidak tahu kalau tante saya itu sudah menikah." Ucap Aruna nyengir kuda.
" Nona Amira yang baru datang semalam berada di kamar vvip nomer satu Nona." Ucapnya.
" Ah baiklah terima kasih Mbak." Sahut Aruna.
Dengan langkah gontai Aruna berjalan menuju ruangan itu. Pikirannya berkecamuk tidak karuan.
" Istri?"
" Heh sejak kapan mereka menikah? Apa mereka menikah di belakangku semalam? Atau jangan jangan mereka sudah menikah sebelumnya? Kalau benar, sungguh benar benar berita yang mengejutkan."
" Kau mencoba bermain main denganku Mas, baiklah tidak masalah. Mumpung semuanya belum terlalu jauh, aku akan mengakhiri semua ini. Jangan salahkan aku jika aku akan memberontak, kau sendiri yang memulainya dan membuatku seperti ini." Ucap Aruna sambil terus berjalan.
Sampai di depan ruangan vvip nomer satu, Aruna membuka pintu dengan perlahan.
Deg...
Jantung Aruna terasa berhenti berdetak saat melihat Amira sedang memeluk Raka. Tanpa membuang waktu, Aruna mengambil ponselnya lalu segera mengambil gambar mereka berdua. Sekuat tenaga Aruna menahan sesak di dadanya, ia mengambil beberapa foto Raka dan Amira yang terlihat mesra. Bahkan Raka menyuapi Amira dengan telaten.
" Ini yang aku inginkan, aku tidak boleh menyalahkan mas Raka. Baiklah Mas, mungkin ini saatnya aku harus pergi. Maafkan aku!" Gumam Aruna.
Aruna pergi meninggalkan ruangan itu. Ia kembali melajukan mobilnya menuju rumah. Sampai di rumah ia segera berlari menuju kamar, ia berpapasan dengan bi Sumi yang sedang membawa ranjang pakaian kotor.
" Bi tunggu dulu." Ucap Aruna.
" Ada sesuatu yang aku letakkan di ranjang ini. Aku mau mengambilnya." Ujar Aruna.
" Silahkan Nona." Ucap bi Sumi menurunkan ranjangnya.
Aruna segera mengambil karcis rumah sakit dan kunci hotel itu. Sepertinya pihak hotel belum menyadari jika kuncinya terbawa oleh Raka, Aruna juga mengambil kemeja Raka yang terdapat bekas bibir itu.
" Nona, tuan Raka meminta saya untuk mencuci baju itu." Ujar bi Sumi.
" Tidak Bi, mas Raka memintaku untuk mencuci baju ini sendiri. Baju ini adalah baju kenangan kami Bi, Bibi paham kan maksudku?" Dalih Aruna.
" Paham Nona." Ucap bi Sumi sambil tersipu malu.
Aruna segera menyimpan barang barang itu di kamarnya.
Aruna mengamati kunci itu, ia menemukan tulisan nama hotel di ujung nomor.
" Hotel Sanjaya." Gumam Aruna.
" Aku akan ke sana untuk memastikannya." Ujar Aruna.
Aruna kembali ke luar rumah, ia menuju hotel Sanjaya yang terletak di pinggir kota dengan mengendarai mobilnya. Setelah mengikuti google map yang ada pada ponselnya akhirnya Aruna sampai di hotel tersebut pada jam sepuluh pagi.
Aruna turun dari mobil lalu masuk ke dalam menghampiri sang receptionist.
" Pagi Mbak, apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya sang receptionist yang bertage name Cika.
" Begini Mbak, saya kehilangan kakak saya yang bernama Amira. Semalam dia pamit sama saya, mau chek in di hotel ini. Tapi sampai sekarang dia belum pulang dan tidak bisa di hubungi. Kalau boleh saya tahu, apa benar dia chek in di sini dan dengan siapa ya Mbak?" Tanya Aruna.
" Sial... Gara gara mencari bukti, aku sampai harus mengakui wanita j@l@ng itu sebagai kakakku. Amit amit deh." Batin Aruna.
" Sebentar ya Mbak." Ucap receptionist.
" Nona Amira memesan kamar bulan madu bersama pak Raka suaminya Mbak. Namun entah kenapa dia chek out malam itu juga. Kira kira empat jam setelah chek in. Tapi biasanya juga seperti itu Mbak." Terang receptionist.
" Biasanya?" Aruna mengerutkan keningnya.
" Iya, Nona Amira sering chek in bersama suaminya di sini."
Jeduarrr.....
" Apa mas Raka punya hubungan dengan Amira sebelum aku mempertemukan mereka? Sial... Aku merasa di bohongi selama ini." Batin Aruna.
" Mbak, apa Mbak paham dengan suami kakak saya? Bagaimana wajahnya? Saya merasa kakak saya sedang selingkuh dari kakak ipar saya." Ujar Aruna.
" Ah maaf saya tidak tahu soal itu Nona." Ucapnya.
Aruna segera mengeluarkan beberapa uang lembaran seratus ribuan. Ia memberikan yang ke tangan receptionist itu secara diam diam.
" Sekarang katakan!" Bisik Aruna.
" Saya tidak melihat jelas wajahnya Nona karena beliau selalu menggunakan masker. Yang jelas dia punya postur tubuh tinggi, badan athletis dan sepertinya dia tampan Nona."
Deg...
" Benar itu mas Raka." Batin Aruna.
" Baiklah kalau begitu terima kasih Mbak, saya akan mencarinya ke rumah suaminya." Ucap Aruna meninggalkan lobby hotel tersebut dengan perasaan hancur.
Aruna masuk ke dalam mobil.
" Sial sial sial!!!!" Umpat Aruna memukul stir.
" Aku di bohongi sampai sejauh ini. Apa yang sebenarnya sedang di rencanakan oleh mas Raka? Kenapa dia mempermainkan hati dan perasaanku seperti ini? Apa dia pikir aku hanya anak ingusan yang bisa ia permainkan sesuka hatinya? Kau jahat Mas... Kau pria terjahat yang pernah aku kenal. Aku tidak menyangka pria posesif sepertimu bisa menyakitiku sedalam ini."
" Tapi tidak apa apa, aku bersyukur aku bisa menangkap perbuatannya sekarang. Aku harus menemui ayah sekarang juga. Setelah itu aku akan menemui pengacara mas Raka. Semoga dia mau membantuku." Monolog Aruna.
Aruna melajukan mobilnya menuju kantor Raka. Tiga puluh menit ia sampai di depan kantor Raka. Ia segera menelepon ayahnya untuk menemuinya di sebrang jalan. Beruntung sekarang jam makan siang sedang berlangsung.
Tok tok..
Pak Fandi mengetuk kaca mobil Aruna.
" Masuk Yah." Ucap Aruna.
Pak Fandi masuk ke dalam, ia duduk di kursi samping kemudi.
" Kenapa kamu terlihat buru buru? Apa terjadi sesuatu dengan kalian?" Tanya pak Fandi.
" Aku akan menjelaskannya sambil berjalan Yah, yang jelas kita harus segera pergi dari sini. Kita pindah saja ke rumah nenek Yah, aku sudah tidak mau terlibat hubungan dengan mas Raka lagi." Aruna mulai melajukan mobilnya.
" Lalu bagaimana dengan ayah? Apa Raka akan membiarkan ayah lolos begitu saja? Jika kita pergi, kita akan jadi buronan Nak." Ujar pak Fandi.
" Tidak Yah, aku punya alasan yang kuat untuk meninggalkan mas Raka." Sahut Aruna.
Aruna menceritakan apa yang ia temukan pagi tadi. Ia menceritakan semuanya pada ayahnya.
" Ya Tuhan... Benarkah Raka bisa berbuat seperti itu? Jangan jangan kau salah paham Aruna." Ujar pak Fandi.
" Semua bukti sudah jelas Ayah, aku tidak mungkin salah paham. Kalau dia tidak ada hubungan apa apa dengan Amira, seharusnya dia jujur padaku Ayah. Tapi dia memilih menyembunyikan semuanya dariku Yah, sebelum semuanya terlalu jauh, aku akan mengakhirinya sampai di sini Yah." Ujar Aruna.
" Apa kau sudah memikirkan matang matang tentang keputusanmu ini?" Tanya pak Fandi.
" Sudah Yah, ini yang terbaik untuk kami berdua." Ujar Aruna.
" Baiklah terserah kau saja, Ayah hanya berdoa semoga usahamu berhasil. Dan kau bisa hidup bahagia ke depannya Aruna." Ucap pak Fandi.
" Jangan panggil aku Aruna kalau aku tidak berhasil lolos dari mas Raka, Ayah." Sahut Aruna.
Bisa nggak nih Aruna lolos dari Raka?
Penasaran? Jangan lupa tekan like koment vote dan hadiahnya bair author makin semangat...
Terima kasih...
Miss U All
TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Erchapram
Ayo Aruna, kamu bisa. Thor kali ini aku minta double up.
2023-05-26
2