Aruna menyuapi Raka dengan telaten. Raka terus menyunggingkan senyumannya karena bahagia mendapat perhatian sebesar ini dari Aruna.
" Kenapa Mas senyam senyum sendiri seperti ini? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" Tanya Aruna menatap Raka.
" Tidak sayang, Mas merasa bahagia karena mendapatkan perhatian seperti ini darimu." Ucap Raka jujur.
" Sudah menjadi tugasku untuk melakukan semua ini Mas. Maaf jika selama ini aku belum bisa jadi istri yang baik untuk Mas." Ujar Aruna.
Raka menggenggam tangan Aruna. Keduanya saling menatap satu sama lain.
" Mas akan memberitahumu kejadian yang sebenarnya terjadi antara Mas dan Amira sebelumnya. Walaupun terlambat tapi Mas tetap akan menjelaskannya padamu." Ucap Raka.
" Mas masih lemah, tidak perlu menjelaskannya sekarang. Mas bisa menjelaskannya lain waktu. Yang penting sekarang kondisi Mas harus pulih dulu." Ujar Aruna.
" Tapi Mas tidak akan tenang sebelum Mas menjelaskannya padamu sayang." Ucap Raka.
" Baiklah, sekarang jelaskan semuanya biar Mas bisa tenang." Ujar Aruna.
" Malam itu Mas mendapat telepon dari Amira, entah darimana dia mendapat nomer telepon Mas. Mas tidak tahu." Ucap Raka.
" Dia berteriak meminta tolong karena dia di perlakukan kasar oleh pelanggannya. Dia menjerit kesakitan sayang, Mas tidak tega mendengar jeritannya. Tanpa berpikir panjang, Mas langsung ke sana. Sampai di sana benar saja, dia mendapat luka lebam di sekujur tubuhnya. Dia berteriak histeris seperti mengalami depresi gitu. Lalu Mas membawanya ke rumah sakit." Terang Raka merasa bersalah pada Aruna.
" Di rumah sakit dia nampak ketakutan, dia selalu memegang tangan Mas karena takut Mas tinggalkan. Demi rasa kemanusiaan, Mas benar benar tidak tega melihatnya sayang. Akhirnya Mas menemaninya sampai dia merasa tenang."
" Mas bimbang waktu itu, antara memberitahumu atau tidak. Jika Mas memberitahumu, Mas pikir kamu akan kecewa karena Mas sudah bilang tidak peduli dengan kehidupan Amira lagi. Mas takut kamu punya pikiran kalau Mas masih memendam rasa untuknya. Tapi percayalah sayang! Mas tidak ada perasaan apapun kepada Amira." Ucap Raka.
Aruna nampak menganggukkan kepala.
" Saat Mas pulang ke rumah Mas benar benar terkejut pak Riski datang membawa berita buruk untuk Mas. Saat dia bilang kau menggugat cerai Mas, dunia Mas seakan hancur. Mas mencoba mencarimu kemana mana, namun tidak ketemu. Sampai Mas pergi ke hotel Sanjaya, di sana Mas menemukan kejanggalan. Lalu Mas bergegas menuju rumah sakit. Dan siapa sangka saat sampai di sana Mas mendengar semua kebenaran dari mulut Amira dan Alex, kekasihnya."
" Ternyata Amira telah merencanakan semua ini sebelumnya. Mas sangat marah saat itu, karena dia sengaja memisahkan kita berdua. Mas hilang kendali, sampai sampai Mas mencekiknya hingga tiada, dan Mas berakhir di dalam sel itu." Ucap Raka mulai menampakkan kegelisahannya.
" Apa kau tahu sayang? Mas merasa hidup Mas telah hancur. Berada di dalam sel penjara yang begitu pengap dan dingin. Dan kehilangan kamu untuk selamanya, Mas merasa sangat sesak sayang. Mas pikir hidup Mas akan berakhir di sana. Mas sangat takut waktu itu, Mas berpikir kita tidak akan bertemu lagi. Mas merasa tidak ada gunanya lagi Mas hidup. Mas merasa putus asa sayang... Mas.."
Raka terlihat panik dan gelisah. Aruna segera menarik Raka ke dalam pelukannya. Ia berusaha menenangkan Raka agar tidak hilang kendali.
" Jangan takut Mas! Sekarang ada aku di sini. Jangan memikirkan hal yang buruk, yang belum tentu terjadi. Semarah ataupun sekecewa apapun aku pada Mas, aku tidak akan tega membiarkan Mas terpuruk dan menjalani semua ini sendirian." Ujar Aruna.
" Terima kasih sayang, terima kasih telah memaafkan Mas dan menerima Mas kembali. Mas berjanji, mulai sekarang Mas tidak akan menyembunyikan apapun lagi darimu sayang. Kaulah yang terbaik untuk Mas, Mas menyayangimu." Ucap Raka mencium kening Aruna.
" Iya Mas, sekarang minum dulu obatnya." Ucap Aruna melepas pelukannya.
Aruna memberikan obat dan segelas air putih. Raka segera meminumnya.
" Sekarang istirahatlah Mas!" Ucap Aruna.
" Peluk." Ucap Raka manja.
" Hmm mulai manja, di kasih hati malah minta jantung." Ucap Aruna.
" Tidak cuma itu sayang." Raka menarik Aruna.
Aruna naik ke atas ranjang, ia berbaring miring menghadap Raka.
" Lalu?" Tanya Aruna menatap Raka.
" Mas minta semua yang ada di diri kamu. Semua yang ada padamu adalah milik Mas, termasuk hidupmu." Ucap Raka sambil memainkan rambut Aruna.
" Oh begitu ya. Berarti semua yang ada pada diri Mas, milikku juga donk." Ujar Aruna.
" Tentu saja." Sahut Raka dengan cepat.
" Berarti aku bebas donk mau ngapa ngapain." Ujar Aruna.
" Iya bebas, mau sentuh wajah Mas? Tinggal sentuh." Raka menarik tangan Aruna lalu meletakkan di wajahnya.
" Mau sentuh dada Mas, juga boleh." Raka menurunkan tangan Aruna ke dadanya.
" Atau mau sentuh... " Raka menjeda ucapannya sambil menatap ke bagian bawahnya. Aruna mengikuti arah mata Raka, ia membulatkan matanya.
" Nggak mau." Aruna langsung menarik tangannya membuat Raka terkekeh.
" Katanya mau memberikan itu pada Mas, tapi di suruh kenalan dulu nggak mau. Coba pegang dulu sayang, biar besok kamu nggak kaget dan nggak takut kalau milik Mas besar." Goda Raka.
" Mesum." Cebik Aruna.
" Sama istri sendiri kan nggak apa apa sayang." Ujar Raka memeluk Aruna.
" Nggak boleh berbuat mesum sama anak kecil." Ucap Aruna.
" Emangnya kamu anak kecil?" Tanya Raka.
" Ya iyalah.. Kalau kita jalan berdua itu, pasti semua orang mengira kalau kita keponakan dan om. Atau bisa saja mereka mengira kalau kita ayah dan anak karena usia kita yang jauh berbeda." Ucap Aruna.
" Kamu melukai hati Mas sayang." Ucap Raka sedih.
Aruna mendongak menatap wajah Raka yang memperlihatkan kesedihannya.
" Maaf Mas aku hanya bercanda." Ucap Aruna.
" Tapi kamu benar sayang, Mas memang sudah tua. Umur kita jauh berbeda, kalau kita tidak juga punya anak, nanti pas kita punya anak Mas sudah tidak bisa ngapa ngapain." Ujar Raka.
" Mas ini ngomong apa sih, Mas akan tetap sehat dan bisa menemani aku dan anak anak kita nanti. Sudah ah tidak perlu membahas hal itu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya." Ucap Aruna.
" Baiklah, mari kita bahas yang indah indah saja." Ujar Raka.
" Setelah Mas sembuh nanti, Mas akan langsung tancap gas biar kamu cepat hamil. Jadi pas anak anak kita sudah besar, Mas masih bisa melihat mereka. Semoga Tuhan memberikan kita umur yang panjang agar kita bisa melihat anak anak kita sukses nanti." Ucap Raka kembali memeluk Aruna.
" Amin." Sahut Aruna membalas pelukan Raka.
Raka menciumi pucuk kepala Aruna dengan penuh kebahagiaan.
" Terima kasih Tuhan kau telah mengirimkan jodoh terbaik untukku. Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan gadis sebaik Aruna." Batin Raka.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments