Semua alat yang dipakai Bayu mulai dilepas satu peratu , kecuali kateter yang masih terpasang dikemihnya. Mereka masih harus memeriksa itu untuk penunjang pemeriksaan Laboratorium saat ini. Elvira tengah mempersiapkan Bayu untuk melakukan pemeriksaan MRI dan rontgent pada beberapa bagian tulang pinggulnya saat itu.
“Mba El, sudah siap?” tanya seorang perawat yang menghampiri mereka di kamarnya. Hanya bertiga, karena mama Lita memenuhi janji pada Elvira untuk mengurus surat resign langsung di Rumah sakit tempatnya bernaung beberapa tahun ini.
Kadang masih dipenuhi beberapa pertanyaan dikepala mengenai ketulusan mama Lita pada Elvira. Asli, atau hanya pura-pura agar papa dan Bayu tak lagi mendiamkannya saat itu.
Mereka telah sampai di ruangan. El masuk dan mempersiapkan Bayu yang masih duduk di kursi roda dan memakaikanya seragam yang ada di ruangan yang telah siap dan bersih untuknya. “El tunggu di luar, ya? Abang Cuma sebentar kok,” bujuk El pada calon suaminya.
El kemudian berjalan keluar dan melihat Bayu dari kaca pembatas ruangan dengan segala proses yang ada. Mereka semua mulai memasukkan Bayu pada alat itu dan mulai merekam semuanya agar terbaca oleh alat lain.
Bayu mengalami cidera otak saat itu yang mengakibatkan kelumpuhan pada kakinya. Tapi menurut Dokter, organ lain tak ikut lumpuh parah seperti bagian pinggang kebawah. Dengan kata lain, harusnya tangan dan organ atas Bayu bisa segera pulih dengan banyak Latihan dan segala jenis terrapin yang diberikan nanti. Bertahap, baru akan fokus pada bagian kaki hingga nanti Bayu bisa berjalan lagi.
Nyatanya juga Bayu bisa bicara meski masih seadanya, yang walau kadang membuat El heran karena ia belum mau bicara pada mama dan papa saat ini.
“Abang kenapa belum mau bicara sama mereka? katanya mau nikah sama El?”
“Aku… Aku masih memiliki alasanku saat ini, El. Sebentar saja, pasti aku akan bicara pada mereka nanti,” jawab Bayu disaat perjalanan pulang ke kamarnya saat itu. El langsung mengunci kursi roda dan meraih tubuh Bayu agar kembali tidur di ranjangnya karena Bayu belum boleh kelelahan.
El memasang kuda-kuda agar kakinya kuat, kemudian memmeluk tubuh tinggi besar itu beralih ke ranjang yang sebulan ini menjadi tempat perawatan untuknya. Ia juga merapikan Bayu saat itu, terutama dengan kateter yang masih ia pakai dibawah sana. Bayu sebenarnya sudah tak betah memakai itu, tapi dokter belum meminta El untuk melepasnya.
Kebetulan memang sudah sore, dan El melepas kemeja tidur yang Bayu pakai saat itu untuk membersihkan tubuhnya saat ini agar lebih segar ketika papa datang.
Entah kenapa saat ini terasa berbeda, ketika jantung El terasa berdebar tak karuan dengan aktifitas yang tengah ia lakukan. Atau, karena Bayu juga menatapnya tanpa berkedip sejak tadi, begitu serius dan tajam menembus relung hati Elvira yang terdalam.
“Kau gelisah? Bukankah banyak pasien yang menatapmu seperti ini?” tanya Bayu yang merasakan kegelisahan diwajahnya.
“Apaan sih, Bang. Pasien El disana kan, orang dengan gangguan jiwa semua.” Elvira membuang muka dengan tatapan yang diberikan Bayu padanya saat itu, bahkan tangannya juga ikut gemetar seakan tak bisa mengontrol dirinya sendiri saat ini.
“Udah, El mau siapin air bilasan dulu. Abang sambil belajar buka kemeja sendiri, ya?” pinta El, yang kemudian pergi meninggalkannya segera untuk mempersiapkan alatnya.
Bayu hanya menatap El hingga benar-benar hilang dari pandangan, lalu menggerakan tangan perlahan untuk membuka kemejanya saat itu dan benar-benar ia kesulitan membukanya meski hanya tinggal beberapa kancing dibagian bawah.
“Apa kau akan menyerah hanya dengan ini? Ayolah,” mohon Bayu pada dirinya sendiri saat itu.
Bahhkan jika bukan Bayu dengan El yang selalu merawatnya, ia pasti akan meraung-raung ketika mengeyahui keadaannya sekarang ini. Kehilangan gadis yang amat ia cintai dan ia perjuangkan, dan saat ini menderita kelumpuhan yang takt ahu bahkan sampai kapan. Ia menangis, tapi berusaha untuk tetap kuat demi semua yang tengah memperjuangkannya saat ini.
“Sudah?” tanya El yang membawa baskom berisi air hangat ditangannya. Ia melihat Bayu berhasil mengerjakan apa yang ia minta saat itu meski hanya tersisa dua kancing, tapi El langsung memuji dan memberi penghargaan untuk calon suaminya.
Bagi El, bayu cukup kuat menerima semuanya. Tapi ini bukan masalah seberapa cepat Bayu mendapatkan pengganti Mita atau tersenyum menyambut hidupnya yang baru. El tahu bagaimana Bayu menahan depresinya sendiri saat ini, tapi ia mengalihkan semua pada El agar bisa membuatnya selalu tertawa. Hanya untuk bertahan hidup dalam kondisi ini saja sudah amat bersyukur dibuatnya.
Akan tetapi, ini baru ia dan keluarganya. Bayu belum dijenguk oleh siapapun atau bertemu siapapun selain mereka dan itu adalah tugas El untuk bersiap terus menemaninya untuk waktu yang lama.
“KEnapa kau mau menikah denganku? Seumur hidupmu, akan dihabiskan untuk merawat pria lumpuh sepertiku. Masa depanmu masih panjang, Elvira. Jika kau ingin pergi, maka pergilah dan kau akan dapatkan yang lebih baik dariku diluar sana.”
“Kenapa bicara seperti itu?” tanya El yang mengusap kepala belakang Bayu dengan handuk basahnya saat itu.
“Aku tak ingin jika kau terpaksa. Kau bahkan tak tahu batinku seperti apa saat ini, yang kadang menangis sendiri tanpa airmata yang mengalir. “
“El nyatanya bisa buat Abang tersenyum, kan? El bisa peluk Abang kalau Abang mau nangis. Tak usah ditahan karena itu pasti rasanya sakit sekali,” ucap El dengan terus mengerjakan tugasnya saat itu.
Dan benar saja, tangan Bayu yang masih gemetar saat itu berusaha dengan keras untuk ia angkat dan meraih tubuh El yang memang ada dihadapannya saat ini, langsung Bayu peluk dengan erat meski sulit ketika ingin melingkarkan kedua tangannya disana.
Bayu Sudah pernah menangis terisak didepan ibu dan bapak untuk kepergian Mita, kenangan, dan semua bayangannya. Tapi Bayu belum pernah menangisi dirinya sendiri sama sekali. Dan kali ini airmata itu akhirnya tumpah, berharap setelah itu ia benar-benar lega.
El mendengarkan tangis bayi besarnya itu dengan wajah yang santai sembari terus melakukan pekerjaan membilas tubuhnya. Ya, nyatanya El bisa membuat Bayu tersenyum dan bangkit saat ini dan itu menjadi tugas El sebagai calon istri dan perawat pribadinya nanti.
“Abang janji ya, setelah ini mau bicara supaya kita bisa segera menikah. Ingat, tugas El banyak.” El mengusap rambut Bayu saat itu yang sudah bersih dan wangi ia beri minyak rambut pavoritnya.
“Terimakasih, El. Kau mau memperjuangkan aku seperti ini, dan tak pernah meninggalkan aku dengan kondisi yang pasti akan sulit bagimu.”
“Kita berjuang sama-sama,” ucap El, meraih wajah Bayu dan mengusap air matanya saat itu. El tahu benar jika Bayu tak ingin tampak lemah dihadapan mereka semua.
“Tapi aku tak ingin ada pernikahan kontrak diantara kita,” ucap Bayu, yang cukup membuat El diam seribu bahasa karenanya. “Pernikahan hanya sekali, kita akan saling memperjuangkan setelah ini.”
El tersenyum, ia kembali mengusap rambut hitam Bayu saat itu dan bahkan tak segan mengecup keningnya sebagai pemberi semangat. Mereka berjanji, akan berjuang bersama setelah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Fi Fin
suka ceritanya bagus biasanya orang yg di vonis lumpuh akan stres ngamukan kyk cerita novel2 lain , tapi ini ga Bayu mslah bisa meberima kondisinya dan akan berjuang unyuk kesembuhanbya
2024-06-05
0
🌷💚SITI.R💚🌷
wah bayu akhiry pecah jg tangisy pasti lega bnget ya bay..
2023-06-03
0
Titin Itin
lnjuuut thooor
2023-06-03
0