Papa Thomas terus menunggu El saat itu, begitu juga Bayu. Apalagi ia sudah mendengar jika El ajkan segera menemuinya setelah ini, dan ia langsung semangat. Baginya El bukan pengganti, tapi El bisa sedikit meredakan laranya saat ini dengan bayangan pesan dari Mita sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Abang, nanti kalau Mita ngga ada, jagain EL ya?” Itu pesan dari Mita, dan saat itu mendadak saja ia berkata demikian. Bayu hanya mengangguk dan tak memiliki firasat apapun, hingga semua terjadi begitu saja. Sesalnya bukan Bayu yang akan menjaga El, melainkan El yang akan menjaga Bayu.
Hingga hari sudah mulai sore, El tak kunjung datang kesana. Bayu tampak mulai gelisah, apalagi ia gerah karena tak mandi sejak tadi pagi. Ia bahkan tak bisa bergerak sama sekali dan tak nyaman saat ini.
“Pa?” panggil Bayu saat itu, dan wajahnya tampak sedikit pucat saat ini. Mungkin akibat mimisan beberapa jam lalu.
“Ya, Bay. Ini papa lagi berusaha hubungi El lagi. Papa jadi cemas terjadi sesuatu dijalan,” balasnya menekan nomor Elvira beberapa kali.
“Bu… El mohon buka pintunya, Bu.”
El terus mengetuk pintu dan memanggil ibunya agar luluh, bahkan ia memohon saat itu. Jendela kamar juga tak bisa ia buka karena ibu meminta seseorang memakunya dari luar agar El tak bisa kabur dari rumah dengan cara apapun. Kamar mandi juga ada didalam hingga tak ada alasan El untuk keluar dari kamarnya.
Gadis itu saat ini duduk memeluk lututnya di lantai dan bersandar pintu. Ia lelah, kehabisan suara karena sudah beberapa jam dikurung seperti tawanan di kamarnya sendiri, sementara ibu sama sekali tak menjawab panggilan El saat itu padahal ia ada diruang depan.
“El kenapa, Bu… Kok ibu kurung begitu di kamarnya?”
“Biarin! Ibu ngga mau kalau El pergi lagi hari ini untuk mengurus Bayu. Bantu itu seperlunya, ngga perlu mengorbankan diri seperti ini,”
“Mengorbankan diri apanya sih, Bu? Ibu lupa jika El itu perawat? Jadi wajar kalau El perduli sama Bayu.”
“Perduli boleh sama siapapun, Pak. Bahkan El bisa ibu bukain tempat praktek dirumah ini nanti, supaya bisa bantu warga sesuai cita-citanya sama MIta, tapi tidak untuk keluarga mereka.”
Keributan antara bapak dan ibu saat itu terdengar jelas oleh El yang ada di kamarnya. Ia tak enak hati jika lagi-lagi membuat keributan seperti ini, merasa kehadirannya adalah tambahan masalah untuk mereka semua.
“Bu, El itu Cuma jalanin amanat Mita, Bu.” El membela diri dari dalam sana, dan Bapak langsung merasa kasihan padanya. Ia ingin membukakan pintu, namun mendapat lirikan tajam dari ibu seketika itu hingga ia mundur lagi dari langkahnya.
“Kamu inget yang dikatakan bu Lita tentang Mita, El? Bahwa Mita itu sudah meninggal, dan urusannya dengan dunia selesai. Anggap saja itu hanya keinginan Mita, dan tak harus dituruti oleh kamu. Terutama hanya untuk keluarga mereka.” Ibu begitu datar saat ini. Sepertinya, apa yang dikatakan mama Lita memang masih amat membekas dan trauma dalam hatinya.
“Biarkan dia merasakaan, apa yang kemarin ia ucapkan. Urusan kami sudah selesai ketika MIta tak ada,” imbuh ibu dengan suara lirihnya.
Bapak hanya bisa menghela napas panjang saat ini. Jika ibu seperti ini, akan sangat sulit untuk dibujuk karena memang sudah terlampau sakit agaknya. Terpaksa ia biarkan istrinya sementara hingga ia sendiri yang membukakan pintu kamar El nanti.
“Maaf, El.” Bapak mendekat ke pintu dan berbicara pada El saat itu. El sangat mengerti alasan itu semua dan hanya bisa kembali termenung di kamarnya yang sunyi.
Hingga akhirnya El meraih hpnya di ranjang, menaap jumlah panggilan papa Thomas yang tak terhitung lagi padanya.
“Pak_” panggil Elvira, dan betapa lega papa Thomas saat itu mendengar suaranya terutama sang putra. Bahkan Bayu langsung berbinar matanya saat itu.
“El, dimana?” tanya BAyu lirih padanya. untung saja saat itu mama Lita tengah di kamar mandi hingga tak mendengar Bayu sudah mengeluarkan suaranya.
“Bang, maaf El masih di rumah sekarang. El ngga boleh kesana sama ibu, bahkan El dikurung di dalam kamar saat ini.”
Bayu memejamkan mata, pilu mendengarnya. ia seolah telah menduga jika ini semua pasti karena ibu yang masih kesal dengan mama Lita entah karena kata atau perbuatannya. Entah apalagi yang mama Lita buat sampai menimbulkan efek seperih ini untuk ibu disana.
“Bang, nanti kalau El bisa, pasti El kesana. Abang nurut dulu sama perawatnya, ya?” pinta El saat itu pada Bayu, dan mau tak mau Bayu mengiyakannya meski berat. Bukan karena El, tapi fikirannya pada ibu saat ini.
El mematikan teleponnya saat itu, dan berniat istirahat sejenak dari lelahnya memohon pada sang ibu. Dan ia berharap jika ketika ia bangun, pintu sudah bisa ia buka seperti biasa.
Papa Thomas memanggil perawat saat itu, ketika Bayu mendengar permintaan El agar ia mau dipegang perawat lain disana. Mereka datang kemudian datang dengan semua peralatan yang ada dan memulai tindakan pada Bayu, saat itu mereka semua sekaligus mengecek semua bekas luka operari Bayu agar bisa memastikan permintaan Bayu untuk pulang segera.
“Ada keluhan, Mas Bayu?” tanya seorang perawat pria padanya, tapi Bayu menggelengkan kepala. Hingga mereka benar-benar melakukan semua tindakan sesuai SOP untuk memandikan Bayu hingga tubuhnya sedikit segar, bahkan mereka melakukan beberapa terapi untuk memastikan berapa skala kekuatan tulang Bayu saat ini.
“Pulang,” pinta Bayu yang berbisik pada pria itu.
“Ya, saya rundingkan dulu kepada dokter setelah ini. Jika sudah bisa, maka pasti akan diizinkan pulang nanti.” Bayu hanya mengedipkan matanya sekali, pertanda ia mengerti dengan apa yang perawat itu katakana padanya.
Hingga perawat itu pergi usai yang satunya memberi obat pada Bayu untuk sore ini. Bayu tampak tenang dan memejamkan matanya selama beberapa saat, hingga papa Thomas bisa santai sejenak dan membersihkan tubuhnya saat itu. Ia menitipkan Bayu pada Mama Lita yang tengah sibuk dengan hp ditangannya.
Pintu di ketuk. Mama Lita rupanya baru saja memesan makanan via delivery order untuk ia makan sore ini, karena sejak siang tadi ia tak makan akibat terbayang-bayang darah yang mengalir dihidung putranya.
“Terimakasih ya, Mas,” ucap mama Lita yang semringah sembari menerima makanan nikmatnya saat itu.
“Apa, Ma?” tanya papa yang baru keluar dari kamar mandi, tampak lebih segar saat ini dengan rambutnya yang basah.
“Ini Pa, mama beli makanan. Kita makan dulu yuk,” ajak mama yang mempersiapkan semuanya di meja mereka berdua. Kemudian duduk dengan santai dan mulai menikmati semua makanan yang ada.
“Astaghfirullah!” ucap papa, ketika ia terkejut melihat monitor jantung Bayu yang tampak lurus dimatanya saat itu. Yang bahkan ia harus mendekat untuk memastikan semuanya.
Papa yang cemas langsung memanggil dokter saat itu juga, sementara mama Lita ikut cemas dan berdiri disamping suaminya.
“Mama ngga lihatin monitor Bayu sejak tadi?” tanya papa, yang bahkan menempelkan jari dihidung dan leher putranya saat itu. Bayu diam, tubuhnya begitu dingin saat ini bahkan ia tak membuka matanya sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Minthil She Judhezt
Naluri ibu tetep melindungi
2023-09-10
0
🌷💚SITI.R💚🌷
innalillahi
2023-05-31
1
Pujiastuti
kenapa lagi sama Bayunya 🤔🤔🤔
lanjut kak semangat upnya 💪💪💪
2023-05-31
0