"Pa?" panggil Bayu yang mulai lagi membuka matanya saat itu. Papa Thomas yang tengah mengurus pekerjaan lewat hpnya segera beralih menghampiri, sementara mama Lita tengah mandi. Mama Lita sama sekali tak mau pulang meski dipaksa oleh papa beberapa kali.
"Ya, Bay... Kamu mau apa?"
Bayu beberapa kali mengedipkan matanya dengan begitu lemah, menoleh kekanan dan ke kiri seolah mencari sosok yang hilang saat ini.
"Kamu cari mama?" tanya papa, tapi Bayu justru menggelengkan kepalanya. Papa sekejap tahu, siapa yang dicari oleh Bayu saat ini, yaitu Elvira. Papa Thomas lantas diam sejenak dan memijat pelipis usai membuka kacamata yang ia pakai.
"El sekarang sedang ada acara, doa tujuh harian untuk Mita." Mau tak mau papa Thomas harus jujur pada putranya itu, apalagi sesuatu tentang Mita.
Hingga Bayu sadar, jika peristiwa itu sudah seminggu yang lalu terjadi dan ia kehilangan calon istrinya tercinta. Bahkan seharusnya besok adalah pernikahan mereka berdua yang sudah dirancang dengan sedemikian rupa. Ia bahkan meneteskan air mata tanpa terasa.
Papa Thomas amat paham betapa perasaan Bayu saat ini. Tak down dan tak lemah saja ia bersyukur, Mungkin karena ia juga sudah mendengar kabar itu sebelumnya sejak ia tidur cukup lama hingga ia tak terkejut lagi dan mempersiapkan diri sejak itu.
“Sayang, sudah bangun. Mau makan?” sapa mama Lita yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya begitu segar dan ceria penuh senyum saat ini, beda dengan sang putra yang masih murung dengan seseorang yang belum ia temui disana.
Bayu hanya menggelengkan kepala dan Kembali diam. Entah kenapa ia menjadi sedikit malas ketika ada mama diantara ia dan papanya, seperti kehilangan semangat untuk bicara.
Malam ini begitu ramai di rumah bapak dan ibu, persis seperti apa yang sebelumnya diperkirakan oleh mereka bahwa bahkan ada beberapa tamu undangan jauh yang datang. Padahal, El saja sudah membuka Facebook dan sosial media milik Mita yang lain untuk memberitahu mereka semua atas kabar duka yang ada.
Dan benar saja, mereka semua yang berdandan cantik berkilau dengan gaun pestanya saat itu tercengang dengan isi tenda yang bukannya pesta tapi justru tengah melantunkan doa-doa bersama. Mereka bahkan tampak seragam, memastikan jika pengajian orang meninggal tengah dilakukan.
“Astaghfirullah… sampainya aku ngga tahu kabar ini. Macam mana?” fikir salah seorang rombongan yang ada.
Namun, El yang melihat mereka datang langsung menyambut dan mengajaknya masuk kedalam rumah itu bahkan menjamunya dengan baik. Semua tak enak hati bahkan meminta maaf padanya saat itu dan langsung mencari ibu dan bapak.
“Maaf, karena saya sudah lama tak aktif di sosial media, jadi saya sama sekali tidak tahu beritanya.”
“Tak apa. Kak. Kakak datang mendoakan Mita, ya? Ini, El kasih buku yasinnya sebagai kenang-kenangan.” Mita membagikan buku pada mereka satu persatu dengan gambar Mita disana. Cantik, dengan wajahnya yang manis dan begitu cerah mempersona dengan seyum indahnya.
Tak lupa El memperkenalkan diri saat itu sebagai sahabat Mita, dan bahkan akan menjaga bapak dan ibunya sejak hari ini dan seterusnya. Tak lupa mereka mempertanyakan bagaimana nasib Bayu saat ini, dan dengan jelas El menceritakan semuanya.
“Untuk sekarang sudah sadar dari koma, namun disaran kan untuk tidak menjenguknya dalam waktu dekat. Karena_”
“Iya, El… Kami tahu. Titip doa dan salam buat dia, ya? Nanti kalau sudah membaik, kamu bisa hubungi kami agar bisa menjenguk dan memberi semagat buat dia.” El tersenyum dan menganggukkan kepala mendengar niat baik mereka semua. Ia terkesan, yang meski Mita memiliki sahabat sebaik mereka tapi Mita tak pernah melupakan dirinya sama sekali.
Hingga mereka semua pamit pulang usai bertemu ibu bapak dan mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya. Bahkan tak lupa mereka memberi bingkisan untuk semua sahabat Mita, dan juga senyum ikhlas dari keduanya.
Acara selesai, dan mereka bubar saat itu untuk pulang ke rumah masing-masing dengan bingkisan yang sama dengan para sahabat dapatkan. El membawa ibu dan bapak masuk, duduk dan mengobrol bersama saat ini sembari menatap banyaknya kado yang mereka bawa,
“Mereka orang kaya, ya? Kadonya bagus-bagus. Ini mau dikasih siapa?” tanya El pada ibunya.
“Mereka yang kaya itu teman Bayu, tapi teman jauh dan lebih akrab sama Mita.” El mengerenyitkan dahi mencerna ucapan bapak padanya.
“Kalau El mau, buka aja. Apa yang El suka, El pakai agar lebih berguna,” ucap ibu, meraih sebuuah kado yang isinya seperti perlengkapan alat rumah tangga. Ia trsenyum, mungkin mmebayangkan jika harusnya Mita akan berumah tangga dan memberikan cucu seharusnya.
“Engga ah, nanti ibu inget Mita terus jadinya, malah sedih lagi.”
El menolak lalu menaruhnya Kembali ditumpukan kado itu dan merapikannya. Mungkin akan ia buka tapi setelahnya akan ia pilih dan ia bagikan kepada tetangga, sementara amplop yang ia simpan akan ia berikan pada anak panti yang lebih membutuhkan. Itu sudah kesepakatan El, ibu dan bapak agar Mita banyak mendapat doa dari mereka semua.
Mendadak Hp El berbunyi saat itu. Ia meraihnya diatas lemari, dan ternyata papa Thomas yang memanggilnya bahkan dengan video call. El ragu saat itu untuk menerima, tapi tangannya spontan mengggeser panggilan agar ia menjawabnya.
“Assalamualaikum, Bang Bayu?” sapa El, dan saat itu ibu langsung membeku, karena ia tahu jika mantan calon menantunya yang memanggil. Tubuhnya langsung gemetar tak karuan dengan wajah yang mulai pias, bahkan sesak ketika El menyapa pria itu dengan senyuman yang begitu ramah.
“El, ibu?” ucap Bayu. Lirih tapi El tahu dari Gerakan bibirnya saat itu.
El melirik kearah ibu dan bapak segera. Bapak santai dan tampak legowo, namun ibu yang tampak amat berat hanya untuk menatap wajah Bayu saat ini, apalagi menyapanya yang sudah membuka mata. El kemudian memberikan hp itu pada bapak untuk melanjutkan bicara mereka.
“Nak Bayu, sudah mmebaik?” tanya bapak yang tak kuasa menahan harunya. Namun yang terdengar disana adalah isak tangis Bayu yang tak kuasa lagi menahan air matanya. Bahkan jika mungkin, ia akan menghampiri mereka semua dan bersujud memohon ampun atas semua kejadian yang menimpa dan menghilangkan nyawa calon istrinya.
“Sudahlah, jangan menangis. Ini semua sudah takdir, dan siapapun tak ada yang bisa mengelaknya. Saat ini, syukuri jika nak Bayu masih bisa membuka mata dan bertemu dengan keluarga dan Mita sendiri sudah tenang disana.” Bapak amat sangat peka meski Bayu tanpa kata. Sementara ibu masih diam dan pias ditempatnya tanpa bergerak sama sekali sekedar untuk menyapa mantan calon menantunya.
El iba. Bagaimana jika setelah ini papa Thomas mengutarakan rencananya untuk menikahkan mereka berdua setelag Bayu semakin membaik keadaannya. Ia takut jika nanti ibu akan menolak, bahkan lebih parah dari apa yang ia bayangkan saat ini.
Suara Bayu masih terdengar terisak disana dengan segala rasa sakitnya, sementara El menggenggam tangan ibu yang mulai dingin sama perihnya karena trauma mereka saat ini sama.
Warning... Cerita ini dengan alur lambat. jika pembaca lulusan papi dan mai, maka akan paham
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
william henokh
paham Thor..saya lulusan papi mami. tp ini Lebih sedih
2023-07-12
0
Mita Karolina
Judul novelnya apa kak?
2023-06-19
1
Pujiastuti
😭😭😭part ini buat ngebacanya ikur nangis kak author 😭😭😭😭
2023-05-29
0