“El, kok kamu tidur?” Mama Lita mmebangunkannya saat itu. Iya yang masih trauma lantas menghampiri Bayu dan mencoba mengecek keadaannya saat itu.
“Apa sih, Ma?” tanya papa yang tersenyum melihat tingkah istrinya saat itu. Mama Lita benar-benar trauma jika Bayu Anfal lagi dan lebih parah dari kemarin.
“Sudah, El istirahat saja kalau lelah,” ucap papa Thomas ketika melihat El membuka matanya saat itu.
Ia amat tahu bagaimana pekerjaan El untuk putranya yang bisa dibilang sempurna, bahkan Dokter Bayu menyadari itu. Apalagi seperti ada sesuatu yang mengikat mereka berdua saat ini, lebih pada Bayu yang sulit lepas dari sosok Elvira didekatnya. Tapi setidaknya itu penyemangat hidup Bayu saat ini.
“Apa kata Dokter, Pa?” tanya Meera mengucek mataya. Harusnya ia yang bertemu Dokter, tapi mereka meminta El agar tak meninggalkan Bayu sama sekali apalagi dengan waktu yang lama.
Mereka masih akan mengobservasi Bayu seminggu lagi karena kondisinya sempat drop beberapa kali selama perawatan. MRI, cek Laboratorium, CT scan dan semuanya akan dilakukan untuk seluruh organ dalam tubuh Bayu hingga benar-benar pada akhirnya yakin untuk memperbolehkan mereka membawa pulang Bayu.
Jelas Elvira tahu apa saja yang harus dilakukan saat itu, terapi, dan pemeriksaan lain yang harus ia lakukan rutin dengan semua alat penunjang yang harus mereka lengkapi selama di rumah. Dan sementara ini, bahkan sebuah kursi roda yang cukup canggih sudah mereka beli untuk putranya dan tengah dikirim dari luar negri beberapa kelengkapan alat lainnya.
Elvira yang mendengarkan penjelasan papa saat itu dengan begitu tenang memperhatikan semuanya. “Kita akan bekerja sama untuk Bayu nanti. Baik papa, mama, tak akan membiarkan kamu untuk berjuang sendiri mengurus suami kamu nanti,”
Degg!!
Degup jantung Elvira seakan terhenti sejenak ketika papa Thomas menyebut Bayu sebagai suami. Meski iya mereka akan segera menikah, tapi rasanya ia belum siap sepenuhnya saat ini. Entah apa, tapi seolah ia belum siap untuk Bayu meski itu adalah amanat Mita.
“El, kamu kenapa?” tanya mama Lita yang menghampirinya saat itu. Mama sudah tak sekeras kemarin, sudah sedikit melunak meski masih dengan tatapannya yang kadang membuat Elvira merinding takut padanya.
“Ngga papa, Ma. Menikahnya, tunggu abang udah bisa ngomong kan?”
“Ya iyalah, El. Terus siapa yang mau ijab qabul untuk kamu? Aneh ih,” tukas mama padanya saat itu, dan El hanya tertawa sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Entah kenapa semua kebingungan itu membuatnya sedikit lamban dalam berfikir saat ini. Ia memang masih gamang, tapi ia juga sudah tak bisa menolak lagi karena mungkin bisa jadi nyawa Bayu menjadi taruhannya.
Menikah tanpa cinta? Bahkan menganggap Bayu sebagai kakak saja ia tak bisa meski menganggap Mita sebagai saudara perempuan tercintanya.
“Tapi, Ma. Nanti kalau El izin sebentar untuk mengurus Resign ke tempat kerja kemarin bagaimana?” tanya El ragu-ragu saat itu.
“No! kamu ngga boleh kemana-mana saat ini, apalagi harus pergi jauh dan menginap ninggalin Bayu. Kalau ada urusan apapun disana, biar papa yang suruh orangnya untuk mengurus itu semua. Beres, dan kamu tak perlu pergi sama sekali,” tegas mama Lita yang tampaknya mulai perduli pada Elvira-calon menantunya saat ini.
Mau tak mau El menganggukkan kepala dan menurutinya. Ia dan sang calon mama mertua memiliki trauma yang sama. Mama dengan Bayu, dan El dengan Mita yang masih terngiang-ngiang bagaimana bentuknya saat itu.
Hari sudah mulai sore. Mama dan papa pamit pulang untuk melakukan pekerjaan yang lain, belum lagi mereka tengah merenovasi kamar bawah untuk ditempati Bayu dan Elvira nanti untuk mempermudah mereka melakukan aktifitas. Bahkan mama pernah meminta pasang lift pada papa, tapi tak dituruti olehnya.
Papa masih yakin jika Bayu akan sembuh seiring berjalannya waktu terutama Elvira selalu ada didekatnya.
El kini sendiri, Bayu sudah bangun pula dari tidurnya. Makanan Bayu sudah sampai, El menyuapinya saat itu dan setelahnya memberi obat seperti biasa yang sudah diganti dengan obat oral hingga perawat tak bolak balik memberi suntikan diselang infus Bayu saat itu
“Assalamualaikum,” ucap ibu dan bapak yang masuk ke dalam ruangan.
El langsung menyambutnya saat itu dengan senyuman yang begitu ramah dan mencium tangan mereka bergantian. Terkejut, sekaligus bahagia karena mereka tak memberi kabar sama sekali jika akan datang menjenguk saat itu. Apalagi Bayu, yang langsung semringah ketika kedatangan calon mertuanya.
Ya, mereka tetap akan jadi mertua Bayu, bukan? Bayu tetap akan memiliki mertua sebaik mereka nanti ketika bersama Elvira.
El membenarkan posisi Bayu menjadi duduk agar bisa sedikit bercengkrama pada kedua orang tuanya, meski BAyu saat itu masih belum bisa bicara seperti ketika ia hanya bersama Elvira. Bapak juga tampak memberikan Bayu perhatian, seperti saat ini ketka bapak tengah memijat tangan Bayu yang sebenarnya besar dan kekar.
“Kapan pulang?” tanya ibu yang membantu EL membereskan beberapa pakaiannya saat itu. Banyak, karena Ruangan itu sudah seperti kamar El saat ini.
“Bu_”
“Ya, Nak? Ada apa? Tanya ibu lagi ketika El mendadak memanggilnya saat itu.
“Pernikahan,” ragu El untuk mempertanyakannya.”Apa ibu ikhlas ketika El menggantikan Mita menikah dengan Bayu? El berat, takut jika nanti_”
“Mereka akan menganggapmu apa? Ibu selalu ada didekat kamu, El… Jangan pernah dengar apapun kata mereka. lagian itu amanat, dan kita hanya berusaha menjalankannya.” Lagi-lagi ibu tampak begitu tenang saat itu.
El mengangguk berusaha untuk semakin memantapkan diri dari segala ragunya dalam hati.
“El… Ini Bayu kenapa lagi, El?” panggil bapak ketika Bayu tampak pucat dan seperti tengah menahan sesuatu. Bapak yang sama traumanya lantas ketakutan jika terjadi sesuatu pada calon menantunya saat itu., apalagi bapak baru saja memijatnya. Ia takut salah urat, dan membuat kondisi Bayu semakin parah lagi dan lagi.
El yang mendengar itu segera berdiri dari tempatnya dan menghampiri Bayu. Dan benar saja, Bayu tampak begitu sesak dengan wajah yang tengah menahan sesak saat itu, dan seketika El memeriksa semua alat yang ada ditubuhnya satu persatu.
“Bang, apanya yang sakit?” tanya EL padanya, tapi Bayu menggelengkan kepala tengah memberi kode, namun El masih belum tahu apa maksudnya.
“Yang mana sakit?” El meraba seluruh bagian tubuh Bayu saat itu dari ujung kaki hingga naik kepahanya, tapi Bayu tetap menggelengkan kepala, bahkan keringat dingin sampai keluar disekujur tubuhnya saat itu.
Hingga El semakin cemas, begitu juga ibu dan bapak yang nyaris saja berlari kencang memanggil dokter atau perawat yang tengah berjaga di posnya. Namun, Bayu meraih jemari El dan menggenggamnya cukup kuat saat itu untuk sekali lagi memberi kode darurat padanya.
“Apa sih… Whooo Astaga! Abang mules?” tanya El yang baru menyadari semua. Dan benar saja, Bayu langsung menganggukkan kepala padanya saat itu juga. Elvira menepuk jidat dibuatnya.
“Astaga Abaaaang!” geram Elvira, dan Bayu hanya memasang muka sayu dan semakin kuat menggenggam jemarinya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Rara Kusumadewi
ada ada saja
2023-08-11
0
Mama Pesek
ngakak yo....
2023-08-04
0
istrinya namjoon
iiiihhh Abang,😂😂😂😂bersa malu2 GMn gitu kan bay
2023-08-01
0