“Ibu!” tegur salah seorang perawat yang masuk ke dalam ruangan itu. Sayangnya papa Thimas tengah ada di ruangan dokter untuk memberitahu semua hasil dari visit Bayu pagi ini.
Perawat itu lantas menghampiri El dan meraih wajahnya yang kembali merah, padahal yang kemarin saja belum sembuh betul. Dan ia langsung mengobatinya. Sementara mama Lita saat itu langsung datang pada sang putra untuk memberi perhatian padanya.
“Bayu sadar, Nak? Ini mama, Sayang. Mama sejak kemarin tungguin Bayu, tapi Bayunya ngga bangun-bangun. Mama bahagia sekali lihat Bayu bangun seperti ini,” ucapnya membelai lembut rambut saat itu.
Bayu tampak diam menatap sang mama dan hanya mengedipkan matanya beberapa kali saat itu dan mama Lita sampai menangis dengan respon sang putra padanya. Ia saat ini seperti tengah mengenang kembali moment ketika Bayu baru saja ia lahirkan dan membuka mata menatapnya.
“Ibu ini kenapa lagi, bisa-bisanya mukul orang sembarangan?” kesar perawat itu padanya.
“Dia godain anak saya!” Perawat itu lantas mendatangi mama Lita sementara El masih mengompres lukanya. Ia menatap Bayu, dan saat ini memang hanya bisa memberi respon dari mata jika El tak menggenggam tangannya.
Perawat itu hanya menghela napas dengan begitu panjang dan berat, bahkan menundukkan kepalanya akibat terlalu jengah dengan wanita itu saat ini. Dan entah, ia harus berkata apa lagi untuk menjelaskan semuanya.
“Anak ibu baru bangun. Ibu paham??”
“Saya bukan anak kecil yang harus diberi penjelasan seperti itu.”
“Lantas? Apakah ibu tidak paham, jika Bayu anak ibu ini baru bisa merespon dengan mata dan Gerakan tangannya. Jadi wajar jika mba El menyapanya,”
Tapi mama Lita seolah tak menggubrisnya sama sekali saat itu, dan ia tetap menatap Bayunya didepan mata seperti bayi yang baru saja bangun dari tidurnya. Dunia milik mereka berdua dan tak ada yang bisa mengganggu keduanya saat ini.
“Sus_” panggil Elvira pada perawat itu, lalu mengedipkan mata dan menganggukkan kepala untuk memanggilnya. “Biarkan saja ibu begitu. Sekarang suster kembali bekerja sesuai jadwal saja, dan terimakasih.”
Perawat itu hanya menganggukkan kepala lalu keluar dari ruangan itu. El memanfaatkan moment mama Lita dengan anaknya untuk beristirahat sejenak hingga papa Thomas kembali dari ruangan dokter, dan setelah itu ia akan pulang untuk ibu dan bapak di rumah. Disan tengah masak besar untuk doa tujuh harian Mita, dan pasti akan sangat banyak orang yang datang kesana saat ini.
“Kita masih harus sering kontrol dan cek semuanya, terutama bagian yang terluka. Bahkan masih lebam diarea pinggangnya saat ini. Terapi ringan masih harus kita lakukan sebelum terapi yang cukup berat nanti,”
“Baik, Dok… Saya mengerti, terimakasih atas semua penjelasan yang ada.” Papa Thomas langsung berdiri dan pergi dari ruangan itu mmebawa hasil rontgen sang putra.
Besok jika sudah lebih baik, maka akan dibawa untuk pemeriksaan MRI dan beberapa pemeriksaan penting lainnya. Masih dikhawatirkan kondisi Bayu akan drop lagi setelah ini, apalagi ia memang baru membuka matanya di pagi hari. Harus selalu kontrol istirahat dan baru bisa mengajarinya makan saat ini.
Diperjalanan menuju ruangan Bayu, papa Thomas dihadang oleh perawat tadi dan langsung mengjaknya bicara sebentar. Perawat itu memang bukan lagi wanita muda, tapi ia juga belum terlalu tua saat ini dan harus bisa berbicara tanpa harus memancing emosi papa Thomas. Ia tahu jika meraka harus menjaga emosi didepan Bayu saat ini.
“Istri saya namparr El lagi? Sejak kapan dia datang, Sus?”
“Saya takt ahu persis, Pak. Tapi… Yang jelas ketika saya datang Mba El sudah seoerti itu, dan saya langsung mengobatinya.”
Papa Thomas serasa sudah diambang emosi saat ini, dan batas sabarnya sudah tak lagi bisa untuk diam saja.
“Tapi, tetap jaga Bayu saat ini ya, Pak? Bayu lebih penting, dan mengenai Mba El, sepertinya beliau bisa mengerti kondisi yang ada.”
“Baiklah, terimakasih atas sarannya.” Papa Thomas pamit lagi dan kembali berjalan masuk ke kamar Bayu saat ini.
Tampak disana El tengah merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Pipinya kembali merah dengan bekas luka diujung bibirnya yang membuat hati papa Thomas begitu pilu melihatnya. Jika boleh, papa Thomas ingin sekali meraih wajah itu saat ini. Membelai, dan mengucapkan sejuta rasa terimakasih padanya karena sudah berjuang untuk Bayu.
Tatapan papa Thomas beralih pada mama Lita yang saat itu tengah memuja putranya. Menggenggam tangan itu dan mengusapnya dengan lembut, persis seperti ketika Bayu masih balita. Sesayang itu, tapi cara mengekspresikan rasa sayangnya terlalu berlebihan hingga membahayakan semua orang disekitarnya.
“Pa, sudah pulang? Lihat, Bayu tidur lagi setelah mama nyayiin.” Mama Lita menyambut suaminya dengan perasaan yang begitu bahagia.
“Mama tamparr EL lagi?”
“Dia godain Bayu, mama ngga suka.”
“Maunya mama, bagaimana?”
“Bayu sudah sadar, biarkan dia pulang dan kembali pada keluarganya. Perawat banyak yang menjaga anak kita setelah ini. Mama, dan papa juga ada, jadi Bayu ngga akan kesepian.”
“Mama bisa jamin, Bayu akan tak akan tidur panjang lagi setelah El pergi?”
Pertanyaan papa Thomas itu lantas membuat mama Lita membeku. Ia diam menghentikan belaiannya pada Bayu, wajahnya yang sejak tadi ceria dengan bibir melengkungkan senyum kini terkatup dan bergetar begitu tegang. Kemudian ia menoleh menghadap suaminya.
“Apa maksud Papa?”
Papa Bayu lantas menjelaskan beberapa alasan yang ia miliki pada istrinya dengan begitu jeli sesuai dengan ucapan yang dokter berikan. “Bayu masih bisa tidur kapan saja jika tak terus mendapat stimulan, Ma. Dia akan mudah untuk kembali ke alam mimpinya yang indah bersama Mita. Dan yang membuat dia bangun bahkan bukan Mama atau Papa, melainkan Elvira.”
“Engga lah, Pa. Bayu udah beneran sadar kokn, baru aja ngobrol sama mama meski baru bisa kedipin mata. Masa iya bisa koma lagi?”
“Dan jika mungkin akan lebih parah,” ucap papa padanya.
Wajah mama Lita langsung pias, airmatanya mulai menganak sungai saat itu. Tapi tidak… Ia sama sekali tak akan rela jika El lagi yang harus mengurus putranya saat itu. Bagi mama Lita, El dan Mita itu sama dan bahkan El lebih parah dari Mita karena tak cukup jelas asal usulnya.
Cukup lama El tidur disana. Papa Thomas sengaja tetap bertahan untuk menjaga El dari istrinya saat itu sampai ia tak ke kantor saat ini.
El meregangkan otot sejenak dan menatap malu papa Thomas yang memperhatikannya sejak tadi. “Eh, Bapak. Maaf, Pak…” ucapnya tak enak hati. Dan saat itu mama Lita tengah tidur dipinggir brankar putranya dengan begitu lelap.
“Pak, saya izin pulang dulu, ya? Di rumah malam ini ada acar tujuh harian Mita,”
“Oh, maaf El, saya hampir lupa. Tapi, saya tak bisa kesana… Tak apa?”
“Iya, saya kira ibu dan bapak cukup mengerti. Dan saya juga sudah mengabarkan tentang bang Bayu, dan mereka sangat bahagia sekali.”
“Terimakasih, El. Salam untuk mereka,,” ucap papa Thomas yang sempat membelai rambut calon menantunya itu. Cukup kaget, tapi El merasa tersipu dengan kebaikan papa Tomas padanya.
“Mungkin seperti ini rasanya, kalau punya ayah. Pasti bahagia,” gumam El dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Pujiastuti
pak Thomas yang baim tapi istrinya bener² bikin emosi,,,,, biar aja El kamu ngak usah urus Bayu biar koma lagi biar tahu rasa tu si emak yang gengsian dan merasa paling baik
2023-05-29
0
Titin Itin
lnjuuut thooor ngeselin tu msmshnya
2023-05-28
0
nonsk2711
sdh 11 bc msh ngajak gelud tuh mm Lita,bnr" kudu di rukyah tuh orang 🤭
pp nya Bayu mlh lbh bijak n baik bgd n Bayu jg tau klo El tulus membantu cm mak lampir yg bikin esmosi trs,lanjut kak seru nih....kangen papi Bayu mami Syifa apa kbr mrk thor??
2023-05-28
0