Seorang perawat datang setelah mendengar panggilan mama Lita. Sayangnya memamg papa Thomas tak ada disana untuk menengahi mereka berdua dari segala salah paham yang ada.
"Ada apa, Bu?" tanya perawat itu, dan ia memperhatikan El dengan segala alat untuk mengelap tubuh Bayu dan ia tampak kesal pagi ini..
Bahkan mereka tahu jika El tak tidur semalaman demi Bayu. Sayangnya mama Lita tak melihat itu semua karena terlalu lelap dalam tidurnya. Semua orang sadar jika ia cukup lelah dengan semua tugasnya menjaga Bayu sendirian, karena jika siang suaminya menilik sebentar ke kantor.
"Dia kenapa urusin semuanya? Saya bayar Rumah sakit ini mahal loh, di ruang VVIP harusnya pelayanannya bagus. Kenapa dia yang mandiin anak saya?"
"Bu, maaf. Ini semua sudah sesuai kebijakan dan izin dari dokter yang menangani. Lagipula bapak juga mengizinkan,"
"Atas dasar apa?" mama Lita masih saja tak percaya. "Dia itu perawat RSJ, ngga seharusnya pegang anak saya yang waras."
Perawat dan El menghela napas bersamaan saat itu juga. Mereka tak habis fikir dengan sikap mama Lita, yang seharusnya pintar dengan segala ilmu yang ia miliki disana. El bahkan memijati dahinya saat ini, tak terbayang bagaimana kerasnya Mita yang sudah beberapa tahun berusaha meraih hati wanita ini sebagai calon ibu mertuanya.
Antara lega ketika Mita akhirnya lepas dari calon mertua yang arogan, tapi ia juga masih luka dengan kepergian sahabatnya.
“Bu, kami melihat beberapa respon positif dari Tuan Bayu ketika bersama mba El. Jadi, kami memberi akses untuk beliau menangani tuan Bayu saat ini dan berharap agar banyak perubahan lain lagi setelahnya.” Perawat itu tampak cukup lelah menunggu waktunya ganti jam dinas, tapi masih tugasnya sebagai penerang jalan untuk mereka berdua
“Lagipula, Pendidikan kami sama-sama dari perawat dasar dan tinggal menentukan akan ambil ke spesialis mana. Jadi, sama saja,” imbuhnya yang mulai kesal.
“Tetap beda, karena yang selama ini ia tangani adalah orag gila. Anak saya waras,”
“Bu_” Ucapan terhenti ketika El mencegahnya berbicara, dan ia mulai mengambil alih semuanya.
“Okey, begini saja. Sepertinya memang ibu ngga izinin saya sentuh bang Bayu, jadi ibu sendiri yang mandiin anaknya. Gimana?” tantang El memberikan waslap yang ia pegang saat itu pada mama Lita.
“Saya udah bayar perawat sama dokter disini, kenapa harus saya yang pegang? Alatnya banya, nanti kalau salah bagaimana?”
“Nah, itu tahu. Astaga,” geram perawat yang ada disampingnya saat itu. Andai papa Thomas datang, pasti semua tak akan serumit ini sekarang.
El dan perawat itu diam sejenak, ia benar-benar tak mau cari ribut apalagi dihadapan Bayu yang tengah tidur saat ini. Karena meski tidur, ia mampu mendengar semua yang mereka bicarakan dari alam bawah sadarnya.
Andai dengan keributan ini ia segera bangun dan dapat segera melerai mamanya, pasti itu akan sangat menolong.
“Sudahlah, Sus. Maaf kalau saya minta bantuan saat ini,” ucap El yang kemudian menyerahkan waslapnya pada suster dan melepas perlak yang sudah terpasang ditubuhnya barusan.
“Mungkin, saya memang ngga pantes merawat bang bayu. Ibu Lita bener, say aitu perawat Rumah sakit jiwa. Jadi harus pasien sakit jiwa yang saya tangani, Bu Lita sendiri missal,” lirik El pada wanita yang ada didekatnya saat itu.
“Apa kamu bilang?!” mama Lita langsung melotot dengan bola mata yang nyaris keluar dari sarangnya. El hanya mengedikkan bahu, ia merasa tugasnya selesai dan akan segera pergi dari sana Kembali ke rumah Mita. Lebih baik ia ke makam dan mendoakan sahabatnya disana.
“Mau kemana kamu?” tanya mama Lita dengan nada kerasnya.
“Pulanglah, ngapain lagi? Enak saya tidur,” jawab santai El kemudian pergi dari sana. Untung saja ia juga sudah memberikan nomor hpnya pada papa Thomas agar segera menghubunginya jika terjadi sesuatu pada Bayu.
Mama Lita memperhatikan tugas yang dikerjakan perawat itu saat ini, membuka pakaian Bayu secara perlahan dan membersihkan beberapa bagian tubuhhnya yang kotor. Bahkan, dengan terampil membersihkan mulut Bayu dari kotoran karena sudah beberapa lama tak terbuka.
“Ada kabar baru dari Bayu? Semalam saya ketiduran karena kelelahan. Dan lagi, tak ada yang membangunkan saya untuk_”
“Ya, tak ada yang membangunkan ibu dan bapak semalam, karena semua tugas sudah dikerjakan mba El. Beliau mengambil alih semuanya dengan baik hingga bapak dan ibu bisa beristirahat dengan tenang malam ini.”
“Dia lagi? Kalian lelah merawat anak saya?” sergahnya. Ia merasa Rumah sakit tak becus hingga harus mengalihkan semuanya pada perawat luar.
“Ya, dia. Bahkan jika anda ingin melihat rekaman ketika mba Mita mengajak tuan Bayu berinteraksi semalam. Hanya dia yang bisa melakukan semuanya saat ini,” ucap perawat itu dengan begitu bangga, sehingga mama Lita hanya bisa diam mematung ditempatnya tanpa bisa berkata apa-apa saat itu.
Merasa bersalahkah ia akan tindakannya barusan?
Sementara itu El mengendarai mobilnya dengan cepat. Ia melanjutkan niatnya segera menuju makam Mita, dan itu baru pertama kalinya ia menjenguk Mita di rumah barunya yang terakhir. El mamasang selendang yang ia bawa dikepalanya, lalu bersimpuh di gundukan tanah yang masih merah itu.
“Ta, apa kabar? Pasti dingin ya didalam sana, sejuk, dan kamu bisa tidur nyenyak tampa gangguan orang iseng.” El tersenyum getir menatap nisannya saat itu.
El menceritakan kegiatannya sejak kemarin bersama ibu bapak, dan bahkan menceritakan bagaimana ia merawat Bayu semalaman. Ia terbiasa, hanya berbeda karena Bayu adalah calon suami dari sahabatnya dan Ia sedikit canggung dengan bagian-bagian tertentu yang ada di tubuh Bayu saat itu.
“Kacau, padahal itu tugas aku sebagai perawat,” sesalnya. Hingga ia akhirnya menceritakan kejadian pagi ini yang membuatnya kesal dan makan hati. Siapa lagi jika bukan mama Lita, mantan calon mertua sahabatnya itu.
“Kamu betah aja selama ini berhadapan sama dia. Pasti, kamu tertekan banget, iya kan?” tanya El, seolah Mita ada dan duduk didekatnya saat ini.
“Aku ampe sleding dia barusan sangking keselnya. Maaf ya, jadinya dia marah sama aku. Ngga tahu, nanti masih diizinin kesana atau engga.” El mulai murung lagi. Tatapannya kosong saat ini, dan beban fikirannya terasa begitu berat dikepala.
Andai bisa, ia ingin sekali mengistirahatkan kepalanya sejenak meski ia masih harus sibuk setelah ini.
“Aku mau resign dari RSJ, balik kesini untuk rawat ibu dan bapak. Boleh kan? Lagipula, itu pesan kamu selama ini kalau kamu pergi. Maaf, kalau aku telat menurutinya.” El tak sanggup lagi menahhan rasa, hingga akhirnya harus terisak saat itu juga dimakam sahabatnya.
Masih amat pagi, dan ia harus menangis lagi setelah ia berusaha tetap kuat dihadapan mereka semua.
“Janji aku, ini tangisan terakhir.” Entah kenapa El merasa Mita tengah memperhatikan dan ingin mengomelinya saat itu. Wajahnya, mata tajam dan cemberutnya semua terbayang nyata dihadapan El yang begitu merindukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Mama Pesek
jadi teringat Mama Ayu, tapi tak secerewet Mama Lita. semoga El mentalnya sekuat Sifa dulu.
2023-08-04
1
istrinya namjoon
nyesek ya😭😭😭
2023-08-01
0
lili
😭😭😭😭
2023-07-27
0