Elvira membulatkan mata. Ia tak menyangka ada orang sekejam itu dihadapan matanya saat ini. Ia sangka yang seperti itu hanya ada dalam drakor yang pernah ia tonton.
"Saya sakit disini. Urusan Mita dengan dunia sudah selesai, dan dia sudah tenang, bukan? Bagaimana dengan Bayu?" Bu Lita kembali berceloteh dengan segala rasa kecewanya saat ini.
El ingin membalas, tapi ibu mencegahnya agar ia tetap diam dan tak semakin memperkeruh keadaan.
"Sudah benar dia saya jodohkan dengan gadis lain, tapi dia hanya mau Mita. Semua celaka. Celakaaaa!" tangis Bu Lita semakin menjadi disana seakan ia yang paling menderita seumur hidupnya.
"Saya anggap, itu adalah ucapan bela sungkawa ibu pada kami. Setelah ini, silahkan ibu pergi. Bayu lebih butuh ibu saat ini." Akhirnya Bu Nurul angkat bicara padanya. Ucapannya tenang, namun terdengar begitu lantang ditelinga.
El sampai menoleh, seakan tak percaya jika bu Nurul melakukan itu semua. Padahal ia sendiri sudah lemah sejak tadi.
" Anda mengusir saya?" tatap nyalang bu Lita padanya.
"Saya anggap, yang tadi adalah curahan hati sesama ibu. Apalagi anda, yang anaknya lumpuh." Ibu menekan kata Lumpuh dari bibirnya.
"Padahal yang anda labrak saat ini justru tak akan pernah lagi dapat memeluk anak gadisnya sendiri. Setidaknya anda masih bisa bersama Bayu, bahkan dia masih bisa menikah dan mencari gadis yang katanya akan lebih baik dari Mita. Lakukan! Lakukan apa yang anda inginkan selama ini, Bu Lita. Puaskan Anda dengan obsesi Anda itu!"
Akhirnya emosi ibu membuncah. Ia tak tahan lagi terus ditekan dan di hakimi seperti itu padahal ia tengah tertekan saat ini. Bu Lita saja datang seperti orang tak waras yang justru menyalahkan semuanya pada ibu disana.
"Ma!" panggil seorang pria yang baru saja datang menyusulnya. Ia datang bersama rombongan yang baru pulang dari makam, tapi ia sendiri baru datang kesana karena menunggu semua proses operasi darurat sang putra. Baru ia sadar istrinya tak ada disana.
Pak Thomas namanya. Ia masuk dan duduk, bahkan ia bersimpuh meminta maaf atas kelakuan istrinya disana. Ia menyesali semuanya karena tak dapat mengontrol emosi istrinya saat ini.
"Apapun yang mama Bayu katakan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Dia syok dengan keadaan Bayu saat ini yang kritis dan memprihatinkan."
"Saya sudah dengar, Pak Thomas. Saya turut berduka atas keadaan Bayu saat ini. Semoga kalian tabah dengan semua cobaan yang ada, dan Mita tenang disana." Ibu masih dengan begitu tenang membalasnya, lebih dingin dari ketika Ia menghadapi bu Lita barusan.
Bapak masuk, ia terheran menyaksikan semua keadaan di rumahnya. Ada calon besan, dan ia segera menyapanya dengan ramah saat itu juga.
El berdiri, Ia membuatkan minum untuk tamu mereka saat itu dan meminta para ibu yang ada disana membuatkan minum untuk yang lainnya. El sendiri yang membawanya ke depan bu Lita dan pak Thomas, dan nempersilahkan mereka menikmati hidangannya.
"Kamu siapa? Saya tak pernah lihat?" tatap sinis bu Lita pada Elvira.
El hanya tersenyum dsn kembali duduk disebelah ibu saat itu. Bapak yang menjelaskan siapa Elvira didepan mereka semua, yang bahkan tak segan berkata jika El adalah anak angkat mereka bahkan sebelum Mita tak ada.
" Dia bekerja di luar kota sebagai perawat disana. Dia pulang untuk menemani Mita menikah, tapi disambut dengan berita duka."
Pak Thomas meraup wajahnya sendiri, tak dapat menahan segala rasa sedih dihatinya saat ini. Semua sudah terjadi, dan sama sekali tak ada yang menginginkan ini semua.
" Lalu bagaimana dengan Bayu?" celetuk bu Lita lagi dengan tatapan kosongnya.
" Ma, Bayu belum sadar. Kita harus segera kesana untuk memberi semangat padanya saat ini."
"Dia pasti syok dan sakit dengan kelumphuhannya, Pa!"
"Ma! Astaga," Pak Thomas memijat keningnya, sampai tak bisa berkata-kata lagi pada sang istri saat ini.
"Pa, Bayu, Pa..." ringis bu Lita didepan mereka semua. Terpaksa pak Thomas mengangkat tubuh istrinya dan pamit dari sana segera. Ia tak ingin ada keributan lagi, dan itu sangat tak enak dilihat nanti.
Bahkan pak Thomas berjanji akan menyempatkan diri dan ikut dalam segala rangkaian doa untuk mendiang calon menantunya nanti.
Ibu tampak menghela napas panjang usai kepergian mereka semua. Ia lantas mencoba berdiri meski terhuyung, kemudian merambat dinding masuk kedalam kamar Mita untuk mengistirahatkan dirinya.
Dari celah yang ada El melihat ibu memeluk kebaya abu-abu Mita yang tadinya akan dipakai untuk pernikahannya.
"Elvira istirahat dulu di kamar, nanti pasti akan sibuk dengan pelayat yang akan datang kemari."
"I-iya, Pak." El langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya yang memang sudah disediakan disana. Tampak foto mereka selagi masih bersama. Senyum Mita yang indah dengan lesung pipitnya, dan matanya yang bercahaya.
Di salah satu foto bahkan sebenarnya ada Bayu, tapi Mita tak memajangnya disana. Ia memilih memajang foto sang kekasih di kamarnya saat itu. Dengan kata lain, Bayu dan Elvira memang tak pernah akrab sama sekali dan sebatas bertegur sapa. Itupun jika ada Mita diantara mereka.
Suara monitor di Rumah sakit terdengar begitu nyaring. Itu irama jantung Bayu yang normal dan bergerak sesuai dengan ritmenya. Mama Lita dan papa Thomas duduk di sofa yang ada disana, diam dan terus berdoa untuk kemajuan sang putra.
"Harusnya Mama tak bertindak gegabah seperti tadi. Mereka lebih menderita daripada kita saat ini,"...
"Mama hanya ingin mencurahkan isi hati mama saat ini. Kecewa, dan sakit rasanya. Andai menurut sejak awal agar tak memaksakan diri untuk menikah, pasti semua tak akan terjadi."
"Ma... Bahkan jika mereka ingin, justru mereka yang akan menuntut kita karena telah membuat nyawa putrinya melayang. Mama mau, Bayu yang justru dijadikan tersangka dari semua kasus ini?" sergah papa Thomas pada istrinya.
Mama Lita hanya diam seribu bahasa, Ia tetap pada pendiriannya yang egois dan semaunya sendiri. Semua orang sudah paham itu, bahkan Mita sendiri yang akan menjadi menantunya. Bahkan titik tersulit bagi Mita memang ada pada Mama Lita.
Papa Thomas yang sejak tadi tak mengalihkan pandangan dari Bayu, melihat sesuatu. Tangan Bayu bergerak, dan itu bukan hanya sekali. Ia bahkan langsung berdiri dan mendekat padanya, menggenggam dan merasakan ketika Bayu merespon genggamannya saat itu.
"Bayu, kamu sadar? Coba respon papa lagi," pinta Papa, tapi sayangnya Bayu tak membalasnya saat itu.
Tak apa, setidaknya sedikit ada perkembangan dari tubuh lemahnya saat itu. Hanya tinggal menunggu kapan dia bangun, dan saat itu juga harus mendengar semua kenyataan yang terjadi dengan sebenar-benarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
mama Al
Coba Bu di posisikan terbalik apa masih bisa bersikap seperti itu.
2023-06-24
0
Narimah Ahmad
semua pihak berada pada titik terendah penuh kesedihan penuh emosi dn perlukan masa tuk mengikhlasnya
2023-06-05
0
Dwi Winarni Wina
berarti mita n bayu tidak berjodoh,,,tega banget ibunya bayu tidak merasa belasungkawa calon mantunya meninggal dunia ibu,,,lanjut thor.....
2023-05-29
0