Pagi datang seperti biasanya. Tapi El belum juga datang menjenguk dan merawat Bayu hingga jam Sembilan pagi, bahkan waktunya Bayu mandi sudah terlewat sejak tadi. Saat ini mama dan papa tengah kebingan mengurus putranya sendiri, apalagi Bayu sama sekali tak mau disentuh oleh orang selain Elvira. Padahal ada perawat pria disana, tapi Bayu tetap menolaknya.
“Ma, mandiin anaknya.” Papa Thomas akhirnya memberi perintah pada sang istri.
“Kok mama? Mama mana bisa, Pa? Itu aja Bayu masih banyak alat yang nempel di badannya,” tunjuk mama Lita pada sang putra, dan memang masih begitu banyak yang menempel disana. Bekas luka dimana-mana, bahkan di bagian kaki yang harus ahlinya yang menggeser.
“Astaga… Seperti itu, El di usir terus seperti orang ngga tahu balas budi,” gerutu papa Thomas yang kemudian mengusapi tubuh putranya dengan tisu basah yang ada disana. Ia tahu jika Bayu tengah dalam keadaan tak nyaman saat ini karena belum mandi.
Tapi saat itu bayu hanya bisa menyaksikan pertengkaran mereka berdua dengan helaan napas panjang yang keluar dari mulutnya. Mama Lita masih dengan terang-terangan menyampaikan ketidak sukaannya pada Elvira, apalagi untuk menjadi menantunya.
“Mending mama bayar orang yang mau urus Bayu saat ini!”
“Iya orangnya ada, tapi kenyataannya Bayu ngga mau dipegang orang lain selain Elvira, Ma. Perawat lelaki yang ada, mereka kasar. Mama mau anak kita makin terluka?” sergah papa padanya saat itu. Mama hanya bisa mendengkus kesal dan bersedekap mempertahankan argumennya sendiri saat ini.
“Pa_” lirih Bayu memanggil sang papa untuk meminta sesuatu, tapi suaranya kalah dengan sang mama yang begitu cetar membahana memenuhi seisi ruangan yang ada.
“Inget, mama kemarin udah janji sama papa. Bahwa jika Bayu sadar ditangan Elvira, maka kita akan menikahkan mereka berdua!” tegas papa pada istrinya, namun tampaknya masih begitu keras kepala dengan keras kepalanya.
“Ma_” Bayu merasa begitu sesak saat ini, panggilannya hanya bagai angin yang berhembus melewati telinga mereka berdua yang masih terus melanjutkan adu mulutnya. Tak ada yang mau mengalah.
Bayu pada akhirnya berusaha menggerakkan tangan dengan susah payah untuk meraih tombol yang ada di dekat brankarnya saat itu. Posisinya yang duduk itu membuatnya sulit dan tombol pemanggil Dokter terasa semakin jauh dari jangkauannya. Dan karena kesulitan itu, hidung Bayu mendadak mimisan mengeluarkan darah dengan cukup banyak mengalir hingga ke mulutnya.
“Astaga, Pak Bayu!” pekik salah seorang perawat yang masuk karena jadwal pemberian obat saat itu. Ia segera berlari menghampiri Bayu dan mengusap darah itu dari hidung agar tak masuk ke dalam mulutnya.
“Astaga, Bayu… Kamu kenapa?” tanya papa yang cemas, apalagi mama yang langsungp pucat ketika melihat darah itu keluar banyak dari sang putra.
Perawat itu membersihkan semuanya hingga benar-benar berhenti, bahkan tisu yang habis begitu banyak hingga nyaris memenuhi tong sampah kecil yang ada disana. Tinggal tisu terakhhir yang dipakai sembari Bayu mendongakkan kepalanya saat ini.
“Sebenarnya ibu dan bapak itu ngapain daritadi? Ini bahaya loh kalau sampai kelamaan,” omel perawat itu pada mereka berdua.
“Kamu ngomelin saya? Berani kamu_”
“Sus, maaf… Maaf karena kamu sudah lalai saat ini, saya janji tak akan lagi.” Papa Thomas tampak amat menyesal dengan kejadian saat itu, bahkan tak segan menundukkan kepala. Tampaks suster senior itu begitu jengah pada mama Lita saat ini dan menatapnya dengan sinis.
“Yang kemarin kemana, Pak? Sepertinya mendingan dia yang jaga sendirian daripada Bapak bahkan bersama Ibu disini. Lebih aman terkendali,” ketusnya menatap mama Lita. Tampilan memang modis dan berwibawa, namun sikap sama sekali tak bisa dijadikan panutan.
“Maaf, itu calon menantu saya. Dia sedang ada acara sekarang,” ucap papa Thomas. Bahkan perawat itu tahu jika Bayu baru saja ditinggal mati calon istrinya. Kenapa sudah ada lagi?
Tapi ia tak mau mencampuri urusan mereka saat ini, karena pasti ada pemikiran tersendiri bagi mereka melakukan itu semua. Perawat itu lantas melakukan tugasnya saat ini dengan baik, memberi obat dan semuanya yang ia bisa karena kebanyakan Bayu sedikit melakukan penolakan dengan tindakan yang ia beri.
“Mana, calon menantu kebanggaan papa itu? Paling kabur dia, belum apa-apa udah ngga mau ngurus calon suami yang lumpuh.”
“Ma! Astaga, Mama.” Papa Thomas sampai meraup wajahnya sendiri dengan kasar saat itu.
Sementara mereka gempar disana, saat ini Elvira tengah membereskan rumah itu usai doa yang baru mereka laksanakan semalam. Ia juga telah memenuhi janji untuk membuka kado dan beberapa ia berikan pada tetangga, sementara uang dalam amplop yang cukup banyak akan mereka berikan ke panti asuhan. Ibu dan bapak yang bahkan akan mengantarnya saat itu.
“El, ada telepon daritadi ngga denger?” tanya ibu yang kebetulan melirik hp El saat itu dan memberikannya. “Dari siapa?”
“Dari pak Thomas, Bu,” jawab Meera. Dan saat itu ibu tampak langsung kesal meski hanya mendengar namanya, pasti ia akan meminta El untuk kembali datang dan mengurus anaknya saat itu.
“Kamu capek, El… jangan kemana-mana dulu,” ucap ibu saat itu, membuat El lantas bingung harus melakukan apa kali ini.
El langsung tegak dari posisinya yang tengah melipat pakaian, lalu ke kamar untuk mengangkat panggilan yang kesekian kali datang padanya. “Pak Thomas, Assalamualaikum.”
“Elvira, waalaikum salam. Kamu sedang sibuk saat ini, kenapa belum kemari?” tanya papa Thomas tak enak hati.
“Iya, Pak… Maaf. El sekarang sedang bantu beres-beres sisa semalam. Bang Bayu tak apa?” tanya El, dan saat itu papa Thomas menceritakan apa yang terjadi hingga beberapa menit tadi, bahkan ia juga kembali menceritakan penyesalannya pada kecerobohan yang ia lakukan.
“El, bisakah kamu kesini sekaranh? Bayu butuh kamu, El. Kami tak ada yang bisa merawatnya sebaik kamu, perawat ditolak olehnya.” Papa bayu memohon agar El segera kembali, dan suaranya begitu lembut kali ini.
El yang tak tega, mau tak mau menganggukkan kepala den menyanggupi permintaan itu demi Bayu. Ia yang mematikan panggilan kemudian segera bersiap untuk pergi kesana, apalagi semua pekerjaannya sudah selesai saat ini.
“El mau pergi?” tanya ibu yang masuk ke kamar dan melihatnya sudah rapi.
“Iya, Bu. Tadi El dengar bang Bayu mimisan, dan_”
“Ibu sudah bilang, kamu ngga boleh pergi, El. Kamu itu kecapean saat ini. Lagipula disana banyak perawat yang bisa mengurus Bayu, kenapa harus kamu?”
Deg!! Kenapa ibu menjadi seperti ini sekarang? Padahal ibu biasanya paling mengerti dengan semua keadaan, apalagi kondisi BAyu yang masih dalam masa kritis seperti saat ini. El berusaha menjelaskan, bahkan memohon agar diizinkan pergi kali ini namun ibu kekeuh dengan pendiriannya.
“Bu, ini demi bang Bayu. Katanya ibu sayang dia?”
“Iya ibu sayang. Tapi ibu lebih ngga mau lihat kamu kelelahan, El. Apalagi kamu harus menghadapi mamanya. Pokoknya ibu ngga izinin.” Bahkan ibu langsung pergi dan mengunci pintu kamar El dari luar saat itu juga.
“Bu, Ibu … jangan dikunci pintunya, Bu. Bang Bayu butuh El sekarang?” pekik Elvira dari dalam sana. tapi ibu tak mau mendengarnya sama sekali karena Elvira adalah putrinya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Minthil She Judhezt
Meski bukan ibu kandung naluri keibuannya tetep peka
2023-09-10
0
🌷💚SITI.R💚🌷
kasian evora jd dilema oni..smg aja el bisa meluluhkn hati onu
2023-05-31
0
Sarah Kareem
the power of emak-emak deh pokoknya
2023-05-30
0