“Abang, tutup matanya!” pinta El pada Bayu saat itu juga. Bayangkan, ia baru saja membuka mata tapi langsung mendapat omelan dan muka masam dari calon istrinya. Dan Bayu langsung memanyunkan bibir saat itu juga.
Tapi Bayu masih tersenyum, dan ia langsung menolehkan kepalanya kearah lain dan menunggu El selesai mengenakan pakaianya saat itu. Ia ingin tertawa, tapi belum bisa karena tenaganya masih begitu lemah saat ini.
“Udah,” ucap El, lalu tatapan Bayu kembali lagi padanya saat itu. El dengan sigap menekan tombo, untuk memanggil dokter dan setelah itu ia membuka kunci pintu agar mereka bisa masuk dengan segera.
“Apa senyum-senyum?” tatap nyalang El pada calon suaminya itu. Andai Bayu sudah dapat membalas, pasti ia akan menggodanya saat ini.
Dokter tiba dan memeriksa Bayu saat itu, semakin ketat pemeriksaan karena Bayu bahkan sudah Dua kali berada dalam masa kritis dan mereka masih harus siaga dengan apapun yang terjadi untuk nanti. Tapi Dokter tampak menghela napas lega ketika perawat yang bertugas memberitahu perkembangan signifikan yang dialami oleh Bayu.
Dokter menyalakan senter kecilnya dan memeriksa pupil mata Bayu saat itu untuk melihat bagaimana kondisi pengelihatannya saat ini. Bergerak sesuai arah yang bisa berubah seketika dengan rangsangan yang diberikan.
“Jantung, pernapasan, dan semuanya baik.” Bahkan oksigen pun segera dilepas dari wajah Bayu saat itu. Sementara El menghubugi kedua calon mertuanya yang sedang ada di rumah mereka, begitu juga dengan ibu dan bapak.
Sementara sesuai anjuran Dokter, peralatan yang dipakai Bayu saat itu mulai dilepas dan meninggalkan beberapa seperti alat EKGnya karena masih harus dikontrol dengan baik.
“Bagaimana sekarang, El? Kami kesana segera.” Papa Thomas sangking bahagianya, saat itu langsung meraih jas dan kunci mobil untuk segera kesana. Begitu juga mama Lita yang wajahnya berbinar begitu bahagia saat ini karenanya.
“Bang Bayu baik, Pa. pemeriksaannya semua bagus, hanya masih perlu perawatan untuk menstabilkan kondisinya,” jawab El. Dokter pamit keluar dan El menganggukkan kepala pada mereka semua.
“Baiklah, kami akan segera kesana sekarang juga.” Papa sudah stay didalam mobilnya saat ini, sementara bapak dan ibu mungkin akan menyusulnya nanti.
El mematikan telepon, ia berjalan miring seperti kepiting menghampiri Bayu untuk duduk disebelahnya saat itu. Wajahnya tertunduk dengan bibirnya yang manyun ketika mengingat kejadian barusan.
“Curang,” ucap Bayu dengan kata pertama yang ia keluarkan meski masih lirih.
“Apaan? Apanya yang curang?” tukas El padanya.
“Kau bisa melihatku kapan saja, kenapa kau berteriak saat melihatmu?”
“Bang, Abang baru sadar loh, Bang. Kenapa udah mesuum aja sih?” kesal El saat itu. Andai Bayu sehat, rasanya ia ingin menjitak kepala pria itu saat itu juga.
Sementara itu Bayu hanya kembali tersenyum, ia sesekali batuk karena tenggorokannya yang kering dan serak. Lalu El segera meraih air dan membantunya minum dengan segera. “Udah, jangan bicara dulu sekarang. Tunggu mama dan papa dateng, baru bicara.” Tapi Bayu menggelengkan kepalanya saat itu.
“Kenapa? Ngga mau ngobrol sama mereka?” tanya EL padanya.
“Belum,” jawab Bayu. El tak tahu kenapa, tapi ia berusaha menghormati keputusan BAyu saat itu.
Sembari menunggu mama dan papa datang, El membersihkan tubuh Bayu dan mengganti pakaiannya. Sudah satu jam ia sadar, dan El saat itu sedikit memiringkan posisi Bayu untuk memeriksa bagian punggung dan pinggangnya. Karena terlalu lama berbaring, ia takut disana lembab dan justru akan muncul ruam hingga mengakibatkan decubitus yang justru bisa berbahaya.
El juga tak lupa memeriksa pampers yang Bayu pakai saat itu. Justru tampak segan ketika Bayu sadar karena pria itu selalu memperhatikan segala tindakan pada tubuhnya. “Jangan dilihatin,” rengek El yang mukanya justru bersemu merah malu-malu.
El juga mulai mencoba menggerakkan tangan Bayu yang ia genggam, naik turun, kanan kiri dan beberapa kali Gerakan berputar untuk melemaskan persendiannya yang sudah sekian lama berbaring dan tidur ditempatnya. Saat itu, El juga tak berhenti memijit kecil jemari Bayu ketika menganggur, hingga kadang terlelap disebelah Bayu saat itu.
Hingga akhirnya papa dan mama datang. Mereka langsung membungkam mulut masing-masing ketika Bayu benar-benar sadar saat ini dan bahkan sudah bisa tersenyum pada keduanya. Mama Lita langsung berlari dan memeluk Bayu dengan begitu erat saat itu.
“Sayang, mama bahagia sekali kamu sudah sadar. Terimakasih telah membuka mata untuk mama dan papa,” ucapnya penuh haru. Namun Bayu hanya terasa menganggukkan kepala untuk menjawabnya.
“Bayu belum bicara?” tanya papa pada El saat itu. El melirik Bayu, dan Bayu menggeleng tipis padanya agar berkata tidak pada mereka semua.
“Belum, Pa. Tapi untuk kondisi saat ini, Dokter menyatakan jika semua baik-baik saja dan normal.” El menjelaskan sesuai apa yang dikatakan Dokter padanya.
“Kamu sudah makan, El? Itu saya bawain makanan di meja. Makan dulu mumpung kami ada disini,” ucap mama yang menyapanya terlebih dulu.
Elvira mengangguk, ia pamit pada Bayu untuk makan saat itu karena ia tengah dalam keadaan aman saat ini. makanan cukup nikmat disantap El disana, sementara memperhatikan monitor jantung dan betapa bagaimana bahagaianya mama dan papa untuk sang putra.
Pemeriksaan selama Dua jam sekali dilakukan oleh Dokter saat itu, terutama untuk jantung yang bisa lemah kapan saja. Mereka harus lebih cermat saat ini untuk mengecek keadaan Bayu agar tak kecolongan lagi seperti kemarin.
Setelah hampir Enam jam sadar, posisi bed Bayu dibuat setengah duduk saat itu agar ia mulai sedikit meregangkan otot pinggangnya. Terdengar rintihan Bayu, meringis menahan nyeri hingga berkeringat karenanya.
“Sakit?” tanya El, dan Bayu dengan jujur menganggukkan kepalanya saat itu meski ia masih bisa menahannya secara perlahan.
“Segini ya? Besok kita tambah lagi.” Dan Bayu kembali menganggukkan kepalanya pada sang calon istri disana. Sementara itu papa dan mama tengah bertemu dengan dokter membahas kondisi Bayu saat ini
“Abang lapar belum? Udah jam segini. Harusnya tim gizi udah antar makanan, dan Abang mulai harus coba makanan padat.” El melirik jam dindin yang ada disana saat itu.
Tangannya bertumpu di ranjang Bayu, sementara Bayu berusaha menggerakkan tangan untuk meraihnya meski sulit. Hingga akhirnya jari telunjuk Bayu mendarat punggung tangan Bayu dan mengagetkan El saat itu. ”Apa?” tanya El yang langsung melirik padanya.
“Kena,” balas Bayu dengan begitu bangga pada hal kecil yang ia lakukan.
El hanya tersenyum saat itu, meraih kepala Bayu dan mengusap rambutnya dengan lembut. “Pintarnya,” puji El pada Bayu, hingga Bayu langsung melengkungkan senyumnya saat itu juga.
“Mita_”
“Abang mau ke makam Mita? Besok kalau sudah boleh, kita kesana ya? El bawa Abang,”
“Ya,” ucap Bayu alakadarnya. Hanya bergerak seperti itu saja rasanya lelah, dan ia kembali berusaha memejamkan matanya untuk istirahat sejenak kembali mengumpulkan tenaga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Shinta Maharani
cerita nya bagus tp knp cmn sampe episode 22 aja sih,lanjut dong cerita nya
2023-06-06
0
☠☀💦Adnda🌽💫
lucu bayu klo sana, el.... kenapa kesannya bayu menutup diri sama keluarganya y... ko mlhn maunya sama el doang kyk ada sesuatu bgtu 🤔🤔🤔
2023-06-02
1
Arni
Semangag bayu, semoga cepat pulih
2023-06-02
0