Semua mata terbelalak melihat mama Lita yang berlutut dan menundukkan pandangan didepan ibu dan bapak. Bahkan papa Thomas seakan masih tak percaya dengan apa yang dilakukan istrinya saat ini.
“Ibu Lita kenapa?” tanya ibu dengan wajah datarnya. Ia seakan sama sekali sudah tak ada rasa lagi dengan wanita itu saat ini, dulu saja hanya karena menghormati Mita dan mau tak mau ia adalah calon besannya.
“Saya… Saya memohon agar ibu memberikan kesempatan El merawat Bayu. Saya juga mau, agar ibu dan bapak mengizinkan El untuk menikahi Bayu,”
“Untuk kalian jadikan perawat?” potong ibu saat itu. El hanya memperhatikan mereka dari kejauhan sembari terus mengontrol semua alat yang ada ditubuh Bayu saat ini, bahkan mengusap air matanya yang sempat mengalir membasahi pipi.
“Tidak… Tidak… Saya tak akan melakukan itu semua, saya janji.” Mama Lita tampak berkaca-kaca saat ini, wajahnya tampak begitu tulus dan penuh permohonan jika diperhatikan. Sebagai seorang ibu, ibu El amat paham betapa kecemasan mama Lita saat ini dengan kondisi putranya yang tengah ia perjuangkan.
“Saya mohon, Bu.” Mama Lita mengusap kedua telapak tangannya saat itu, dan ia tampak kebingungan saat ini bagaimana caranya agar ibu membuka hati untuk memaafkannya saat ini.
“Ibu mau permintaan maaf, sudah saya berikan. Atau ibu mau apa yang saya beri pada Mita juga saya berikan pada El? Maka saya akan berikan Dua kali lipatnya. Tapi… tapi saya mohon, izinkan El menyembuhkan anak saya. Saya mohon,” tangis mama Lita yang nyaris mencium kaki ibu saat itu, tapi untungnya ibu meraih bahu mama Lita dan segera membawanya tegak dari sana.
Ibu memang baik, ia memiliki hati yang tulus meski kadang juga begitu keras berkomitmen. Biar bagaimanapun mama Lita adalah seorang ibu yang tengah memperjuangkan kesembuhan putra semata wayanya. Dan bukankah ibu sudah begitu ikhlas dengan kepergian MIta?
“Bukankah sakit seperti ini? Bagaimana saya yang bahkan tak bisa mengecup pipi MIta untuk yang terakhir kalinya? Tapi saya juga tak ingin ketika seorang ibu menangis hanya karena kerasnya hati saya saat ini.”
“Bu Lena?” lirih mama Lita menatap mata ibu saat itu.
“Saya mengizinkan jika El harus merawat Bayu, dan karena mereka lawan jenis maka kita harus menikahkan mereka nanti. Tapi, saya tak mau memaksa karena El juga tak memiliki hak untuk Bayu. El memiliki hidupnya sendiri. El masih muda, cantik dan sempurna. Bukankah dia tak harus selamanya bersama suami yang lumpuh?”
Degg!! Degup jantung mama Lita bedegup begitu cepat mendengarkan ucapan ibu saat itu. Nyerinya sampai ke ulu hati, perih dan bahkan sampai begitu sesak saat ini. Anaknya lumpuh, dan itu memang kecelakaan.
“Saya juga tak ingin jika El terbebani wasiat Mita seumur hidupnya. El punya kehidupan sendiri, dan ia masih bebas memilih jika ia tak tahan dengan kalian. Terutama Anda,” tatap ibu pada calon besannya itu. Ia memang sangat mendominasi saat ini, beda dengan bapak yang lebih memilih diam dan sesekali mengingatkan istrinya.
“Jadi, meski mereka menikah saya akan tetap mengawasi bagaimana mereka selama bersama. Dan jika sekali saja El menangis hanya karena kalian, saya akan segera menariknya kembali untuk pulang.” Ibu tampak begitu serius dengan ancamannya saat itu
Akhirnya papa Thomas menghela napas lega dan langsung menganggukkan kepala menuruti permintaan calon besannya saat itu. Pelik, dan sepertinya sulit sekali untuk mencapai kesepakatan seperti ini.
Hanya saja El disana yang masih tampak ragu dengan keputusan yang ada. Menikah… Haruskah seperti itu? Kenapa tidak menjadi perawat pribadi saja? Dan apakah menjaga Bayu harus dengan menikahinya?
Selama ini mereka tak begitu dekat meski kadang Mita sesekali mendekatkan keduanya. Tapi, memang tak bisa sedekat itu antara El dan Bayu, apalagi untuk menikah.
“El?” panggilan ibu membuyarkan lamunan Elvira saat itu. Ia langsung menoleh dan memperhatikan mereka semua, dan ia justru tampak canggung saat ini karena semua keputusan yang ada.
“Ya, Bu… Ada apa?” tanya Elvira, tapi ia sudah tahu semuanya. Ia melepas genggaman Bayu saat itu untuk memulai semua rundingan hingga kesepakatan diantara mereka semua. El hanya menganggukan kepala mendengarnya, karena lagi-lagi demi Mita.
Hingga akhirnya ibu pamit pulang, diantar oleh papa Thomas yang sekaligus akan mengambil pakaian El saat itu untuk menginap disana selama Bayu masih dirawat.
“Kenapa Ibu tiba-tiba memohon?” tanya El padanya.
“Demi Bayu, kamu tahu itu. Jangan merasa paling menderita dan terpaksa, El. Saya juga tertekan disini, karena saya akan selalu merasa diawasi oleh mereka semua.”
“Tidak, saya tak merasa menderita. Saya ikhlas disini, hanya saya ingin bertanya.” El kemudian berdiri kembali dari sofa itu meninggalkan mama Lita yang ada disana menuju brankar Bayu. Ia meraih jemari Bayu yang tak terpasang alat dan mengusapnya sekali untuk menyapanya saat itu, dan Bayu menjawabnya dengan sebuah Gerakan.
“Abang dengar? Ibu menyetujui pernikahan kita. Jika Abang benar-benar ingin menikahi El, maka Abang harus secepatnya membuka mata. El akan bawa Abang ke makam Mita untuk meminta izin atas pernikahan kita nanti,” bujuk El padanya. Tampak datar dari wajah, tapi ucapan itu terdengar begitu tulus hingga mama Lita saja melihat Gerakan jari kelingking putranya saat itu.
Mama Lita hanya menelan saliva melihatnya. Setulus itukah Elvira hingga Bayu saja merasakannya? Bahkan Bayu tak merespon sang mama hingga seperti itu meski mama terus berusaha menyapa Bayu sekuat tenaga.
**
Ini hari ke tiga Elvira menjadi perawat pribadi Bayu. Ia tinggal di Rumah sakit dan di kamar itu, bahkan papa Thomas meminta satu bed tambahan untuknya agar bisa tidur lebih nyaman disana. Padahal ia sendiri tak pernah ingat memesan bed untuk tidur ia dan istri selama berjaga disana, tapi untuk Elvira ia ingin yang terbaik.
El baru saja menemani perawat memberikan obat untuk Bayu, hingga semuanya selesai dan El pergi sejenak untuk membersihkan dirinya sendiri saat itu. Pintu utama sudah ia kunci sementara agar tak ada yang masuk, dan ia mandi cepat-cepat karena tak ada yang membantu mengawasi Bayu saat itu.
Ritualnya selesai, dan ia keluar hanya dengan handuk yang melilit sebatas dada dan paha sementara handuk satunya membungkus rambutnya yang basah. Ia keluar sembari bersenandung santai dengan lagu kesukaannya, berjalan menuju sebuah lemari kecil berisi pakaiannya saat itu.
Ia berdiri lagi, berjalan mondar mandir hanya dengan handuk minim hingga langkah kakinya terhenti mendadak karena merasa seperti ada orang yang memperhatikannya sejak tadi. Ia yang mulai takut lantas menoleh kanan dan kiri memperhatikan setiap celah, takut jika ada yang sedang mengintipnya saat ini.
"Aarrrghhh!!" Elvira menjerit sekuat tenaga, ketika yang memperhatikannya adalah Bayu yang ternyata sudah kembali membuka mata. Ia berusaha menutupi tubuhnya saat itu dengan apapun yang ia temukan disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Mimi Sanah
jadi inget Bagas dan Shifa 🙂
2024-08-04
0
nonsk2711
jd inget Bagas n Syifa thor ☺️
klo Bagas lumpuh krn pure kecelakaan yg di bikin orang sdgkan Bayu mng murni kecelakaan n entah apa konflik nya,setia mengikuti alur crt nya aja 🤭
2023-06-01
3
Pujiastuti
tetap semangat ya kak upnya 💪💪💪
2023-06-01
0