Malam pertama doa untuk Mita terselenggara dengan lancar. Begitu banyak orang yang datang untuk mendoakan sahabatnya itu, bahkan mereka menyapa ibu dan mengucapkan bela sungkawa atas kepergian Mita yang mendadak bagi mereka semua.
El bersyukur, ibu sudah tampak begitu tenang dan mulai menerima keadaan saat ini dan bisa menjawab pertanyaan dari mereka semua. El hanya menatapnya saat itu, kemudian meraih ibu ketika dirasa sudah kelelahan dan tiba waktunya untuk istirahat. Meski senbenarnya tak akan bisa.
"Makin ibu mencoba memejamkan mata, makin terbayang-bayang oleh wajah Mita." Ibu duduk dan menatap kosong ke seluruh kamar itu. Bahkan foto Mita dan Bayu terpajang apik disana dengan seragam couplenya. Mita cantik dan Bayu tanpan, mereka amat serasi dan membuat iri para sahabat yang ada.
Foto itu nanti akan dipajang di pintu masuk tenda ketika pesta agar para tamu merasa tersambut oleh kedua mempelai disana. Entahlah, yang jelas foto itu adalah kenangan untuk mereka semua bahwa Mita sempat sebahagia itu menyambut pernikahannya.
Elvira membereskan ruangan dibantu oleh tetangga lain disana. Mereka juga ramah mau mengajak El ngobrol meski amat jarang bertemu. "Anak bu Siti, kan?" tanyanya pada Elvira, dan mendapat anggukan darinya.
"Hanya kenal, karena kamu mirip dengan beliau. Pasti sedih, kehilangan dua orang yang kamu sayangi. Tahun lalu ibu, dan sekarang Mita."
El hanya mengangguk senyum ketika diingatkan Kembali dengan peristiwa itu. Ia hanya tak mau terlalu mengingat semua itu, karena pasti terngiang dan sedihnya dobel hari ini. El memilih pergi dan menilik ibu di kamar, yang bahkan sempat ia berikan obat penenang agar setidaknya bisa memejamkan mata.
"Akhirnya tidur juga," ucap El yang sedikit tenang hatinya. Ia keluar sebentar untuk mencari ayah yang saat itu tengah berkumpul dengan kerabat lain di teras rumahnya.
Sayup el mendengar mengenai pembatalan semua acara yang ada, tenda, salon dan semuanya. Bapak meminta bantuan mereka semua untuk mengambil alih semua itu karena sementara beberapa hari ini ia memutuskan tak keluar dari rumah."Tak perduli dengan pengembalian dananya. Yang penting semua beres dan tak terbayang-bayang pesta pernikahan setelah ini."
"Tapi tendanya pakai saja, Bang. Setidaknya kita perlu hingga beberapa hari ke depan. Masalah salon, dan yang lain itu gampang, tapi_"
"Undangan yang datang disambut saja tak apa. Biarkan mereka datang dan kita jamu, tapi kita minta doa dari mereka semua untuk Mita." El menyambung percakapan mereka semua disana. Bukan lancang, tapi ia melihat bapak seperti sudah tak ada tenaga membalasnya.
"Kamu sahabat Mita, kan? Baru datang?" sapa seorang rekan disana. El langsung menyalami ramah mereka semua satu persatu. Mereka bersyukur karena El ada disana saat itu, karena setidaknya bisa menjadi penenang untuk Bapak dan Ibu.
Dan memang benar, karena pada kenyataannya El bisa menjadi penenang untuk mereka semua disana.
Hari berganti pagi dan mereka semua masih dalam keadaan berduka. Intinya, siapa yang bisa lupa secepat itu ketika ditinggalkan putri semata wayang mereka. Rasanya tidak.
Ibu keluar telah rapi dan wangi, bahkan bapak kaget melihatnya saat itu hingga langsung menghampiri ibu dan bertanya istrinya hendak kemana. Ia hanya takut jika istrinya nekat pergi ke makam Mita dan akhirnya meraung disana sejadi-jadinya.
"Kita tengok Bayu yuk, Pak?" ajak ibu pada bapak. Bingung, tapi bapak juga penasaran dengan mantan calon menantunya itu. Apalagi kabar mengatakan jika kondisinya begitu parah hingga mengalami kelumpuhan.
"Ibu yakin mau kesana? Nanti kalau mamanya ngomel atau_"
"Ngga papa, udah biasa dengar dia ngomel. El setirin mobil, ya? Bapakmu pasti ngga bisa karena inget Mita." El lantas melirik kanan kiri. Ragu, tapi semua yang ada disana mendukungnya untuk menemani ibu dan bapak saat itu.
"Yasudah, El siap-siap dulu." El kemudian masuk ke kamar dan mempersiapkan dirinya saat itu. Ia tak lupa menitipkan rumah pada para tetangga yang tengah memasak disana mempersiapkan doa untuk malam nanti.
Mobil sudah dipanakan oleh Om Tikno karena memang sudah lama tak dipakai. Mita lebih sering diantar jemput oleh Bayu ketika pergi dinas atau kemanapun ada perlu berdua, padahal mobil itu juga kesayangan Mita yang ia beli sendiri dengan tabungannya.
El naik di kursi setir. Bau Mita kental disana dan menambah rasa rindu di dadanya yang semakin menggebu-gebu. Tapi ia berusaha menahan semua itu dan hanya menghela napas Panjang berusaha menahan perasaaannya sendiri. Tak hanya El, ibu juga merasakannya saat itu dan hanya diam memegangi dadanya.
Perjalanan menuju Rumaah sakit terasa singkat. Rumah sakit dimana Mita juga di observasi kemarin hingga rasanya masih begitu lekat dalam ingatan keluarga. El bertanya ruangan Bayu, dan bahkan perawat dengan baiknya mau mengantarkan mereka ke ruangan VVIP itu, bahkan menjelaskan kondisi Bayu saat ini.
"Syukurlah jika sudah mendingan," ucap tenang Elvira, meski Bayu saja belum membuka mata.
Pintu diketuk. Perlahan perawat itu membuka pintu dan menyapa mama Lita dan papa Thomas yang tengah berjaga disana. Mereka yang tadinya duduk sedikit santai itu langsung berdiri ketika menyaksikan ibu dan bapak datang menjenguk putra mereka.
Mama Lita diam. Hanya papa Thomas yang langsung bergerak menyambut mereka dengan ramah, dan bahkan berterimakasih karena menyempatkan waktu untuk datang menjenguk putranya. Mama Lita duduk diujung sofa dan bahkan tak berkata apapun pada mereka semua yang mengobrol disana. El hanya menatapnya sembari menggelengkan kepala.
"Ya, beginilah kondisi Bayu saat ini. Dia sempat bergerak semalam, tapi hari ini belum ada perkembangan apapun. Tapi setidaknya semua normal,"
"Normal apanya? Dia lumpuh, Pa... Lumpuh! Papa ngga tahu artinya apa? Masa depan dia terancam, dia juga tak bisa bekerja seperti biasanya. Belum lagi dengan hinaan semua orang nanti, Pa." Mama Lita akhirnya bicara, tapi meracau seperti semalam ketika berada di rumah ibu. Seperti masih tak terima denga napa yang menimpa.
"Ma, sudah Ma, jangan dibahas lagi."
"Ngga papa, Pak, biarkan saja." Ibu menengahi mereka berdua. Ibu paham benar apa yang dikatakan mama Lita saat itu.
"Nah, bener kan? Bayu itu yang paling menderita disini. Lumpuh, kehilangan calon istri karena meninggal dunia, dan pasti masa depannya terancam setelah ini. Iya kalau sembuh, kalau permanen gimana?"
"Ma," tengur papa Thomas. Pasalnya, papa Thomas belum sama sekali memberi kabar pada Bayu atas meninggalnya Mita dan batalnya pernikahan mereka. Tapi justru mama Lita mengucap itu semua tanpa sengaja hanya karena egonya.
Dan benar saja, monitor jantung Bayu mendadak berbunyi dengan begitu kencang saat itu pertanda ia tengah mengalami Sesuatu dibawah alam sadarnya. Bahkan Bayu tampak sesak sesekali menarik napas panjang dari dadanya.
"Dia dengar semua," ucap El dan saat itu ia langsung menghampiri Bayu ditempat tidurnya. Ia memerksa kondisi Bayu saat itu sembari menekan tombol yang ada untuk memanggil dokter datang.
Papa Thomas melirik tajam mama Lita yang langsung menutup mulutnya sendiri saat itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Akhmad Soimun
kirain ini novel tahun 22, ternyata oh ternyata...masih angett
2023-05-29
0
🌷💚SITI.R💚🌷
emang mulut mm lita perlu di lakban dulu kali ya..
2023-05-21
0
Rosy
dasar ya mulut emak Lita seperti emak2 rempong yg tdk tau situasi..meskipun Bayu koma tapi dia mendengar apapun yg kita katakan..😤
2023-05-18
0