Para dokter berdatangan untuk menangani Bayu saat itu juga. El hanya diam, karena meski ia bisa tapi itu bukan ranahnya untuk bertindak diluar daerah lingkungan kerjanya. Hanya saja, El disana tetap ada didekat Bayu dan mengontrol keadaannya saat itu hingga akhirnya semua bisa ditangani dengan baik.
Oksigen dibenarkan, EKG dan ECG semua diperiksa secara teliti, bahkan perawat menyuntikkan beberapa obat sebagai Pereda nyeri dan penenang Bayu saat ini.
"Apa terjadi sesuatu barusan?" tanya dokter pada mereka semua yang ada disana. Tampak mama Lita lagsung menyembunyikan diri dibelakang suaminya saat itu juga.
"Sepertinya mengalami syok, jadi harap menjaga ucapan yang sensitive saat ini. Atau jika ada kabar, sekalian saja beritahukan agar kami dapat melihat bagaimana respon Bayu saat ini." Dokter memberi saran, tapi sepertinya itu terdengar begitu ekstrim bagi mereka semua yang masih takut dengan hasilnya.
'Maaf, Dok... Kami akan lebih menjaga Bayu setealah ini," ucap papa Thomas menundukkan kepalanya.
Dokter melirik El, ia tahu El karena sempat menjadi anak didiknya ketika magang beberapa tahun lalu. Hanya saja ia memilih diam dan mengedikpkan mata padanya agar bisa membantu merawat Bayu. Itupun jika bisa.
Kemudian dokter keluar dari sana meninggalkan mereka semua.
"Ma_" lirik tajam papa Thomas pada istrinya.
"Iya, Pa, maaf. Mama emosi," sesal mama Lita yang bahkan tak kuasa mengangkat wajahnya.
"Emosi terus dari kemarin. Mama kira orang lain ngga bisa emosi? Papa aja rasanya emosi sama mama," keluhnya jujur.
Mama Lita merasa amat sangat bersalah disana. Ia memang tahu jika Bayu secinta itu pada Mita, tapi ternyata bahkan bisa membuat Bayu nyaris meregang nyawa hanya karena menyebut namanya. Mama Lita tak merestui Mita karena ia tahu jika Mita hanya anak seorang petani, tak sederajat dengan keluarganya yang keturunan konglomerat.
Ya, keluarga papa Thomas adalah pemilik sebuah pabrik
"Bu, pulang yuk?" ajak bapak pada istrinya. Lagipula mereka juga sudah lama disana, daripa mama Lita semakin tak karuan dan membuat putranya sendiri dalam bahaya.
Ibu merapikan kerudung yang ia pakai saat itu. Adalah sebuah selendang yang diberikan oleh Mita sebagai hadiah ulang tahunnya beberapa bulan lalu, ia simpan agar bisa dipakai ketika pernikahan putrinya. Tapi justru terpakai untuk menyelimuti Mita ke pemakaman kemarin siang.
"Ayo, Pak," gandeng ibu pada suaminya. Bapak juga tak lupa pamit dengan papa Thomas dan mama Lita yang masih duduk diam di sofanya. "El, ayo." Bapak memanggil El yang masih didekat Bayu saat itu untuk pulang bersama.
El mengangguk, ia mengusap tangan Bayu sejenak untuk pamit darinya. Namun, ketika El akan beranjak dari sana tiba-tiba jari kelingking Bayi yang tadinya tertaut pada El sulit untuk dilepaskan. Bayu seolah memegangi El agar tak pergi darinya dan seketika membuat semua orang disana membulatkan mata.
"Ada apa?" tanya Bapak dan papa Thomas secara bersamaan, kemudian menghampiri El ditempatnya.
"Kak Bayu, mendadak genggam kelingking El." Gadis itu kemudian menunduk dan berusaha melepaskan genggaman Bayu darinya, namun sulit.
"Abang tau El? Ya, ini El sahabat Mita. Kita jarang bertemu tapi Abang kenal sama El, kan?" sapa El padanya, dan siapa sangka Bayu menjawab dengan kelingkingnya yang bergerak tipis namun terasa.
EL tersenyum, papa Thomas kaget melihat respon yang diberikan Bayu pada gadis itu. Sayangnya mama Lita masih begitu gensi untuk mengakui semuanya dan tetap bertahan meski segala rasa penasaran berkecamuk dalam hatinya.
"El bawa ibu sama Bapak buat jenguk Abang. Cepet sembuh, ya? Nanti El ajak jenguk Mita di makamnya. Pasti, Abang sudah dengar obrolan kami barusan. Mita bilang, Abang itu orangnya peka." Dan jari Bayu bergerak lagi dengan ucapan itu. Papa Thomas sampai terharu melihat semua yang ada didepan matanya saat ini.
Ia tak menyangka, meski Bayu tidur tapi tubuhnya begitu responsive dengan keadaan yang ada disekitar. Tandanya, sejak kemarin ia mendengar percakapan mama dan papa mengenai Mita, hanya saja ia diam atau bahkan tengah menahan segala rasa perih itu dengan mata yang terpejam.
"El pulang dulu, ya? El mau antar Bapak sama ibu karena mala mini masih mendoa di rumah. Nanti El dateng lagi kesini. Boleh?" tanya El padanya. Dan Bayu benar-benar melepaskan kelingkingnya dari kelingking El saat itu, pertanda ia membiarkan EL pergi darinya sementara.
Bapak pamit lagi untuk yang kedua kali. Ia tak lupa memberi selamat atas perkembangan Bayu saat ini, dan besok ia akan kembali memberi semangat untuk mantan calon menantunya itu agar segera sembuh.
Mereka keluar, El digandeng ibu berjalan menuju parkiran dan kembali pulang ke rumah mereka. hari sudah begitu siang, dan para tetangga mulai datang membantu memasak untuk acara nanti malam.
"Kamu capek, El. Istirahat saja dulu," tegur ibu yang tahu jika El akan keluar membantu semuanya disana.
"Engga kok, Bu."
"Sudah, istirahat. Ingat janjimu sama Bayu, nanti sore atau malam harus kesana lagi." El hanya menghembuskan napas mendengarnya. Ia nyaris lupa, dan pada akhirnya El menurut untuk masuk kekamar dan mengistirahatkan dirinya saat itu.
Kamar El saat ini begitu dekat dengan dapur, hingga ia bisa mendengar keramaian yang terjadi disana. Bahkan apa saja obrolan mereka satu sama lain, bahkan hingga namanya disebut. EL langsung memicingkan mata, menyingkirkan anak rambut dan berusaha menyelami isi obrolan mereka.
"Dia teman Mita? Yang itu kan, di luar kota?"
"Iya, katanya kecelakaan kemarin itu gara-gara mau jemput dia di Bandara. Eh, malah kecelakaan. Kasihan Mita,"
"Makanya, kalau orang ngomong itu dengerin. Udah dikaat pamali, mau nikah masih ketemuan dan keluar bareng begitu."
"Namanya orang pinter, mana tau sama pamali."
Degg!! Jantung El lantas bergemuruh dengan begitu cepat mendengar ucapan mereka semua yang ada disan. Memang tak bermaksud mengatai, tapi memang semua itu tertuju padanya saat ini.
"Apa benar aku penyebabnya?" tanya El dalam hati. Lantas ia merasa bersalah dan diterpa rasa ketakutan saat ini.
"Engga, bukan aku. Mita sendiri yang tawarin buat jemput saat itu, aku udah nolak. Engga," tolak mereka pad acapan mereka semua. Ia lantas meringkuk di kamar, bahkan tak jadi memejamkan mata hanya karena semuanya. Ia takut, ada lagi yang menyalahkannya setelah ini.
"Bagaimana jika ibu dan Bapak memiliki pemikiran yang sama?" takutnya.
Yang nanya kapan double up, jawabannya awal bulan depan y gaes😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Alesya Aja
emosi sama mama lita aku kalo ngomong langsung gasss aja😌
2023-06-26
0
☠☀💦Adnda🌽💫
dasar emak " sabun colek 🤭gibah nggak liat tempat dan waktu udah tau orang lg berduka ngomongnya bgtu bikin orang tambah sedih aj 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-06-01
1
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan punya pikiran gotu el..krn semuay sdh taqdir Allah
2023-05-21
0