Kekhawatiran Hana dan Milan

Selama makan malam berlangsung Hana lebih banyak diam, hanya Sekar yang seperti biasa, selalu mengomentari setiap makanan yang masuk kedalam mulutnya.

Setelah makan malam berakhir dan semua kembali ke kamarnya, Milan mendatangi kamar Ibunya. Ternyata pintu tidak terkunci jadi Milan bisa langsung masuk, Ia melihat sang Ibu yang nampak duduk melamun seorang diri.

Milan duduk di sisi ranjang di samping Ibunya, sejak tadi Ia mencurigai perubahan di raut wajah wanita yang sudah melahirkan nya itu.

" Ma, ada apa. " Tanya Milan pelan.

Hana sedikit terkejut melihat anak laki-laki nya sudah ada di kamarnya. Hana menghela nafas berat dan mengatakan tidak ada apa- apa.

" Nggak apa- apa Nak, eh kok belum tidur. Bukannya besok kamu juga harus berangkat bekerja. " Hana mencoba mengalihkan perhatian Putranya agar tidak menanyakan banyak hal nantinya.

" Ma, aku tau kalau ada yang Mama tutupi dari aku, apa itu Ma. Apa ini soal Sekar, bukankah besok adalah ulang tahunnya yang ke dua puluh satu. Apa ada sesuatu yang aneh yang Mama rasakan, atau bunga itu. Apa bunga itu ada lagi. " Tanya Milan.

Hana berusaha berbohong namun Milan tetap memaksa Ibunya itu agar berkata jujur, akhirnya Hana menceritakan kejadian menjelang Magrib tadi ketika dirinya sedang sibuk memasak untuk makan malam mereka.

Milan mengusap wajahnya kasar, Ia mendadak gelisah dan berputar- putar sebelum akhirnya Ia menghempaskan bokongnya di sisi ranjang Ibunya.

" Apa yang harus kita lakukan untuk mencegah sesuatu hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi pada Sekar besok Ma. "

Sama hal nya dengan Milan, Hana juga sebenarnya sangat khawatir namun mencoba untuk tenang. Ia tidak mau suasana rumah itu menjadi tidak terkendali.

Ke esokan harinya setelah berpakaian rapi, Sekar bersiap- siap untuk pergi bekerja seperti biasa. Tapi tiba-tiba ekor matanya melihat sesuatu di atas mejanya, Sekar tau itu apa. Ia meraihnya dan memperhatikan satu tangkai melati itu. Ia menghela nafas, setelah tiga tahun Ia tidak mendapati benda itu, akhirnya tahun ini hal yang dulu terulang lagi.

Tiba-tiba pintu kamar di buka dari luar, Sekar buru- buru memasukkan bunga melatinya kedalam tas miliknya.

" Eh Mama, Mas Milan. Tumben kemari rame- rame, ada apa. "

Hana mencoba tersenyum namun tidak dengan Milan, Ia tidak bisa menutupi ke khawatirannya.

" Sayang, apa tidak sebaiknya kamu di rumah saja hari ini. Ini kan hari ulang tahun mu, temani Mama buat kue ulang tahun mu saja bagaimana. "

Milan pun langsung mendukung ide sang Ibu, agar adiknya itu tetap dalam pantauan Ibunya.

" Mama, nggak enak dong kalau Sekar bolos hari ini. Lagipula apa kata rekan kerja yang lain, Sekar baru saja bergabung disana beberapa hari yang lalu, tiba-tiba sudah tidak masuk kerja. "

Hana dan juga Milan saling tatap, mereka bingung bagaimana caranya agar Sekar tetap di rumah saja hari ini.

" Mama tidak perlu khawatir, Sekar akan baik- baik saja. Sekar tau, Mama pasti khawatir di setiap ulang tahun Sekar. Mama, bukankah teror itu sudah tidak ada lagi, Sekar janji akan pulang secepatnya dan kita akan rayain ultah Sekar bertiga. Soal kuenya nanti Mas Milan yang beli saja, benar kan Mas. "

Milan tidak menanggapi ucapan adiknya, itu semua karena rasa ketakutan nya yang tiba-tiba menyergap hatinya.

" Mas, ih. Mas iya sih, kue ulang tahun satu saja nggak mau belikan buat adiknya. Katanya sayang, tapi pelit. "

Milan akhirnya hanya mampu menghela napas, bukan masalah kuenya. Jangankan satu kue ulang tahun, tokonya pun Milan sanggup membelinya untuk sang Adik. Yang menjadi beban nya adalah rasa takut kehilangan hingga membuatnya murung.

" Baiklah De, Mas akan belikan kue yang termahal dan juga terenak. "

Sekar bersorak kegirangan setelah mendengar bahwa kue ulang tahunnya yang ke dua puluh satu di belikan oleh saudaranya itu.

" Terima kasih Mas aku yang paling baik, ganteng dan juga penyayang. Ya sudah Mas, yuk kita berangkat sekarang. Takutnya kita terlambat tiba disana, Mas kan tau sekarang jalanan selalu macet. "

Milan akhirnya mengangguk, keduanya berpamitan pada Ibunya. Sekar keluar terlebih dahulu, di luar Ia melihat seorang Pria di seberang jalan yang memandang ke arah rumahnya seolah menatap dirinya. Sekar mencoba tersenyum, sementara di dalam rumah, Hana berpesan pada Milan agar menjaga Adiknya itu.

" Nak, kamu jaga dia baik- baik. Kalau ada sesuatu yang aneh, cepat hubungi Mama ya. "

Hana mengantar Milan keluar, mereka mencari keberadaan Sekar dan ternyata Adiknya itu sudah masuk lebih dulu kedalam mobil.

" Sayang, ingat ya. Cepat kembali kalau jam kerja sudah usai, jangan singgah kemana-mana ya Nak. " Pesan Hana pada Putrinya.

Sekar mengangguk dan tersenyum, begitu juga dengan Milan. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, Milan semakin khawatir karena adiknya hanya diam saja. Biasanya Ia akan membahas apa saja, bahkan hal yang tidak penting pun bisa di jadikan topik pembicaraan.

" De, kok diam. " Tanya Milan masih mencoba pokus mengemudi.

Ia melirik adiknya yang duduk di sampingnya dan bersyukur karena tidak ada yang aneh pada raut wajah sangat Adik.

" Mas Milan, nggak usah terlalu banyak bicara. Lihat jam nya, kita sudah telat. sekar nggak mau kalau nanti tersebar gosip yang tidak jelas di kantor. "

Mendengar itu, Milan kembali pokus pada jalanan yang mereka lalui. Setelah tiba di tempat tujuan, Sekar seperti biasa masuk terlebih dahulu. Sampai di ruangannya Sekar kembali mengeluarkan satu tangkai bunga melati yang Ia temukan di kamarnya. Lagi-lagi Ia di kejutkan dengan kedatangan saudaranya di ruangan nya.

" Mas Milan, kenapa disini. Ruangan Mas kan di sebelah. " Sekar menatap saudaranya dengan mimik heran.

Milan dengan wajah seriusnya mengatakan kalau Ia akan bekerja hari ini di ruangan adiknya. Lagipula tidak masalah kalau Ia berada disana, ruangan itu kan sangat besar, bisa muat beberapa orang tanpa mengganggu yang lain.

Sekar enggan berdebat karena harus mulai memeriksa hasil laporan yang sudah menumpuk di meja kerjanya.

Tetap saja yang namanya takdir, meskipun berusaha di hindari kalau memang sudah di gariskan untuk kita akan selalu ada jalan untuk mengarahkan kita melalui itu.

Tiba-tiba dari luar pintu ruangan di ketuk, Sekar mempersiapkan orang itu untuk masuk. Milan mendongakkan wajahnya dan tersenyum melihat orang yang tentu saja Ia kenal.

" Ada apa Pak. "Tanya Milan sedangkan Sekar hanya melihat sekilas dan kembali berkutat pada tumpukan kertas di depannya.

Milan akhirnya keluar setelah berbicara dengan Pria itu, Ia berpamitan pada adiknya dan juga meminta Sekar agar tetap di ruangannya.

Terpopuler

Comments

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

wah bsa hilang sekar pas balik milan

2023-06-22

0

𝔰𝔢ñ𝔬𝔯𝔦𝔱𝔞 𝓥𝓵𝓪

𝔰𝔢ñ𝔬𝔯𝔦𝔱𝔞 𝓥𝓵𝓪

kenapa menjelang ulangtahun yang ke21 ya, aneh ini

2023-06-14

0

𝔰𝔢ñ𝔬𝔯𝔦𝔱𝔞 𝓥𝓵𝓪

𝔰𝔢ñ𝔬𝔯𝔦𝔱𝔞 𝓥𝓵𝓪

perasaan anak tuh kadang peka dengan apa yang dirasakan mama nya..

2023-06-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!