Bab 12 Melati Sekar Arum

Fajar melangkah gontai kembali ke rumah sakit, kedatangannya sudah di tunggu- tunggu oleh Hana. Sejak mengetahui Istrinya sudah pergi meninggalkan nya, Fajar langsung pergi hingga membuat Hana harus mencarinya karena harus mengurus administrasi agar jenazah Arum bisa di bawa pulang dan di antarkan ke peristrahatan terakhirnya.

" Jar, kamu darimana saja. " Tanya Hana langsung.

Fajar diam saja dan memilih duduk di kursi tunggu, hal itu membuat Hana menjadi bingung.

" Ini semua salah ku Han, andai aku tidak kembali mungkin Arum tidak akan mengalami hal seperti ini. Dia pasti masih hidup dan bersama kamu, kalian akan merawat bayiku sama- sama. "Ucap Fajar penuh penyesalan.

Andai waktu bisa di putar kembali, Ia pasti tidak ingin kembali dari dunia yang aneh itu. Kini hanyalah penyesalan yang Ia rasakan.

" Sudahlah Jar, semua yang sudah terjadi mungkin memang harus terjadi. Tidak ada yang bisa melawan takdir, sekuat apapun kita melawan nya kalau itu di takdirkan untuk kita jalani maka semuanya akan terjadi. "

" Mungkin ini adalah keinginan Arum, kamu tidak tau bagaimana Ia berjuang selama ini. Ia selalu berharap bisa bertemu dengan mu walau hanya sekali saja, itu yang selalu Arum ucapkan. Dengan kehadiranmu aku yakin, dia telah kembali dengan perasaan bahagia. Sekarang yang kamu harus pikirkan adalah bagaimana caranya meneruskan perjuangan Arum, kamu harus bisa menjaga dan merawat bayi kalian sepenuh hati. Jangan pernah sia- siakan perjuangan Arum selama ini. " Sambung Hana lagi.

Fajar mengangguk pelan, Ia menghela nafas berat seraya mengusap air matanya yang jatuh membasahi pipinya.

" Terima kasih Han, kamu memang orang yang baik. Pantas saja dari awal bertemu sampai Arum kembali, Dia selalu saja memujimu. Ini bukan pujian tapi memang kenyataan. "

Fajar berdiri dan melangkah pergi, Ia memang harus segera mengurus semua administrasinya agar bisa secepatnya pulang.

" Ayo. " Fajar menghentikan langkahnya dan mengajak Hana.

Hana nampak bingung " Kemana. " Tanyanya.

" Mengurus semuanya, tolong bantu aku rapikan semua perlengkapan bayinya agar bisa langsung di bawa pulang. "

Hana mengangguk, Ia tersenyum senang karena akhirnya suami dari sahabatnya itu bisa bangkit. Hana kembali keruangan bayi Arum, Ia menatap bayi cantik itu yang sedang tertidur nyenyak.

Bunyi khas ambulans mengiringi kepulangan jenazah Arum kerumah, Hana terus memandangi wajah bayi mungil yang ada di gendongannya.

Para pelayat mulai berdatangan sesaat setelah jenazah Arum tiba di rumah duka, banyak yang turut mengirimkan do'a. Semua mereka lakukan dengan suka rela, karena Arum selama ini terkenal sangat baik pada semua orang.

Tapi sayang sungguh sayang, tidak semua yang hadir melayat itu punya niatan baik. Dari arah luar sudah terdengar suara yang begitu lantang memanggil nama Fajar.

Fajar keluar dan melihat siapa yang tengah membuat kegaduhan, nampak juga beberapa warga kampung yang mencoba meminta tamu yang baru saja datang agar tidak membuat kegaduhan.

" Ma. " Sapa Fajar

Plak...... ! Sebuah tamparan melayang tepat di wajah Fajar yang membuat Pria itu merasakan panas di wajahnya.

" Kau, dasar laki-laki pembawa sial. Kau pembunuh, pembunuh........ ! Kau membunuh Putri ku, kenapa bukan kau saja yang mati. Kenapa kau harus kembali dan akhirnya membunuh Putri ku. Semua ini gara- gara kau.....! " Pekik Bu Lee.

Suaranya begitu melengking hingga terdengar di beberapa rumah yang masih berdekatan dengan rumah duka.

" Iya Ma, maafkan Fajar. Fajar juga tidak menginginkan hal ini terjadi, tapi ini di luar kemampuan Fajar. "

Lagi-lagi Fajar mendapatkan tamparan di pipinya namun Fajar memilih diam. Beberapa orang mencoba menegur Bu Lee dengan memberinya pengertian, namun mereka juga justru terkena amarah wanita itu.

" Bu, bisa jaga sikap tidak. Jenazah masih ada di dalam, semua yang kemari datang untuk mengirimkan do'a, bukan seperti Ibu. Kalau Ibu datang kemari hanya ingin membuat kekacauan, sebaiknya Ibu pulang saja sekarang. "

Bu Lee menatap sinis kepada Hana, tentu saja Bu Lee mengenal Hana karena mereka sering bertemu ketika Bu Lee datang menemui Arum Putrinya.

" Kau, kau siapa. Hanya anak ingusan, anak kemarin sore. Berani- beraninya mengajari aku bagaimana menjaga sikap, memang seharusnya aku buat mulut mu itu bungkam agar kau bisa sopan pada orang tua. "

Bu Lee melayangkan tamparan sekuat tenaga namun Hana bisa mengelak, alhasil bukannya mengenai Pipi Hana melainkan mengenai pundaknya sendiri.

Ketika akan mengulanginya lagi beberapa Pria berseragam lengkap sudah menariknya keluar. Bu Lee meronta dan meminta di lepaskan namun tentu saja itu sia- sia saja.

" Aku akan datang lagi besok dan akan membuat perhitungan dengan mu wanita sialan. " Batin Bu Lee penuh amarah.

Semua pelayat kembali melanjutkan persiapan yang sempat terganggu karena suara keras Bu Lee.

" Kamu tidak apa- apa Han. " Tanya Fajar.

" Tidak perlu pikirkan aku, mulai sekarang kamu harus berani. Jangan lembek seperti perempuan, bagaimana caranya kamu melindungi anak mu nanti kalau sikapmu seperti itu. Ingat, pesan Arum sebelum pergi. Kedepannya akan semakin banyak masalah yang akan kamu hadapi, yang mungkin akan lebih berat dari ini. " Ucap Hana pelan namun penuh penekanan.

Fajar menatap kepergian sahabat dari Istrinya itu, Ia merenung sesaat dan menghela nafas.

Iring- iringan motor mengiringi ambulans yang membawa jenazah Arum menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Hana tidak bisa ikut membawa sahabatnya ke peristirahatan terakhirnya karena harus menjaga bayi Arum di rumahnya.

Setelah acara pemakaman selesai, satu persatu pelayat mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Fajar masih jongkok di samping pusara Istrinya, rasanya enggan untuk beranjak dari tempat itu.

" Maafkan Mas sayang, istrahatlah dengan tenang. Mas janji akan melanjutkan perjuangan mu selama ini, Mas akan merawat anak kita dengan sepenuh hati. "

Fajar mengirimkan do'a untuk almarhumah istrinya sebelum akhirnya kembali ke rumah.

***

Malam hari Fajar menatap wajah Putrinya, sangat cantik dan mirip dengan almarhumah sang Istri. Fajar kembali teringat dengan pesan seseorang dalam mimpinya.

" Sematkan nama Melati pada Putrimu. " Kata-kata itu kembali terngiang di telinga Fajar.

Ia tersenyum dan menyebutkan sebuah nama yang indah untuk Putri kecilnya.

" Baiklah sayang, kita harus cari nama yang bagus untuk mu. Apa ya sayang, harus nama yang cantik. Secantik kamu dan juga Ibumu Nak. "

Fajar nampak berpikir dan menggumamkan beberapa kata, sudah banyak kata yang Ia rangkai namun ujung-ujungnya Ia menggeleng pelan.

" Ah, bagaimana kalau Melati Sekar Arum. Apa kamu suka Nak, kalau kamu suka kita pakai nama itu saja ya Nak. "

Fajar memandang foto dirinya dan juga sang Istri tercinta, di setiap sudut ruangan meninggalkan begitu banyak kenagan yang sulit untuk di lupakan. Malam itu Fajar menjaga Putrinya seorang diri.

Terpopuler

Comments

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

🤣🤣🤣 good job hana.. mank perlu ibu stau itu diberi pelajaran jd g seenak jidatnya

2023-06-05

0

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

jngan jngan ibunya Arum punya sesuatu sehingga Fajar jadi tumbal tp yg kena anknya

2023-05-31

0

⍣⃝కꫝ🎸Riza🌍ɢ⃟꙰Ⓜʜ֟͜͡ᴠE𝆯⃟🚀⚔️⃠

⍣⃝కꫝ🎸Riza🌍ɢ⃟꙰Ⓜʜ֟͜͡ᴠE𝆯⃟🚀⚔️⃠

hadeeH faJar juGa seDiiH kalEee🙄🙄

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!