Bab 8 Menemukan Fajar

Fajar membuka mata pelan dan memindai semua ruangan berwarna putih, Ia juga mendengar bunyi alat pendeteksi jantung yang sering ada di rumah sakit.

Ia terkejut setelah mengetahui kalau dirinya sekarang berada di rumah sakit, Ia sedang di kelilingi para Dokter dan juga ada beberapa yang berseragam lengkap dari kepolisian.

Mata Fajar membulat sempurna ketika melihat wajah salah seorang Dokter, Ia seperti mengenal orang itu tapi Ia lupa dimana pernah bertemu. Fajar ingin menegurnya namun Dokter itu langsung pergi.

Di tempat lain

Arum yang sedang duduk santai bersama Raihana, tiba-tiba di kejitkan dengan ponsel miliknya yang tiba- tiba berdering.

Kening Arum berkerut ketika melihat na siapa yang tertera disana.

" Siapa Rum. " Tanya Raihana.

Arum tidak menjawab, Ia langsung menyerahkan ponsel miliknya pada sahabatnya itu.

" Polisi, tapi untuk apa mereka menghubungi kamu. " Gumam Raihana.

Arum mengangkat kedua pundaknya, tandanya Ia juga tidak tau menau.

" Ya sudah, tidak ada salahnya kalau di terima, mungkin ada sesuatu yang penting. "

Arum meminta sahabatnya saja yang menerimanya karena Ia sedang enggan berbicara dengan orang lain. Akhirnya Raihana yang menerima panggilan dari pihak kepolisian.

Raihana terkejut bahkan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar penjelasan dari pihak kepolisian.

" Baiklah, kami akan segera kesana. Terima kasih untuk informasi yang Bapak berikan. "

Raihana masih mengatur nafasnya, Ia juga masih menggengam ponsel milik Arum.

" Ada kabar apa Rai. " Tanya Arum.

" Entahlah Rum, tapi sekarang ganti baju mu. Kita ke rumah sakit di pinggiran kota, sebenarnya aku masih menyangsikan kabar ini, tapi kalau kita tidak kesana, kita tidak akan tau kebenaran tentang berita ini. " Ucap Raihana.

Arum enggan untuk ganti baju, sudah tiga hari terakhir ini Ia enggan melakukan apapun.

" Untuk apa kita kesana Rai, itukan cukup jauh dari sini. Aku lagi malas kemana-mana. "

Raihana berdiri dan membantu Arum untuk berdiri, Arum akhirnya berdiri meskipun di paksakan.

" Kata mereka, Fajar sudah di temukan dan Dia ada di rumah sakit pinggiran kota. Kita harus kesana untuk memastikan, apakah kabar itu benar atau tidak. "

Mendengar itu Arum benar-benar shock, Ia berpegangan erat pada tubuh Raihana. Raihana dengan sigap menahan bobot tubuh sahabatnya yang memang sangatlah berat, namun Ia tidak keberatan.

" Apa itu benar Rai. " Tanya Arum memastikan.

Raihana mengangkat kedua bahunya, jujur Ia juga ragu. Namun mereka harus kesana untuk memastikan hal itu.

" Untuk memastikan apakah kabar ini benar atau tidak maka kita harus kesana, tapi Rum. Apa kamu cukup kuat untuk kesana, kalau kamu tidak kuat biar aku saja yang kesana, kamu tunggu di rumah saja. Aku akan kembali secepatnya kalau sudah memastikan kebenaran berita ini. "

Arum menggeleng, Ia masih kuat. Arum harus memastikannya sendiri, apakah benar itu adalah suaminya yang sudah hilang selama sembilan bulan lamanya.

" Baiklah kalau begitu, sini biar aku bantu. "

Raihana membantu Arum menuju kamarnya, Ia kembali keluar dan mulai berpikir.

" Pakai apa kesana, tidak mungkin kalau pakai motor. Sangat tidak aman untuk kehamilan Arum, aku tidak ingin dia dan juga bayinya kenapa- kenapa. " Gumam Raihana.

Raihana berlari kecil dan mengetuk pintu kamar Arum pelan.

" Rum, aku kerumah sebentar ya mau ganti baju. Kamu kalau sudah selesai tunggu aku disini saja ya. "

Raihana kembali berlari keluar setelah mendengar jawaban Arum, setelah selesai mengganti pakaian dan memasukkan semua barang- barang penting di dalam tas nya. Arum menunggu di luar, Ia menunggu di depan gerbang.

" Rai, kamu kemana, kok lama banget. " Gumam Arum seraya mengamati sekeliling.

Tidak lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti di depan Arum, Arum memandang mobil itu dengan pandangan bingung. Ia berpikir itu mobil siapa, kenapa berhenti di depan rumahnya.

" Rum, ayo naik. "

Raihana turun dan membantu Arum naik ke dalam mobil sewaan nya. Arum sempat bertanya itu mobil siapa yang mereka pakai, namun Raihana meminta Arum untuk bersantai saja, tidak perlu memikirkan soal mobil itu.

" Sudahlah Rum, yang penting kamu dan bayinya nyaman. Aku tidak mau kalian kenapa- kenapa. "

Arum benar-benar terharu, Ia tidak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan sahabatnya itu. Kalau Dia tidak ada, Arum tidak tau bagaimana caranya Ia melewati semua ujian yang Ia dapatkan saat ini.

" Sudah, sekarang istirahatlah. Perjalanan kita cukup jauh. " Arum mengangguk, Ia bersender dan mulai memejamkan mata.

" Pak, ayo jalan. Tidak perlu ngebut, yang penting sampai dengan selamat. "

Supir mengangguk, Ia menuruti apa yang di katakan Raihana. Sepanjang perjalanan Raihana benar-benar menjaga sahabatnya, Ia memastikan kalau Arum benar-benar merasa nyaman.

Setelah menempuh lima jam perjalanan akhirnya mereka tiba di rumah sakit yang di tuju, mobil mereka di sambut oleh beberapa Pria berseragam lengkap.

Raihana turun seorang diri, Is menanyakan kebenaran tentang kabar itu terlebih dulu. Setelah memastikan bahwa itu benar barulah Ia membangunkan sahabatnya.

" Arum, Rum. Kita sudah sampai. "

Arum membuka matanya perlahan, Ia mengintip keluar. Ternyata benar, ada papan nama bertuliskan nama rumah sakit itu.

Raihana membantu Arum untuk turun.

" Hati-hati, tidak perlu buru- buru. "

Arum dan juga Rai langsung menemui pihak kepolisian, mereka meminta para petugas mengantarkan mereka untuk menemui Fajar suaminya.

Polisi mengangguk dan langsung menunjukkan jalan pada mereka, Arum melangkah pelan karena memang kehamilannya sudah memasuki hari- hari terakhir menuju persalinan.

Ketika pintu ruangan terbuka, kaki Arum terasa berat untuk melangkah. Sangat jelas Ia melihat suaminya yang selama ini Ia rindukan, begitu juga Fajar. Ia memandang wanita yang sangat Ia cintai melangkah kearahnya dengan perut yang membesar.

" Sayang. " Fajar mengangkat kedua tangannya kedepan bersiap memberikan pelukan kerinduan pada wanita yang sangat Ia cintai.

Arum melangkah perlahan dengan mata berkaca- kaca, sampai di brangkar Ia langsung memeluk suaminya dan menangis haru.

" Mas kemana saja selama ini, aku mencarimu kemana-mana. " Ucap Arum di sela tangisnya.

Fajar mengelus belakang Istrinya, Ia berulang kali meminta maaf karena sudah membuat Istrinya khawatir. Arum melepas pelukannya dan mengelus perutnya masih dengan air mata yang terus mengalir.

" Mas, lihat ini. Aku hamil Mas, tapi......" Arum khawatir kalau suaminya tidak mempercayai nya dan menyangka kalau anak itu bukan anaknya.

" Iya sayang, aku tau. Kamu pasti tersiksa karena hamil tanpa ada yang mendampingi. "

Arum merasa heran, darimana suaminya tau kalau Ia hamil, namun akhirnya Arum berusaha berpikiran positif. Mungkin pihak kepolisian yang memberitahukan padanya mengenai kehamilannya.

" Nggak Mas, aku tidak sendiri. "

Arum memanggil Rai dan memperkenalkan nya pada suaminya.

" Apa Mas ingat Dia, Dia tetangga kita. Dialah yang selama ini selalu membantuku, bahkan dia juga membantu aku mencarimu selama kamu tidak di temukan. Mas harus berterima kasih padanya, karena kebaikannya makanya aku masih baik- baik saja sampai saat ini. "

Fajar memandang Raihana dan tersenyum, Ia berterima kasih atas kebaikan tetangga mereka itu yang saat ini sudah menjadi sahabat istrinya.

Terpopuler

Comments

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

🍁Cand❣️💋🅼🅸🅼🅸-🆁🆈👻ᴸᴷ

ak jg mikir mobilnya pinjem sm sapa? ato py raihana sendiri🤔

2023-06-05

0

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

Dokter tadi siapa ya. Apakah Fajar dijadikn tumbal pesugihan

2023-05-31

0

🍭ͪ ͩAnggun_Mυɳҽҽყ☪️³

🍭ͪ ͩAnggun_Mυɳҽҽყ☪️³

senang sedih bercampur jadi satu.... itulah yg sedang dialami Arum.... terharu karena sangat suami telah di temukan

2023-05-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!