Martin tidak berhenti mengulum senyum mengingat tingkah sang istri, bagaimana bisa istrinya sangat lucu seperti itu? jika saja tidak ada yang mendesak, Martin akan memilih diam di rumah dan mengurung istri kecilnya di dalam kamar. Entah bagaimana hidupnya jika saat itu ia tidak memaksakan diri untuk menikahi Elea.
Tok...tok...tok...
Ceklek....
Pintu ruangan Martin terbuka.
"Selamat pagi Tuan" ucap Anton asisten yang merangkap menjadi sekretaris Martin.
"Hem, bagaimana?"
"Kita harus segera kesana Tuan" kata Anton.
"Kita?"
"Iya"
"Tidak bisakah di wakilkan? aku ini pengantin baru, Anton. Dan juga Elea sedang hamil muda, dia tidak mau di tinggal. Bahkan untuk pergi ke kantor saja aku butuh waktu berjam-jam membujuknya" bohong Martin.
"Lalu bagaimana Tuan?" Anton bingung.
"Tidak bisakah kau mengutus orang kepercayaan mu?"
"Permasalahannya tidak sesimple itu Tuan"
"Jika begitu, kau saja yang pergi, dan aku akan mengurus semuanya disini" putus Martin, pergi keluar negeri dengan waktu yang tak bisa di tentukan kapan pulangnya bukanlah hal yang menarik, terlebih lagi saat ini sedang hangat-hangatnya bersama sang istri, sungguh Martin tidak akan rela berpisah dengan Elea, bisa nyut-nyutan kepala atas bawahnya.
"Anda yakin Tuan?" sebab pekerjaan di kantor juga sangat banyak, bisa di pastikan jika Martin harus lembur setiap hari.
"Tentu" yakin Martin.
"Tapi anda harus bersedia lembur setiap harinya Tuan, pekerjaan kita sangat banyak dan mendekati deadline.
"Aku tahu itu, tidak perlu kau ingatkan. Kau lupa jika aku ini Boss nya?" kesal Martin, asisten nya ini sangat cerewet mendikte cara kerja Martin.
"Saya tidak lupa Tuan" bukannya kurang ajar, namun jika Martin sampai santai-santai, dirinyalah yang akan babak belur tenggelam oleh gunungan dokumen, dan menua di ruang kerja.
"Sudah, kau saja yang pergi. Gaji mu bulan ini akan naik 50%" bujuk Martin, agar Anton setuju.
"Tidak perlu Tuan, apa gunanya banyak uang tapi saya tidak punya waktu untuk mencari kekasih? bahkan untuk bersama wanita malam saja tidak bisa" sahut Anton, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan yang di berikan oleh Martin.
"Makanya menikahlah Anton, seperti diriku ini menikah, maka kau akan menemukan wanita yang selalu menanti kepulangan mu dengan senyuman, bahkan kau bisa bercinta setiap malam" tutur Martin tanpa rasa bersalah.
"Baiklah Tuan, saya permisi siap-siap pulang dan menuju lokasi" ucap Anton langsung keluar tanpa menunggu jawaban Martin.
"Selalu saja begitu jika di nasehati" gumam Martin.
Sedangkan di luar, Anton melangkah gontai menuju ruangannya. Ia mengemasi barang nya dan berkas-berkas yang ia perlukan untuk perjalan bisnis menggantikan Martin.
"Dasar Boss gak punya akhlak, bagaimana aku bisa menikah jika dua puluh empat jam milikku tersita olehnya? memangnya semua orang seberuntung dirinya bertemu seorang gadis langsung menikah? untung saja Elea benar-benar gadis baik-baik" gerutu Anton, pria itu sudah berusia 39 tahun, namun hingga kini belum juga menemukan belahan jiwanya, apa lagi setelah bekerja dengan Martin, yang harus merelakan semua waktunya untuk melayani Martin. Soal gaji jangan di tanya, bahkan Martin selalu memberikan Gadi di atas rata-rata belum lagi tunjangan dan biaya tranportasi jika harus bepergian seperti ini. Namun Anton mahir menahan diri untuk tidak menjalin hubungan dengan wanita, karena waktu 24 jam kerja bersama Martin saja terasa kurang untuk dirinya beristirahat, apalagi harus pergi kencan dan haha hihi bersama dengan wanita.
🌼🌼🌼
Di dalam sebuah kamar yang besar, Elea masih menenggelamkan dirinya di bawah selimut tebal setelah kejadian memalukan di meja makan. Rasanya Elea tidak punya muka untuk bertemu dengan mertua dan anak tirinya, berbeda dengan Martin yang tersenyum bangga melihat hasil karyanya.
"Om Martin benar-benar keterlaluan awas saja" gerutu Elea dalam selimut, perutnya sudah terasa lapar sebab dari pagi belum terisi nasi, hanya segelas susu dan separuh buah Kesemek. Wajar saja jika sekarang cacing di perutnya sudah berdemo minta di isi, karena ini sudah lewat tengah hari. Bahkan sejak tadi para pelayan mengetuk pintu Elea memanggilnya untuk makan siang, namun Elea terlalu malu untuk keluar kamar.
"Elea makan siang dulu..." teriak Mama mertua Elea di balik pintu.
Tok..tok...tok...
"Mami makan dulu, kasian dedek nya Risha kelaparan itu" teriak Risha ikut membujuk Elea agar mau makan. Namun bukannya menjawab, Elea malah semakin menenggelamkan diri dan menutup kepalanya dengan bantal.
"Hufff seperti ngurus anak ABG saja" gerutu sang mertua menjauhi kamar Elea.
"Ini semua gara-gara anaknya nenek" ucap Risha.
"Bukan, ini semua gara-gara papi kamu yang sangat buas itu" sanggahannya.
"Papi Risha itukan anaknya nenek" sang cucu tak mau kalah.
"Apa yang kalian bicarakan ini?" tanya kepala keluarga tertua.
"Kami sedang membicarakan putra Kakek" sahut Risha.
"Ada apa dengan ayahmu?" tanyanya.
"Putra Kakek itu...." kalimat Risha di potong oleh sang Nenek.
"Risha bukanya kamu ada kelas siang ini?" tegur neneknya.
"Ahh...sampai lupa jika aku harus ke kampus" ucap Risha memukul keningnya.
"Belum tua sudah pelupa" cibir kakeknya.
"Iya, semua itu gara-gara putra Kakek" sahut Risha. "Risha pergi dulu Kek, Nek" pamit gadis itu mencium punggung tangan Kakek Nenek nya lalu melenggang pergi ke kampus.
"Apa yang terjadi?" Kakek Adnan masih penasaran dengan kata-kata sang cucu tadi.
"Papa dari mana?" bukannya menjawab, sang istri malah bertanya kembali.
"Tadi bertemu dengan Bambang di kafe Mutiara" jawabnya.
"Tumben sekali bertemu dengan Bambang, ada apa?" tanya Mama Asri.
"Tidak ada yang serius Mah, kenapa bertanya seperti itu? kami hanya ngobrol-ngobrol santai saja, membahas masa lalu..."
"Dan membahas mantan, begitu?" tuduhannya, membuat papa Adnan kesulitan menelan saliva nya, sebab tadi memang ada membahas mantan. Maklum saja kan? namanya juga bertemu teman dari jaman sekolah hingga bangku kuliah, pasti banyak cerita masa lalu dan aib-aib yang sama-sama di bahas ketika sudah tua menjadi cerita yang lucu.
"Bukan begitu Mah, kenapa kami harus membahas mantan?" elaknya.
"Mana Mama tahu kenapa kalian para pria tua suka membahas mantan" sahut Mama Asri meninggalkan sang suami menuju meja makan.
"Bik...Bibik....tolong ambilkan nampan dan piring" pintanya, Bik Sumi langsung memberikan apa yang di minta oleh sang Nyonya.
"Tolong buatkan jus mangga, dan lupakan dua buah Kesemek tadi pagi, lalu bawa kesini" titahnya.
"Baik Nyonya" jawab Bik Sumi langsung mengerjakan perintah majikannya.
"Untuk siapa ini Mah?" tanya papa Adnan melihat mama Asri mengisi piring dengan nasi serta lauk pauk.
"Papa diam saja, tidak perlu ikut campur" istrinya mode ngambek. Semakin tua semakin sering cemburuan, jadi gemas papa Adnan.
"Ini Nyonya" Bik asri datang dengan segelas jus dan sepiring potongan buah Kesemek.
"Berikan ini pada Elea, jika dia tidak mau buka pintu letakkan di atas meja dekat kamarnya, dan bilang jika kamu tinggal turun" ucap Mama Asri, Bik Sumi langsung pergi membawa makanan itu untuk Nyonya muda nya yang sedang mode ngambek.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments