Martin menjelaskan kepada kedua orang tuanya dan juga putrinya asal muasal sebab terjadinya pernikahan dadakan nya dengan Elea. Kedua orang tua Martin hanya mendengarkan dengan seksama penjelasan putranya itu, Martin menjelaskan semuanya tanpa ada yang terlewat tentang pertemuan pertama nya dengan Elea, dan bagaimana ia terjebak dalam situasi yang memalukan yaitu 'Digrebek' warga. Hanya satu yang tidak Martin jelaskan, yaitu tentang pekerjaan Elea. Martin sudah menganggap Elea itu istrinya dan menerima bagaimanapun masa lalu Elea, dan Martin menganggap jika masa lalu Elea itu sebuah aib yang harus ia simpan untuk dirinya sendiri. Sebab jika Martin mengatakan bahwa Elea bekerja sebagai wanita bayaran, bukan tidak mungkin orang tua Martin akan berpikir negatif tentang istrinya, dan Martin tidak mau itu terjadi. Mungkin di masa depan ia akan mengatakan apa pekerjaan Elea yang sesungguhnya jika memang sangat di perlukan, jika tidak ya hanya akan di simpan sendiri saja.
"Jadi kau akan melanjutkan pernikahan ini?" Papa Adnan bertanya pada Martin, setelah selesai mendengar penjelasan dari putranya.
"Ya Pa, Martin tidak pernah ada niatan untuk mempermainkan sebuah pernikahan" sahut Martin mengutarakan pendapatnya.
"Tapi kalian tidak saling mencintai, bahkan belum lama saling mengenal" ucap Mama Asri, ragu dengan kepuasan Martin.
"Kami memang belum saling mengenal dan saling mencintai Mah, tapi jika dalam hati kami ada sebuah penerimaan, Martin yakin rasa cinta itu akan datang dengan sendirinya seiring kebersamaan kami" jawab Martin realistis.
"Kau setuju dengan pendapat Martin? siapa namanya?" Mama Asri masih menatap kesal pada Elea.
"Elea nek" sahut Elea.
"Saya bukan Nenek kamu" pekik Mama Asri tak terima Elea memanggilnya Nenek.
"Ma..maaf" cicit Elea terjingkit.
"Memang berapa usiamu?" kali ini Papa Adnan yang bertanya, Martin pun menantikan jawaban Elea. Sebab ia juga belum tahu berapa usia istri barunya itu.
"22 tahun" lirih Elea menundukkan kepalanya.
"Astaga Martin" seru Mama Asri memegangi kepalanya, tiba-tiba saja sakit kepala mendengar kenyataan jika menantu nya hanya selisih dua tahu dengan cucunya.
Martin hanya terdiam, ia sendiri terkejut dan tidak menyangka jika istri barunya masih semuda itu bahkan bisa di katakan seumuran dengan putrinya. Martin pikir Elea berusia 27 tahunan, tapi di luar dugaan. Sepertinya perkataan Martin yang ingin beristri kan gadis muda tempo hari menjadi kenyataan, meskipun harus ada drama penggrebekan.
"Risha tidak mau dia jadi Mami sambung Risha" protes Risha pergi ke kamarnya. Risha akan sangat malu jika teman-temannya tahu Mami sambungnya hanya selisih dua tahun darinya.
🌼🌼🌼
Martin dan Elea kini sudah kembali ke kamar mereka, Elea tidak punya pilihan lain juga selain menerima dan menjalani pernikahan nya bersama Martin. Apa lagi sedikit pun tidak terlintas dari benak Martin untuk menceraikan Elea. Karena keduanya memang belum saling mengenal dengan baik, apa salahnya mencoba dan belajar saling menerima, dengan harapan cinta itu juga akan tumbuh.
"Om" lirih Elea memanggil suaminya.
"Ada apa?" Martin tidak ke kantor, karena harus mendampingi istrinya yang masih sangat membutuhkannya jika ingin kemana-mana.
"Kenapa tidak memberi tahu tentang pekerjaan ku?" walaupun masih memanggil suaminya dengan sebutan 'Om' tapi keduanya sudah menggunakan bahasa aku, kamu.
"Aku sudah menerima mu sebagai istriku, dan masa lalu mu tentang pekerjaan itu cukup aku saja yang tahu. Orang lain tidak perlu tahu, termasuk Mama dan Papa" jelas Martin.
"Om serius sudah menerima ku menjadi istri Om?"
"Ya, ada masalah?"
"Tapi, anak Om?" lirih Elea.
"Risha hanya perlu sedikit waktu, jangan khawatir" Martin menenangkan Elea.
"Tapi, apa aku bisa menjadi Mami untuk nya? bahkan Risha lebih cocok jadi adikku" Elea tidak yakin bisa menjadi sosok Mami sambung yang baik untuk Risha.
"Jika tidak bisa menjadi Mami nya, maka jadilah sahabat baiknya. Lagi pula Risha sudah dewasa, sosok Mami sudah tidak terlalu Risha butuhkan. Yang ia butuhkan adalah teman baik, yang bisa di ajaknya bicara dan bercerita, bisa mengerti suasana hatinya, bisa mengerti situasi dan kondisi nya. Lagi pula dengan menjadi teman baik nya, kamu bisa menasehati dia dengan sudut pandang yang berbeda. Bukan sudut pandang orang tua yang 'harus' selalu ia terima" tutur Martin karena sepengetahuan nya, Risha tidak memiliki teman baik yang bisa memberikan nasehat atau pengaruh yang positif. Semua teman-teman Risha hanya ada saat putri nya itu senang-senang, tapi saat Risha down seperti saat itu, tidak ada satupun teman Risha yang datang meskipun hanya untuk mensupport.
"Tapi sosok ibu tetap lah penting Om" lirih Elea. "Meskipun sudah berusia 22 tahun, aku tetap membutuhkan sosok ibu dan selalu merindukan nya" Elea tersenyum getir. "Lucu ya Om, bisa-bisanya aku merindukan orang yang tidak pernah aku lihat" ucap Elea dengan mata berkaca-kaca mengingat betapa tega nya orang tua Elea membuangnya di panti asuhan.
Tidak ada petunjuknya apapun saat Elea di temukan oleh penjaga panti, selain secarik kertas bertuliskan nama nya 'Eleanor Belvina' tidak ada Kalung, Liontin, Cincin, Gelang atau apapun sebagai tanda pengenal Elea. Padahal Elea berharap ada salah satu benda itu pada tubuhnya seperti yang ada di sinetron juga novel-novel gitu. Namun dunia terlalu kejam pada Elea, sehingga tidak ada petunjuk apapun untuk mencari keberadaan orang tuanya.
"Sudah jangan bersedih, bukankah sekarang kamu punya keluarga?" hibur Martin. "Kamu juga langsung mendapat suami dan anak, yang tidak perlu kamu timang-timang lagi" sambungnya.
"Aku takut Om" cicit Elea.
"Apa yang kamu takutkan?" Martin mendekati Elea dan duduk di samping istrinya.
"Aku takut jika aku benar-benar menggantung kan semua kebahagiaan ku pada Om, lalu Om juga meninggalkan ku. Aku tidak bisa membayangkan itu terjadi aku sudah pasti tidak sanggup menatap dunia lagi" jujur Elea, mendengar keseriusan yang Martin tawarkan membuat dirinya senang dan sedih.
Elea sudah terbiasa hidup sendiri tanpa perlindungan dari siapapun, jika sekarang ia harus berlindung di bawah naungan Martin tentu saja Elea akan senang. Tapi apakah ada jaminan jika Martin tidak membuang nya seperti yang di lakukan oleh orang tuanya pada Elea? Hal itulah yang menjadi ketakutan terbesar Elea, karena itu juga Elea tidak pernah memiliki kekasih yang sesungguhnya meskipun banyak dari teman-teman kampus nya dulu mengejar Elea, tidak sedikit juga para senior yang terang-terangan menyatakan cinta pada Elea, apa lagi jika bukan karena paras cantik Elea. Tapi tak ada satupun pria yang berhasil menggetarkan hatinya.
"Saat aku memutuskan untuk menikahi mu, aku serius dengan ucapan ku. Saat aku mengucapkan ijab qobul, aku juga berjanji pada diriku untuk selalu menjagamu. Dan saat aku mengatakan untuk tetap melanjutkan pernikahan ini, maka tidak sedikitpun aku berniat untuk meninggalkan mu. Mungkin saat ini aku belum mencintaimu, dan aku tahu kau juga belum mencintai ku.Tapi mulai sekarang kita akan sama-sama belajar menerima dan saling mencintai, kau setuju denganku?" tutur Martin lembut menatap wajah cantik istrinya.
"Aku setuju" lirih Elea.
"Jika ada sikapku yang tidak membuat mu nyaman, beri tahu aku. Dan ingatlah, dalam sebuah hubungan kejujuran itu sangat penting. Maka dari itu, aku meminta mu untuk selalu jujur padaku, tentang apapun itu. Agar kita bisa saling mengisi dan mencari solusi" jelas Martin, mengingat perbedaan usia yang cukup jauh, Martin harus bisa membimbing Elea menjadi lebih baik agar pernikahan mereka langgeng dan hanya maut yang bisa memisahkan. Itulah yang Martin harapkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
lalu waktu nikah kemaren bintinya siapa itu klo alea gak tau asal usulnya
2023-09-26
2