Di dalam sebuah kamar yang bernuansa hitam dan abu-abu, seorang pria tampak sedang memandang iba pada wanita yang baru saja ia nikahi. ya dialah Martin yang sedang memandang wajah Elea, wanita yang kini telah menjadi istrinya itu tertidur di mobil setelah puas mengungkapkan isi hatinya dan kelelahan karena menangis. Bahkan saat Martin membopong tubuh nya, Elea sama sekali tidak terusik dan tetap lelap dalam tidurnya.
"Harus bagaimana aku?" gumam Martin, memikirkan nasib pernikahannya.
"Pernikahan pertamaku terjadi karena ketidak sengajaan" Martin menghela nafasnya. "Dan pernikahan kedua ku terjadi karena keterpaksaan" Martin menggelengkan kepalanya, kenapa nasibnya seperti ini.
"Padahal aku juga tidak pernah punya cita-cita untuk mempermainkan sebuah pernikahan, tapi Tuhan selalu menikahkan ku di saat yang tidak pernah aku duga. Dan lihat gadis ini, berapa usianya?" ucap Martin, belum tahu berapa usia Elea.
"Apakah Papa dan Mama bisa menerima nya sebagai menantu? apakah Risha bisa menganggap nya sebagai maminya?" Matt memijat pangkal hidung nya, kepalanya rasanya ingin pecah.
"Sudah pukul 03.50 sebaiknya aku tidur dulu. Besok bagaimana, urus besok saja" putus Martin merebahkan tubuhnya di sisi kanan ranjang.
🌼🌼🌼
Malam berlalu dan pagi pun datang, gelapnya malam kini di gantikan terangnya cahaya mentari pagi. Embun pagi yang menetes kini mulai mengering namun tidak membuat pasangan pengantin baru itu bangun dari tidurnya meskipun di luar kamar orang-orang sudah mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Selamat pagi Nenek cup" sapa sang cucu pada Nenek nya yang berada di dapur, tak lupa ia mendaratkan kecupan sayang di pipi neneknya.
"Pagi kesayangan nenek" jawab nenek Asri senang melihat cucunya sudah kembali ceria.
"Papi mu belum bangun Risha?" tanya kakek Adnan sudah duduk di meja makan.
"Risha tidak tahu kek, mungkin sebentar lagi Papi akan turun" sahut Risha menarik salah satu kursi yang ada di meja makan.
"Kau ada acara hari ini?" tanya kakeknya.
"Belum tahu" Risha menyesap susu hangatnya.
"Sebaiknya kamu panggil Papi mu sayang, nenek sudah lapar" perintah Nenek Asri, memberikan kopi buatannya pada suaminya.
"Baiklah" Risha menurut langsung ke lantai dua dimana kamar Papi nya itu berada.
Tok...tok...tok...
"Papi, nenek sudah lapar" ucap Risha mengetuk pintu kamar Papi nya, namun tidak ada sahutan.
"Papi Risha masuk ya" izin Risha tapi langsung membuka daun pintu itu.
"Pap....." Risha terkejut ada seorangpun wanita yang tidur di ranjang papinya.
"Papi" lirih Risha, ada sesuatu yang mengusik hatinya. Risha keluar dari kamar itu dan berjalan gontai menuju meja makan.
"Papi mu sudah bangun?" tanya kakek Adnan.
"Papi dia...." Risha bingung harus menjawab apa.
"Ada apa?" Kakek Adnan melihat kegelisahan di wajah cucunya.
"Katakan Risha" tutur nenek Asri.
"Risha.... Risha... tidak tahu harus berkata apa" matanya sudah mulai berkaca-kaca. Apakah papinya sangat kesepian hingga menyewa ja Lang di luaran sana? tapi kenapa harus sampai di bawa pulang? pikiran Risha berkecamuk.
"Risha, ada apa?" gemas nenek Asri.
"Hiks...hiks...ada wanita tidur di kamar Papi" ucap Risha menutup wajahnya.
"Wanita?" ucap kakek Adnan dan nenek Asri bersamaan.
"Jangan bercanda Risha, Papi mu tidak mungkinlah melakukannya hal seperti itu" ucap nenek Asri.
"Hiks....hiks.... Risha tidak bercanda nek" ucapnya.
"Sudah sering ku ingatkan agar Martin segera menikah lagi" ucap kakek Adnan menghela nafas kasar. "Sebab hal seperti inilah yang di takutkan terjadi" kakek Adnan bangkit menuju kamar putranya, di ikuti oleh nenek Asri.
Begitu sampai kamar Martin, pemandangan indah itu mereka saksikan. Dimana seorang wanita meringkus nyaman tidur dalam pelukan Martin, membuat dua orang tua itu banyak-banyak bersabar.
"Martin bangun" kakek Adnan mengguncang kasar pundak putranya.
"Enghhh..."lenguh Martin merasa tidurnya terusik. "Papa..." ucapnya mulai membuka matanya. "Ada apa pa? Martin masih mengantuk" ucapnya mengeratkan pelukannya pada Elea.
Plakkkk
Nenek Asri sudah hilang kesabaran sehingga mengeplak bahu Martin.
"Awhh..." mata Martin langsung terbuka lebar. "Kenapa Martin di keplak Mah? salah Martin apa?" ia masih belum menyadari jika di sampingnya Elea tertidur nyenyak.
"Siapa wanita itu?" nenek Asri mengedikkan dagunya ke arah Elea.
"Wanita man....." Martin menoleh ke sampingnya dimana arah pandangan sang Mama.
"Dia..." Martin bingung harus menjelaskan nya seperti apa.
"Hehhh...bangun" seru Mama Asri pada Elea.
"Mah, jangan seperti itu" ucap Martin
"Kau..." Mama Asri melihat Elea mengerjapkan matanya.
"Ini dimana?" gumam Elea duduk membuat selimut tebal yang menutupi tubuhnya merosot.
"Papa tunggu di luar" ucap papa Adnan pada Martin, mengalihkan wajahnya dan keluar dari kamar itu.
"Astaga" seru Mama Asri menatap tak suka pada Elea. Elea yang mendapat tatapan tajam mengikuti arah mata wanita tua di hadapannya.
"Ahhhgggg..." jerit Elea kembali menarik selimutnya. "Om, apa yang sudah Om lakukan padaku?" Elea menatap tajam pada Martin.
"Kalian berdua cepat keluar" perintah Mama Asri pada Martin dan Elea.
🌼🌼🌼
Elea di papah Martin menuruni anak tangga, karena kaki Elea masih sakit. Dan kini Elea mengenakan baju milik Risha, tentu saja Martin yang mengambilkannya, sebab tak mungkin jika Elea mengganggu baju Martin kan?.
"Kenapa baju Risha di pakai oleh dia?" Risha mengenali baju yang di pakai Elea.
"Tenang dulu sayang" ucap sang Nenek.
"Jadi apa yang bisa kau jelaskan pada kami Martin?" tanya Papa Adnan ketika Martin dan Elea sudah duduk di ruang keluarga.
"Di sidang lagi ini" gumam Elea dalam hati.
"Dia... maksud ku Elea istri Martin Pa" jawab Martin menunjuk Elea, mengatakan jika wanita yang duduk di sebelahnya adalah istrinya.
"Apa?" jawaban Martin tentu saja mengejutkan orang tua juga putrinya.
"Jangan bercanda Martin" ucap Mamanya.
"Martin tidak bercanda mah" sahut Martin, sedangkan Elea hanya menundukkan kepalanya.
"Kau sudah menikah? begitu?" tanya Papa Adnan di angguki Martin. "Tanpa memberi tahu kami? Risha? kau keterlaluan Martin" ucap Papa Adnan.
"Papi tidak pernah mengatakan padaku jika sedang dekat dengan seorang wanita" ucap Risha penuh kekecewaan.
"Maafkan Papi"
"Dan dari mana asal wanita ini? keluarganya bagaimana? kenapa memperbolehkan putrinya menikah tanpa sepengetahuan orang tua calon suaminya?" ucap Mama Asri, membuat hati Elea mencelos, nyeri sakit tak terkira.
"Mah" ucap Martin, melihat mata Elea sudah berkaca-kaca.
"Keluarga baik-buruk tidak akan melepaskan putrinya begitu saja, apa lagi tanpa..."
"Mah cukup" Martin sedih menaikkan nada bicaranya.
"Kau berani membentak Mama mu Martin?" Papa Adnan menatap tak suka pada Elea.
"Hanya karena wanita ini" ucap Papa Adnan menatap sinis Elea, yang sudah berurai air mata.
"Tidak usah sok sedih, kami tahu air matamu itu hanya air mata buaya. Kau senang kan melihat Martin melawan orang tua nya, Kau ini benar-benar gadis mur..."
"Mama..."
"Om, saya pulang saja" lirih Elea tak tahan dengan situasi ini.
"Tidak bisa, kau sekarang adalah tanggung jawabku" tegas Martin.
"Bela saja terus" sindir Mamanya.
"Mama belum tahu apa-apa, bisakah untuk tidak berprasangka buruk pada orang lain? Martin bahkan belum menjelaskan apa-apa tapi kalian menuduh yang tidak-tidak. Martin memiliki Risha, tidak mungkin Martin berbuat hal-hal yang tidak baik pada wanita di luaran sana. Tolong beri kami kesempatan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya pernikahan kami" ucap Martin memohon pada orang tuanya juga putrinya.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments