Elea sedang bersama Fara di sebuah pusat perbelanjaan, Setelah beberapa hari Elea menghilang tanpa kabar, kini dua sahabat itu akhirnya bertemu kembali.
"Lo serius udah nikah El?" Fara masih belum percaya dengan apa yang di katakan para tetangga sekitar, belum lagi penjelasan Elea tidak begitu memuaskan rasa kepo dalam hatinya.
"Ck, kan gue udah bilang iya" kesal Elea dengan pertanyaan Fara yang itu-itu saja.
"Gue masih belum yakin aja. Btw suami Lo kayak gimana?" jiwa kepo Fara masih membara.
"Sejauh ini Om Martin baik" tutur Elea mengaduk-aduk smoothies pesanannya.
"Om?" kaget Fara.
"Ya, dia duda anak satu"
"Berarti Lo langsung jadi emak-emak dong?"
"Gak juga"
"Umur berapa anak suami Lo?"
"Dua" lirih Elea.
"Dua tahun? berarti masih butuh Lo banget dong" Fara menyedot jus melon nya.
"Dua puluh tahun, bukan dua tahun" kesal Elea
Uhukkk....uhukkk....uhukkkk...
Fara tersedak mendengar penuturan Elea yang memiliki anak sambung tak jauh beda dengan usianya.
"Iyuuuuhhhhhh Fara, sumpah Lo jorok bangetttt" Elea jijik terkena semburan jus dari mulut sahabatnya.
"Lo gak lagi bercandakan?" Elea hanya menatap malas. "Oh my God Elea, memang nya suami Lo umur berapa? kalau anaknya aja udah umur 20 tahun?" Fara tak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Elea.
"Om Martin 41 tahun kalau gak salah, dulu dia nikah muda" jelas Elea.
"Lo dapat duda matang kalau begitu, wahhh seberapa hot di atas ranjang?" tanya Fara antusias.
Plakkkkkkk....
Elea memukul lengan Fara.
"Awhhhhh... sakit kali El" keluh Fara.
"Lagian, Lo jangan ngomong macam-macam ya, jangan racuni otak gue yang lugu dan polos ini" ketus Elea.
"Lugu dan polos? Lo yakin" Fara tahu benar bagaimana Elea.
"Udah jangan di bahas lagi" kesal Elea.
"Elea...." seru seorang pria yang tak lain adalah suaminya.
"Om Martin" lirih Elea menoleh kearah suara itu.
"Kamu disini?" tanya Martin datar.
"Aku lagi sama teman ku Om, dia Fara" Elea mengenalkan Fara pada Martin.
"Hallo Om, saya Fara temannya Elea" Fara tersenyum mengulurkan tangannya.
"Saya Martin" ucap Martin menyambut tangan Fara.
"Kamu masih lama?" Martin menatap istrinya.
"Tidak"
"Mau pulang bersama? kebetulan saya sudah mau pulang" ajak Martin. Elea manatap Fara, merasa tak enak jika harus meninggalkan temannya itu.
"Pulang aja El, lagian gue juga mau ke hotel" ucap Fara melihat jam tangannya.
"Gue duluan kalau gitu"
"Ya hati-hati di jalan" ucap Fara, melihat Elea dan suaminya pergi. "Itu Om-Om jutek amat" ucap Fara, sebab Martin tidak menunjukkan sikap ramah.
🌼🌼🌼
Sepanjang perjalanan, baik Martin dan Elea sama-sama diam. Terlebih Martin seperti nya memendam sesuatu, dan Elea menyadari itu.
"Om Martin kenapa?" tanya Elea.
"Kenapa apanya?"
"Om diam saja dari tadi, seperti sedang marah, kenapa?"
"Kamu tidak bilang jika akan pergi keluar"
"Aku? memangnya harus bilang ya?" sepertinya Elea lupa jika dirinya sudah memilih suami.
"Aku ini siapa mu?"
"Om Martin, suamiku" lirih Elea.
"Dan kamu siapaku?"
"Istri Om"
Martin menepikan mobilnya, sepertinya ia harus mengingatkan sesuatu pada istri barunya itu.
"Kau setuju menerima dan menjalani pernikahan kita Elea?" Elea mengangguk. "Jika mang seperti itu, aku ingin kemanapun kamu pergi harus bilang padaku. Aku ini suamimu dan punya tanggung jawab penuh atas dirimu. Aku tidak ingin kejadiannya seperti ini terulang lagi, sekalipun kamu pergi dengan teman wanita mu, kau harus izin dulu padaku" tegas Martin, mengingatkan Elea jika dirinya bukan gadis lajang lagi.
"Iya, Om. Aku minta maaf jika tadi aku pergi tanpa izin dari Om lebih dulu" sesal Elea mengakui kesalahannya.
"Yang penting jangan di ulangi lagi" ucap Martin kembali mengemudikan mobilnya.
Setelah sampai rumah, Elea dan Martin langsung masuk ke kamar. Martin langsung mandi dan Elea menyiapkan pakaian untuk suaminya itu, lalu turun ke dapur untuk membuat minuman hangat untuk suaminya. Lalu kembali ke kamar.
Drtt....drtt.....
Ponsel Elea bergetar, menandakan jika ada pesan masuk.
Fara📩
"Jangan biarkan pak duda mu menganggur lama El, bisa di lihat dia lagi hot-hot nya. Pastikan dia puas denganmu dan tidak jajan di luar"
Fara kembali mengompori Elea, sebab dari percakapan yang Fara tangkap, Elea belum menjadi seorang istri sepenuhnya.
"Sialan si Fara, apa maksudnya mengirim pesan seperti ini" kesal Elea, bukan ia tidak tahu arti pesan tersebut, hanya saja tidak mungkin dia memulai duluan jika suaminya belum meminta.
"Ada apa?" Martin melihat Elea memanyunkan bibirnya.
"Astaga" Elea terkejut. "Jangan bikin jantungan dong Om, aku ini masih muda belum merasakan nikmatnya surga dunia bercin..." ceplos Elea, kemudian kedua tangan yang tadinya berada di dada, kini menutupi mulutnya.
"Astaga, apa yang barusan gue bilang? Fara sialan" sesal Elea, langsung lari ke kamar mandi.
"Surga dunia?" Martin tersenyum miring, lalu mengenakan pakaian yang sudah di siapkan oleh Elea.
🌼🌼🌼
Makan malam bersama berlangsung dengan tenang, meskipun Papa Adnan dan Mama Asri tidak menolak kehadiran Elea sebagai menantu tapi belum sepenuh juga mereka menerima. Berbeda dengan Risha yang terang-terangan masih menolak.
"Kau sudah mendaftarkan pernikahan mu Martin?" Papa Adnan membuka suara.
"Ya, Anton sudah mengurusnya" sahut Martin menikmati makan malamnya.
"Kapan resepsi nya akan di gelar?" masih Papa Adnan, dan Mama Asri hanya diam saja.
"Menurut Anton dua mingguan lagi"
"Ck, sebenarnya yang menikah itu kamu atau Anton? semuanya Anton yang menangani" kali ini Mama Asri bersuara.
"Anton yang mengatur jadwal Martin Mah, jadi biarkan Anton yang mengurus nya" tutur Martin.
"Apakah kapan kamu bercinta dengan istri mu juga Anton yang mengurus?" cibir Mama Asri.
Uhukkkk...uhuk...
Pertanyaan Mama Asri tak urung membuat Elea tersedak, baru saja tadi Elea tak sengaja keceplosan tentang bercinta, sekarang malah di ingatkan oleh sang mertua.
"Minum dulu" Martin memberikan segelas air putih pada Elea.
"Terima kasih" ucap Elea setelan meneguk beberapa kali.
"Mama kenapa bertanya seperti itu? yang benar saja" kesal Martin.
"Bukankah kamu bilang jika Anton yang mengatur jadwal mu?" ucap Mama Asri tanpa rasa bersalah.
"Ya tapi tidak sampai urusan ranjang Mah" ucap Martin menahan geram. Sedangkan wajah Elea sudah merah padam.
"Lain kali jangan bahas masalah seperti ini di meja makan. Untung saja tanpa ada Risha" ucap Martin meninggalkan ruang makan.
"Memangnya aku salah apa?" gumam Mama Asri.
"Mama tidak salah, hanya tidak tepat saja" ucap Adnan, suaminya itu juga meninggalkan ruang makan.
"Ck, itu sama saja menyalahkan" cibir Mama Asri. "Kau tidak menunda kehamilan kan Elea?" kini Mama Asri mengintrogasi menantu nya.
"Tidak mah" jujur Elea, bagaimana mau menunda jika belum ada sesuatu yang di mulai?
"Bagus, segera berikan cucu yang banyak untuk Mama" ucapnya senang, lalu menyusul suaminya.
"Cucu Mama belum di buat" lirih Elea, tanpa ia tahu jika Martin mendengar ucapannya. Pria itu tadinya ingin mengambil minuman dingin, tapi sengaja menguping pembicaraan singkat ibu dan istrinya.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments