Dokter Wahyu datang dan memeriksa keadaan Elea yang masih belum sadarkan diri, ia beberapa kali memeriksa Elea untuk memastikan kebenaran yang akan di sampaikan pada Martin.
"Bagaimana keadaan nya Dok? apakah dia baik-baik saja? apakah ada sakit yang serius?" cerca Martin pada dokter Wahyu.
"Hem, ini benar-benar masalah yang sangat serius Martin" ucap Dok Wahyu.
"Benarkah? apakah istriku sakit parah?" tanya Martin khawatir.
"Kau harus segera membawanya ke rumah sakit untuk memastikan berapa bulan usia kandungannya" ucap dokter Wahyu dengan nada serius.
"Harus kerumah sakit?" beo Martin. "Kandungan?" seolah masih mencerna, lalu Martin membelalakkan kedua matanya. "Maksud dokter Elea istriku sedang hamil?" tanyanya.
"Kau lambat sekali memahami nya, seperti baru pertama berumah tangga saja" ucap dokter Wahyu. "Selamat atas kehamilan istri mu, dan segera bawa dia kerumah sakit" sambung nya.
"Terimakasih, terimakasih banyak dokter" Martin sangat mendengar apa yang di sampaikan oleh dokter tersebut.
Setelah mengantarkan dokter Wahyu, Maret kembali ke kamar untuk melihat keadaan istrinya. Wanita 22 tahun itu sudah sadar dan duduk bersandar headboard, ia masih merasakan pusing di kepalanya.
"Kamu sudah bangun?" Martin mendekati Elea. "Apa yang saat ini kamu rasakan?" tanyanya.
"Sedikit pusing"jawab Elea memijat-mijat pelipisnya.
"Aku kenapa ya Om?" tanya Elea.
"El, sebenarnya...." Martin ragu untuk memberi tahu Elea.
"Apa Om?"
"Sebenarnya....."
"Ihh... Om ini kenapa sih, sebenarnya, sebenarnya terus"
"Kamu akan menjadi seorang ibu" ucap Martin cepat.
"Hah?"
"Ibu? aku?" Elea meraba perut nya memang tak seramping biasanya, sebab ia merasa agak sesak saat tadi mengenakan jeans.
"Maksud Om, aku hamil?" tanya Elea.
"Iya, kamu hamil. Apakah kamu senang?" keduanya memang belum ada pembahasan tentang anak, maka nya Martin ragu-ragu saat memberi tahu keadaan Elea.
"Aku...aku tidak membayangkan akan hamil secepat ini. Tapi aku akan menerima nya, apa lagi saat ini aku sudah menjadi istri Om" ucap Elea.
"Terimakasih, tolong jaga anak ini baik-baik" ucap Martin. "Ayo kita ke rumah sakit" ajaknya.
"Rumah sakit?"
"Untuk memeriksakan kandungan mu"
🌼🌼🌼
Di ruang pemeriksaan dokter kandungan, Martin sangat antusias mendengar penjelasan dokter bak pengalaman pertamanya menjadi seorang ayah. Maklum saja dulu saat Astrid hamil Risha, Martin masih terlalu muda dan acuh tak acuh dengan perkembangan kandungan sang istri. Mengingat dulu Martin menikahi Astrid tanpa rasa cinta dan ia juga sedikit banyak kehilangan masa-masa muda bersama teman-temannya.
Sebenarnya bukan hanya Martin yang saja merasakan hal itu, Astrid pun sama dengan dirinya. Namun Astrid lebih menerima dan menjalani semua apa adanya, tidak seperti Martin yang kadang-kadang meluapkan kekesalannya pada sang istri.
"Apakah bayinya sehat dok? berapa usianya? apa jenis kelamin nya? apakah ada masalah?" pertanyaan itu terus saja keluar dari mulut Martin, membuat sang dokter yang sudah paruh baya heran.
"Janin nya sehat ya pak, beratnya 28gram, panjangnya 2,54cm usianya sudah sembilan minggu, artinya sudah lewat dari dua bulan dan kini sudah masuk bulan ketiga" jelas dokter yang bernama Yuni itu.
"Untuk jenis kelaminnya belum bisa terlihat ya, nanti jika sudah memasuki usia kandungan empat bulan baru kelihatan" jelas sang dokter.
"Oh...begitu ya Dok" ucap Martin.
"Iya pak, apakah ini kehamilan pertama?"
"Iya, ini kehamilannya yang pertama" jelas Martin.
"Pantas bapaknya sangat antusias menyambut anak pertama"
"Ini anak kedua saya Dok" ralat Martin.
"Oh, maaf saya pikir..."
"Tidak apa-apa Dok, anak pertama saya lahir dua puluh tahun yang lalu. Makanya sekarang saya sangat antusias saat tahu istri saya hamil" jelas Martin.
"Ohhh begitu, sudah lama sekali rupanya. Jadi terasa seperti pengalaman pertama ya Pak" ucap dokter Yuni, sedikit heran sebab tadi ia membaca data Elea usianya masih 22 tahun. Tapi keheranannya hanya terpendam.
"Ini saya resep kan beberapa vitamin dan obat anti mual. Vitamin nya harus dihabiskan, tapi untuk obat anti mualnya di minum saat mual saja" jelas dokter Yuni.
"Apa ada keluhan?" tanyanya.
"Saya tidak berselera makan beberapa hari ini Dok, dan mudah lelah" tutur Elea.
"Itu wajar, di nikmati saja. Makan makanan yang bisa kamu makan, tidak harus nasi yang penting perutnya diisi biar ada asupan makanan untuk janin nya" pesan dokter Yuni.
"Apakah ada pantangan makanan Dok?"
"Kalau saya tidak pernah memberikan pantang apapun pada pasien saya, asalkan tidak berlebihan, ya semua sesuai porsi saja" ucap dokter Yuni. "Buah, sayur, ikan, daging, semuanya harus seimbang mudah-mudahan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan" jelasnya.
"Dok, apakah masih boleh berhubungan?" tanya Martin. Tampak sekali jika dulu saat kehamilan istri pertamanya ia tidak perduli, apalah sampai mengantar periksa kandungan.
"Om apa sih" protes Elea malu.
"Tidak apa-apa Bu, mungkin bapaknya lupa karena sudah terlalu lama" ucap dokter itu. "Boleh melakukan hubungan suami-istri kok pak, asalkan pelan-pelan dan sebisa mungkin buat sang ibu merasa nyaman, dan jangan berlebihan" jelasnya.
Setelah selesai pemeriksaan dan mengambil vitamin Elea di bagian farmasi, Martin dan Elea langsung pulang.
"Ada sesuatu yang kamu inginkan?" tanya Martin selagi masih di jalan.
"Memangnya Om akan ngizinin?" Elea balik tanya.
"Kok mengizinkan?"
"Karena aku masih sangat ingin nonton konser" Elea mencebikkan bibirnya.
"Itu lagi" gumam Martin.
"Kapan-kapan saja ya nonton konsernya, lagi pula kita tidak punya tiketnya" bujuk Martin.
"Mau gimana lagi" sahut Elea.
"Selain konser, apakah tidak menginginkan sesuatu?"
"Aku mau pulang dan tidur"
"Baiklah" ucap Martin fokus mengemudikan mobilnya.
🌼🌼🌼
"Selamat pagi semua" sapa Risha dengan wajah secerah mentari pagi pada Martin dan Elea yang sudah ada di ruang makan.
"Pagi" sahut Elea yang tengah menyesap susu coklat.
"Pagi sayang, happy banget anak Papi"
"Jelas happy dong, kan baru ketemuan sama suami" jawab Risha mengambil makanannya.
"Lagi" gumam Martin kesal, tidak anak , tidak istrinya yang di bahas hanya suamiku suamimu suami kita semua.
"Mami gimana keadaan nya? kenapa sampai pingsan gitu sih?" tanya Risha, sebab setelah menghubungi dokter Wahyu, gadis itu langsung berangkat menonton konser idolanya.
"Selamat Risha, sebentar lagi kamu akan jadi Kakak" bukan Elea, tapi Martin yang menjawab pertanyaan Risha.
"Really?" gadis itu tak percaya.
"Of course, are you happy?" tanya Martin.
"Emm... I'm not sure, but ini kabar yang luar biasa" Risha bangun dari duduknya dan mendekati Elea.
"Congratulations Mam, true my young mother" Risha memeluk dan mencium Elea.
"Sayang kau tidak memberikan selamat pada Papi?" entah mengapa Martin merasa iri.
"Untuk apa?" tanya Risha menatap bingung pada Martin.
"Astaga" ucap Martin.
"Kenapa hanya Elea yang di berikan selamat? padahal aku yang bekerja keras menanam benih itu, apa mereka semua lupa jika tanpa aku, Elea tidak mungkin hamil? seharusnya kan aku yang di berikan ucapan selamat lebih dulu, bukannya malah terlupakan seperti ini" keluh Martin dalam hatinya, merasa sangat sensitif.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments