Martin menatap lembut wanita yang terlelap di pelukannya, wanita yang dinikahinya beberapa bulan lalu karena sebuah keadaan. Meskipun di awali keterpaksaan dan tanpa cinta, perlahan tapi pasti hati Martin mulai terbuka untuk sang istri. Apalagi kini sudah ada calon anaknya yang tumbuh di rahim Elea, hatinya yang kosong kini mulai terisi dengan kehadiran Elea, meskipun belum pernah Martin menyatakan cinta.
Karena menurut Martin, semua sikap dan perlakuannya pada Elea sudah menyatakan jika dirinya mencintai sang istri tanpa harus di ungkapkan secara lisan. Martin tersenyum dan mengecup puncak kepala Elea, hatinya benar-benar menghangat ketika melihat wajah polos sang istri. Tidak di sangka jika untuk pertama kalinya Martin jatuh cinta pada wanita yang sebaya dengan sang putri, namun siapa yang bisa melawan jika hati sudah memutuskan kemana ia akan berlabuh?. Martin sangat bersyukur kerena keputusan nya untuk menikahi Elea saat itu ternyata tepat, terbukti sekarang hari-harinya semakin berwarna dan bahagia.
Enghhhhh.....
Elea melenguh namun tetap tidak membuka matanya, malah semakin mengeratkan pelukannya pada Martin, membuat pria itu terkekeh geli.
"Sayang bangun, ini sudah pagi" ucap Martin mengusap punggung mulus dan polos milik Elea, namun wanita itu tetap terlelap. Elea masih sangat mengantuk dan juga lelah, sebab keduanya baru sampai hotel di pukul 01.20 belum lagi percintaan yang dimulai oleh Elea dan di akhiri oleh Martin terjadi lebih dari satu Jam, serta di lanjutkan dengan obrolan ringan hingga akhirnya keduanya tertidur pulas.
"Sayang, Kesemek nya sudah sampai di rumah" bisik Martin, yang memang terbangun saat Mama Asri menelfon karena tiba-tiba ada paket datang berisi buah Kesemek pesanan sang menantu, setelah di cari di kamar ternyata anak dan menantunya tidak ada, tak ayal Mama Asri langsung menelfon Martin menanyakan dimana keberadaannya.
"Hemm..." Elea sudah mulai membuka matanya.
"Kesemek, bukankah kamu sangat ingin makan buah itu?" ucap Martin.
"Mana? tolong ambilkan Om" pinta Elea, ia belum sadar jika sedang tidak ada di rumah.
"Bagun dulu, ayo kita pulang" tutur Martin membuat Elea membelalakkan matanya.
"Astagaaaaaaa....ayo Om, cepat" Elea langsung berlari menuju kamar mandi, bahkan dirinya lupa jika tubuhnya polos seperti bayi.
"Sayang, kamu sengaja menggoda ku?" Martin tersenyum penuh arti, Elea yang sudah di ambang pintu kamar mandi berhenti dan membalik badan tak mengerti maksud Martin.
Melihat tatapan Martin yang sangat berbeda, Elea langsung memindai tubuhnya, dan baru tahu maksud perkataan Martin.
"Jangan sekarang Om" teriak Elea masuk kamar mandi, namun berhasil di susul oleh Martin dan tentu saja Martin mengulang kegiatan yang menaikkan imun nya itu. Meskipun tidak bisa berlama-lama tapi Martin cukup puas mendapatkan pelepasan, berbeda dengan Elea yang memasang wajah kesal.
🌼🌼🌼
Sepanjang perjalanan menuju kerumah, Elea hanya diam dan memanyunkan bibirnya. Ia ingin segera sampai rumah dan memakan buah Kesemek namun terpaksa sedikit tertunda karena ulah mesum suaminya. Mempunyai suami yang sangat dewasa belum tentu selalu bersikap dewasa, malah kadang Martin seperti bayi tua yang selalu menempel pada Elea saat di dalam kamar. Meskipun tidak melakukan apa-apa, tapi Martin selalu rutin menyesap dan memainkan sumber makanan calon anaknya hingga kini berubah ukurannya.
Berbeda dengan Elea, Martin malah tersenyum senang dengan wajah berseri-seri, semalam sudah dapat servis dari Elea, di tambah dirinya bermain satu ronde, plus pagi hari mendapatkan kalah lagi meski sedikit memaksa, sungguh wajah bahagia Martin sangat terlihat. Apalagi melihat hasil karya yang memenuhi leher Elea, Martin sangat luas melihat hal itu, ia merasa jika Elea sangat seksi dengan hasil karya nya yang tidak Elea tutupi. Elea bahkan tidak sadar jika di lehernya penuh tanda merah keunguan milik Martin, selain ia tidak membawa alat makeup, Elea juga tidak terlalu memperhatikan nya saat bercermin, ia terlalu sibuk dengan rasa kesalnya pada Martin.
Brakkkkkkkkkk
Elea membanting pintu mobil dengan keras membuat Martin terjingkit, namun tidak marah, Martin malah merasa jika sikap Elea sangat lucu.
"Bik, Kesemek Elea mana?" Elea langsung menuju dapur.
"Ada Nyonya" sahut Bik Sumi, mengambilkan buah milik majikannya.
"Wahhh, banyak ya" mata Elea berbinar.
"Ini sudah di bayar Bik?" Elea ingat memesan dengan sistem COD.
"Sudah di bayar sama Nyonya sepuh" jawab Bik Sumi.
"Elea minta piring dan pisau dong Bik" pintanya langsung di berikan oleh Bik Sumi.
"Kamu mau langsung makan itu Elea?" tegur Mama mertua yang menghampiri Elea di meja makan.
"Bolehkan Mah?" tanyanya sedikit takut.
"Sudah makan nasi?"
"Elea sedang tidak ingin makan nasi Mah, tapi Elea sudah minum susu" jawab Elea.
"Ya sudah, tapi nanti siang usahakan makan nasi" ucap Mama Asri duduk memperhatikan Elea mengupas Kesemek.
"Terimakasih Mah" Elea tersenyum senang tidak sabar ingin makan buah Kesemek.
"Mami kupas apa itu?" Risha datang bergabung di meja makan.
"Kesemek"
"Itu buah atau sayur?" Elea berhenti mengupas Kesemek lalu manatap heran pada Risha.
"Risha kan tahu nya cuma buah apel sama pear" sahut Mama Asri melihat wajah heran Elea.
"Nenek ini yang benar saja, Risha tahu juga buah rambutan, duku, jeruk, pisang, mangga, dan banyak lagi" protes Risha.
"Ini buah Risha" ucap Elea hendak memakan irisan buah Kesemek itu namun terganggu dengan rambut panjang nya yang tergerai. Tentu saja Elea langsung merapihkan rambutnya dan mencepol nya asal, membuat Mama mertua dan anak sambungnya tak berkedip dan menelan ludah dengan susah payah.
"Papi ganas juga ternyata" gumam Risha dalam hati melihat jejak kepemilikan sang Papi.
"Martin benar-benar putra Adnan, dia membuat tanda tanpa ada jarak. Pantas saja Elea langsung hamil" Mama Asri tersenyum membayangkan betapa buasnya sang putra menggarap menantu nya.
"Kenapa pada bengong?" tanya Elea tak mengerti.
"Ahhh....tidak" sahut Mama Asri.
"Mami gak sadar deng...... aduhhhh" Risha merasakan cubitan di pahanya, dan itu ulah sang nenek.
"Nenek ken...." namun Risha menangkap sinyal dari sang nenek untuk diam.
"Ckk" decak Risha, sang nenek tidak tahu saja jika semalam Risha hampir melihat adegan iya iya dari Papi Mami nya.
"Sayang....aku berangkat kekantor dulu" Martin sudah bersiap dengan setelan kerjanya.
"Kam....." mata Martin membulat melihat Elea mencepol rambut panjangnya dan berhadapan dengan Mama juga putrinya.
"Sepertinya semalam sangat panjang" sindir Mama Asri. Yang Martin heran adalah kenapa sikap Elea biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.
"Dan sangat panas" timpal Risha melirik Papinya.
"Sayang, apa yang sedang kamu lakukan?" Martin mendekati Elea dengan kikuk karena mendapat tatapan berbeda dari ibu dan anaknya.
"Om tidak lihat aku sedang makan Kesemek?" kesal Elea, padahal dirinya juga menikmati saat Martin menggarapnya di kamar mandi. Namun entah mengapa masih saja kesal pada Martin.
Martin mengeluarkan ponsel pintarnya g ada logo apel bekas gigitan, lalu mengambil potret sang istri.
"Sayang tersenyum" pinta Martin, Elea menurut dan tersenyum tipis.
"Sangat cantik dan seksi" puji Martin membuat Mama Asri dan Risha menatap jengah.
"Risha, tolong ambil gambar kami" Martin menyodorkan ponselnya pada Risha, lalu ia memeluk dan berbagai pose terabadikan dengan lensa kamera ponselnya.
"Sayang kamu sangat cantik" Martin memperlihatkan hasil foto yang di ambil oleh Risha, awalnya biasa saja namun saat Elea benar-benar memperhatikannya, wajahnya berubah menjadi merah padam. Marah, kesal, malu bercampur menjadi satu, bisa-bisanya Martin tidak mengatakan apapun padanya, lalu bagai mana bisa ia seceroboh itu? ingin rasanya Elea menenggelamkan diri dalam perut bumi, bagaimana setelah ini ia bisa mengangkat wajahnya di depan mertuanya?
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments