Risha mendesah kesal mendapati keteledoran Papi Mami nya, bagai mana bisa mereka bercinta tanpa mengunci pintu terlebih dulu? untuk saja Risha melihat belum sampai pada adegan inti, Risha tidak bisa membayangkan jika dirinya sama benar-benar melihat acara live yang iya iya itu.
Ini bukan pertama kalinya Risha melihat adegan iya iya, sebab beberapa bulan lalu Risha menangkap basah sang kekasih melakukan kegiatan panas itu dengan salah satu temannya. Mungkin karena Risha selalu menolak ajakan sang kekasih untuk berhubungan layaknya suami-istri, makanya pacar Risha bercinta dengan temannya yang pasti tidak akan menolak hal itu. Sebab selama Risha dan Irfan menjalin kasih, Risha hanya mengizinkan Irfan untuk mencium pipinya, beberapa kali Irfan mencuri ciuman di bibir Risha dan memicu pertengkaran keduanya, dari situ sikap Irfan berubah dan ternyata Irfan menjalin kasih dengan teman Risha yang bernama Agnes.
"Huffff" Risha membuang nafas kasar dan memijat pelipisnya, apa yang baru saja ia lihat mengingatkan akan kejadian beberapa bulan lalu yang begitu menyakitkan.
"Papi ceroboh banget, mau begituan pintu nya gak di tutup" gerutu gadis 20 tahun itu.
"Sial, mata suci ku sudah dua kali di cemari dengan adegan yang tidak pantas" keluhnya.
"Gue haus" Risha melihat di dalam kamarnya tidak ada air minum, terpaksa harus turun ke dapur.
"Ckk" decak Risha ketika melewati pintu kamar Papinya, gadis itu segera berlari menuruni anak tangga. Sampai di dapur, Risha menuju kulkas untuk mengambil minum dingin, rasanya otak dan tubuh nya panas mengingat hal yang iya iya.
"Nona Risha"
Uhukkkk...uhuk....
Risha tersedak karena kaget tiba-tiba mendengar suara pelayan rumah nya.
"Ya ampun Non...." pelayan wanita itu menepuk-nepuk punggung Risha.
"Aduh, mbok Minah bikin Risha kaget saja" ucap Risha menepuk-nepuk dadanya.
"Maaf Non, lagian kenapa lampu dapurnya tidak Non Risha nyalain?" heran nya.
"Gak tahu lah, Risha mau ke kamar suku" jawab gadis itu bingung.
"Aneh sekali Non Risha" gumam mbok Minah menggelengkan kepalanya menatap punggung Risha semakin menjauh.
🌼🌼🌼
Di dalam kamar Martin dan Elea sedikit berdebat karena insiden terbukanya pintu kamar oleh Risha, entah mengapa kedua manusia itu sangat ceroboh tidak mengunci pintu dahulu sebelum melakukan aktivitas panas nya.
"Kenapa gak Om kunci sih?" kesal Elea.
"Aku mana tahu kalau pintunya belum di kunci" kilah Martin dengan posisi masih mengungkung Elea.
"Ya udah kunci dulu, kenapa masih di situ?"
"Risha sudah pergi El, biarkan saja" jawab Martin menundukkan kepalanya hendak menyapa buah kembar yang ada di depan matanya.
"No, kunci dulu nanti kalau ada yang masuk lagi gimana?" Elea menahan mulut Martin dengan tangannya.
"El..." rengek Martin seperti bocah.
"Kunci dulu pintu nya, atau tidak sama sekali" ancam Elea, yang benar saja melanjutkan adegan panas tanpa mengunci pintu, bagaimana jika nanti tiba-tiba sang mertua membuka pintunya?.
"Ya baiklah" Martin mengalah dan turun dari ranjang untuk mengunci pintu.
"Sudah sekarang bisa kita lanjutkan adegan yang tadi?" Martin menatap tak sabar.
"Om, boleh aku mengatakan sesuatu?" wanita itu malah mengancingkan piyamanya, apa maksudnya ini? geram Martin melihat itu.
"Katakan saja, kenapa harus menutup piyama mu" protes Martin membuka kembali kancing piyama Elea namun di tahan oleh sang pemilik.
"El..." Martin memohon.
"Om dengarkan aku dulu"
"Ya sudah, katakan" putus Martin.
"Aku ingin makan buah Kesemek" ucap Elea.
"Buah Kesemek? apa itu?" Martin asing dengan nama buah itu.
"Buah Kesemek, masa Om tidak tahu sih?"
"Memang tidak tahu" sahut Martin.
"Padahal usia lebih matang, masa Kesemek saja tidak tahu" cibir Elea.
"Maksud mu aku tua begitu?"
"Aku tidak mengatakan itu" kilah Elea.
"Kalau Om tidak mau mencarikannya, biar aku minta masa Mama saja" Elea turun dari ranjang.
"Baiklah, aku akan mencarinya. Dimana belinya?" pertanyaan aneh itu Martin lontarkan.
"Di toko bangunan biasanya banyak" kesal Elea.
"Buah apa Kesemek itu? kenapa di jual ya di toko bangunan?" ucap Martin membuat Elea gemas ingin menabok suaminya.
"Sudahlah, Om tidur saja, biar aku yang cari"
"Eh...tidak bisa begitu, kamu di rumah saja" tegas Martin.
"Aku ingin ikut Om"
"Tidak"
"Hiks...hiks..." ilmu andalan telah di keluarkan.
"Ini sudah malam Elea"
"Baiklah, tidak usah saja hiks...hiks..."
"Ya sudah kamu ikut, tapi ganti baju dulu" Martin melihat jam digital yang ada di kamarnya sudah menunjukkan jam 22.45 dan harus keluar mencari buah Kesemek yang belum pernah ia lihat seperti apa itu bentuknya.
🌼🌼🌼
Sudah satu jam lebih Martin mengendarai mobil nya untuk mencari buah Kesemek, namun belum juga menemukan buah itu. Martin jadi ragu jika ada yang namanya buah Kesemek.
"Apakah kamu benar-benar menginginkannya malam ini juga?" lirih Martin, ia sudah di wanti-wanti oleh Mama Asri agar menuruti semua kemauan Elea apa lagi jika itu berhubungan dengan makanan. Jika tidak, nanti anaknya akan ileran dan Martin tidak mau itu terjadi.
"Iya" jawab Elea.
"Kemana lagi kita mencarinya?"
"Mana aku tahu Om, kalau aku tahu kita tidak mungkin keliling-keliling tidak jelas seperti ini" Elea emosi, bahkan sudah hampir menangis, wanita hamil memang sangat sensitif.
"Baiklah jangan menangis, kita cari lagi" Martin mengalah, ia harus bersabar menghadapi sifat kekanak-kanakan istrinya, hal itu juga sudah di peringatan oleh Mama Asri.
Di kehamilan Elea ini Martin banyak belajar hal-hal baru yang tidak pernah ia tahu saat kehamilan Astrid dulu. Dulu Martin benar-benar lepas tangan dan hanya sesekali saja memberikan perhatian pada istri dan calon anaknya, berbeda dengan Elea yang sangat teramat di perhatian dan di turuti semua kemauannya, kecuali menonton konser sang idola.
Karena tidak menemukan buah Kesemek di pedangan buah eceran, akhirnya Martin sampai ke pasar induk Kramat Jati hanya untuk mencari buah tersebut. Bahkan tanggal dan hari sudah berganti namun kedua anak manusia itu belum tidur, jangankan tidur, keduanya masih jauh dari kasur dan malam menjelajah malam mengitari kota Jakarta untuk mencari buah Kesemek.
"Tunggu sebentar, aku akan bertanya pada orang-orang itu" ucap Martin keluar dari mobil menghampiri pada pedagang yang masih terjaga.
"El..." panggil Martin.
"Kok cepet Om? Kesemek nya mana?" Elea memindai kedua tangan Martin.
"Belu dapat, kata orang-orang itu sebentar lagi pemasok sayur dan buah dari Jawa datang, mungkin ada buah Kesemek itu. Kamu mau menunggu atau pulang? tapi masih belum tentu ada" jelas Martin.
Ting...Ting....Ting....
Banyak notifikasi masuk kedalam ponsel Elea, entah apa itu. Namun setelah membaca nya senyuman terbit di bibir istri Martin Hariz itu.
"Kita pulang saja Om, Aku sudah membelinya melalui e-commerce, besok pagi sudah di antar" dengan entengnya Elea mengatakan itu.
"Kenapa tidak dari tadi?" kesal Martin, dirinya sudah berjam-jam mengelilingi kota Jakarta, dan dengan mudahnya Elea bilang sudah pesan di e-commerce? jika tahu begitu tidak usah tamasya dadakan tengah malam di jalanan Ibu Kota, dan lebih baik bercinta hal yang sudah semingguan ini tidak ia lakukan.
Tiba-tiba Martin merasa pening memikirkan gagal bercinta dan usahanya mengitari Jakarta berujung sia-sia.
"Aku kan tidak tahu jika di e-commerce ada, lagian tadi cuma iseng cari, gak tahunya ada" Elea membela diri.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments