*
*
"Kak, bukankah tadi kau bilang kita akan menjemput Desi?" Tanya Ergan setelah dirinya turun, dan memarkirkan sepeda di pasar.
"Aiya, alibi saja. Kau ini, belajar yang banyak dan perhatikan sekitarmu. Supaya kau lebih pintar!" Ucap Siska seraya mengetuk dahi Ergan pelan.
"Hah?" Beo Ergan tak paham sama sekali.
"Sudahlah, ini, kau beli kartu perdana di kios ponsel sebelah sana. Aku mau belanja bahan-bahan untuk jualan besok." Ucap Siska seraya menyodorkan uang selembar 100rb pada Ergan.
Setelah Ergan menerimanya, Siska berlalu pergi tanpa repot-repot membuat rasa penasaran Ergan teratasi. Pun dengan Ergan yang hanya bisa menghela nafas, menelan rasa penasaran yang menggebu.
Siska berjalan ke arah kios langganannya. Dari jauh, terlihat bos kios ini melambaikan tangannya, seolah akrab dengan Siska, membuatnya tertawa kecil.
Keduanya bahkan baru berapa hari saling mengenal, tapi bos kios ini malah sudah mengakrabkan diri sampai seperti ini.
Jika saja Bos kios tahu pikiran Siska, mungkin ia akan menjawabnya dengan lantang. Lagipula siapa yang bisa tidak mengakrabkan diri dengan pelanggan besar dan tetap seperti Siska? Rasa syukurlah yang justru di dapatkan jika akrab dengan pelanggan seperti ini. Tidak ada ruginya, tapi malah untung.
"Gadis! Kau datang sore hari ini." Ucap Bos kios begitu Siska datang di hadapannya.
"Ada urusan, bos. Lagipula, belanja di jam berapapun sama saja. Yang penting tidak kemalaman, kiosmu mungkin sudah tutup." Ucap Siska bercanda.
"Benar, benar, kiosku tutup pukul 6. Ini udah pukul 4 sore, kau baru datang. Aku pikir kau tidak akan belanja di kiosku lagi tadi." Balas bos kios seraya membalas tawa renyah Siska. "Baiklah, ayo sebutkan pesananmu." Lanjutnya, Seraya memegang buku dan pensil untuk menuliskannya.
Siska tersenyum, kemudian menganggukkan kepalanya. "Bahan-bahan seperti biasa saja, kali ini, tambah masing-masing 5kg dari pesanan hari kedua." Ucap Siska.
"Kau yakin? Semua barang dinaikkan 5kg, tepung tapioka mu akan menjadi 25kg, terigu 10kg, Ayam 10kg, Minyak goreng 15L, Cabai 5kg, dan bumbu lainnya---" Ucapan bos tidak berlanjut.
"Bumbu lainnya jangan ditambah 5kg, bos. Sesuaikan saja dengan bahan yang dibeli, tambah 1kg saja masing-masingnya." Sela Siska, menghentikan kekhawatiran pemilik kios tersebut.
"Baik! Tunggu aku menyiapkannya." Ucap Pemilik kios seraya menyuruh pegawainya menyiapkan semua kebutuhan Siska, sedangkan dirinya menghitung belanjaan Siska.
"Bos, kau menjual basreng, tidak?" Tanya Siska seraya melihat-lihat.
"Haduh, nona, yang seperti itu mana ada di kiosku. Kalau kau cari bahan seperti itu, ada sekitar 3 kios dariku di sebelah kiri sana, kalau tidak salah ingat memang ada." Ucap pemilik Kios lagi.
"Ah, baik, kalau begitu. Terimakasih." Ucap Siska seraya menganggukkan kepalanya.
"Kau mau membelinya? Aku sarankan, untuk menghubungi pemiliknya sebelum membeli, apalagi jika kau membeli banyak seperti tepung-tepung ini." Ucapnya seraya tertawa.
"Aiya, aku hanya bertanya saja. Belum niat untuk membeli. Daganganku sedang laris akhir-akhir ini. Tapi kau tahu sendiri, berjualan makanan ini gampang membuat orang-orang bosan. Jadi, berencana untuk menggantinya jika sudah sepi pembeli." Ucap Siska.
"Benar, aku juga dulu begitu. Jual makanan sangat gampang sepi pembeli. Pembeli ini musiman. Kadang laku, kadang tidak. Kita sebagai penjual harus pintar-pintar melihat situasi, pintar-pintar mencari peluang lain yang lebih inovatif." Ucap pemilik kios lagi, membuat Siska terkejut.
Pemilik kios ini, berwawasan juga. Tidak banyak yang berwawasan seperti ini di pasar. Maka dari itu, Siska terkejut.
"Wah, bos! Kau hebat juga, membuatku terpana saja. Apa kau punya anak laki-laki? Ayo, kenalkan padaku, hahaha." Canda Siska seraya tertawa.
"Wah, bagaimana kau tahu aku punya anak laki-laki? Benar, ya! Nanti aku kenalkan dia." Balas pemilik kios membuat Siska terbatuk pelan.
Terkejut sendiri mendengar balasan dari candaan yang dilontarkannya. "Aiyoo, bos. Aku bercanda. Lagipula aku ini wanita yang sudah mau bercerai, punya dua anak pula. Laki-laki mana yang begitu bodoh mau denganku." Ucap Siska seraya mengibaskan tangannya di depan wajahnya.
Ngomong-ngomong tentang cerai, Siska jadi ingat masalahnya. Kertas perceraian harusnya sudah jadi besok. Yah, besok mau tidak mau harus menemui bajingan itu.
"Astaga, berapa umurmu?" Tanya pemilik kios terkejut sekali.
"Menurutmu berapa?" Tanya Siska seraya tertawa.
"Aku kira kau gadis lajang, usia 20 an tahun! Tidak sangka kau sudah punya dua anak. Tapi, hei, anakku juga duda tanpa anak. Siapa tahu dia tertarik padamu." Ucap pemilik kios seraya tersenyum.
"Uhuk! Uhuk! Bos, aku hanya bercanda saja, tadi." Ucap Siska kembali mengibaskan tangannya dengan wajah panik.
"Hahaha, baiklah, baiklah, aku tidak bercanda lagi denganmu, wanita ini. Ngomong-ngomong, siapa namamu?" Tanya pemilik kios.
"Aku Siska, bos. Bukankah aku sudah memperkenalkan diri dulu?" Tanya Siska dengan raut bertanya-tanya.
"Apa benar? Apa aku lupa? Masa, sih, aku lupa? Sepertinya kau belum." Ucap pemilik kios bingung.
"Aiya, sudahlah, cepat hitung belanjaanku. Tuh pegawaimu sudah beres mempersiapkannya." Ucap Siska seraya menunjuk dua keresek dengan ukuran sedang.
"Ahaha, terlalu senang mengobrol denganmu, sampai lupa. Baiklah, totalnya 309rb. Bayar 300rb saja!" Ucap pemilik Kios.
"Kau yang bilang ya bos, semuanya aku bayar 300rb. Jangan berubah pikiran!" Ucap Siska buru-buru, dengan cepat mengeluarkan uang dan membayarnya dengan uang pas.
Pemilik kios hanya tertawa melihat reaksi Siska. "Kau ini, 9rb ada artinya kah untuk dirimu? Lihat, kau belanja banyak begini, uangmu juga pasti banyak, tahu!" Ucap pemilik kios.
"9rb ini juga tetap saja uang, bos! Sangat susah mencari 1rb di tahun ini." Ucap Siska tersenyum. "Yasudah, aku pergi dulu, bos. Terimakasih banyak!" Lanjut Siska seraya mengangkat belanjaannya.
"Kau mau dibantu pegawaiku membawakan barangnya ke depan?" Tanya pemilik kios, prihatin melihat Siska yang kesulitan.
"Ah kalau begitu, terimakasih sebelumnya." Balas Siska langsung menyetujuinya, tanpa penolakan ia langsung memberikan kedua keresek itu pada pegawai pemilik kios, karena memang dirinya kesulitan.
Sesampainya di parkir, ia langsung menghampiri Ergan yang ternyata sudah duduk di atas sepedanya menunggu.
"Kak, aku sudah membelinya." Ucap Ergan seraya menunjukkan 3 kartu perdana pada Siska." Ergan dengan semangat berdiri ke hadapan Siska.
"Sebentar, bantu aku menaikkan ini ke sepeda dulu." Ucap Siska seraya menunjuk dua keresek yang masih dijinjing pegawai pemilik kios. "Simpan disini, saja. Terimakasih bantuannya." Lanjut Siska yang kemudian disetujui dan pegawai itupun pergi setelah berpamitan.
"Banyak sekali, kau bawa satu, aku satu." Ucap Ergan, membuat Siska menganggukkan kepalanya setuju.
"Ngomong-ngomong, kau membeli kartu yang sudah ada paket datanya kan?" Tanya Siska.
"Ada! Masing-masing 15gb, harganya 100, aku tawar haha." Ucap Ergan tertawa.
"Kau ini." Ucap Siska tersenyum, seraya menggelengkan kepalanya, seolah maklum. "Baiklah, kalau begitu, ayo kita cepat pulang. Jangan sampai melewatkan keseruan!" Seru Siska tidak sabar. Karena diingatan kehidupan pertamanya, Rusdi ini akan kabur ke desanya, lari dan sembunyi ke rumah kakaknya, bibi Darmi.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr
2023-06-28
1
lyonaxlny antariksa
lanjut Kaka di tunggu up nya hari ini heheh
2023-05-26
3
Icha Arsy
semangat lanjut terus Thor 😘
2023-05-26
2