*
*
Uqi yang baru saja terbangun, kemudian mencium aroma sedap dari arah dapur, dengan cepat menghampiri.
"Nenek? Ibu? Harum sekali, kalian memasak daging kecap?" Tanya Uqi dengan kedua tangan memegangi perutnya yang keroncongan dan mulut yang terbuka, mengiler.
"Uqi sudah bangun? Aiya, kau sudah lapar hm? Tunggu di ruang tengah saja, ya, sebentar lagi siap makan siangnya." Ucap Siska seraya menghampiri Uqi dan mengusapi kepalanya dengan lembut.
"Tidak boleh icip sedikit?" Tanya Uqi memicingkan matanya membujuk.
Siska tertawa kecil, "Tidak, tunggu saja di ruang tengah oke? Ada camilan disana, tadi ibu membelinya. Makan itu dulu saja, ya? Yang patuh ya, sayang..." Ucap Siska lembut.
Uqi terlihat kecewa, tapi tidak lama, karena ia mendengar kata camilan dari mulut ibunya. "Baiklah, Uqi makan camilan dulu. Tapi kalau lama sekali, Uqi akan kemari lagi, menagih dagingnya!" Ucapnya seraya pergi meninggalkan Siska dan Neneknya yang tersenyum gemas, merasa lucu dengan sifat bocah kecil itu.
"Berapa lama lagi, Ma?" Tanya Siska beralih.
"Sudah hampir siap, tinggal menuangkannya ke mangkuk, dan menunggu nasi 5 menit lagi." Ucap Ibu Siska tersenyum.
"Baiklah, Mama ke ruang tengah saja. Temani Uqi, biar Siska yang lanjutkan disini.
"Begitu saja, Mama juga harus memanggil Bapa dan adikmu di kebun." Ucap Ibunya seraya mengangguk setuju.
-
15 menit kemudian, semuanya telah siap dan tertata rapi di ruang tengah. Di atas lantai, sudah biasa bagi keluarganya jika makan bersama akan menggelar tikar di atas lantai.
"Woah ibu, terlihat lezat sekali! Uqi mau daging! Uqi mau daging!" Ucap Uqi seraya melompat-lompat kecil. Diikuti oleh Uni yang sama-sama sudah terbangun, bedanya Uni menghampiri Siska dan menunjuk daging dengan memelas, ingin memakannya.
Siska tertawa kecil. "Tunggu sebentar ya, sayang, om, nenek dan kakek belum sampai. Kita tunggu mereka untuk makan bersama. Mengerti hm?" Ucap Siska memberi pengertian, yang langsung diamgguki oleh Uqi dan Uni meskipun Uni hanya mengikut-ikuti kakaknya saja. Tanpa mengerti arti dari perkataan Siska. Karena nyatanya, Uni tetap menunjuk-nunjuk ayam dadu kecap dipiring.
"Nenek datang! Nenek datang! Aiya, cucu-cucu nenek sudah tidak sabar menunggu kan? Ayo, ayo, ayo, cepat kita makan bersama!" Seru Ibu Siska dengan semangat.
Diikuti oleh Ayah Siska, dan Adik bungsu Siska. Keduanya menatap makanan yang tertata dengan wajah ngiler. Kemudian keduanya langsung duduk bersiap makan dengan mengambil piring.
Ibu Siska yang melihat itu, langsung menepis tangan Suami dan anak bungsunya yang mau mengambil piring. "Cuci tangan kalian lebih dulu!" Omel Ibu Siska memelototi keduanya bergantian.
Siska tertawa, sedangkan Ayah dan adiknya meringis kecil, dan terburu-buru ke kamar mandi untuk mencuci tangan.
"Sudah lama tidak makan makanan mewah, lihat betapa antusiasnya Bapak dan adikmu itu? Haih, Mama benaran terimakasih, padamu." Ucap Ibunya seraya menatap Siska dengan senyum lembut. "Mama juga bersyukur karena kamu sudah mau memilih meninggalkan lelaki bajingan itu pada akhirnya. Mama sangat tidak tega melihat kamu terus ditindas begitu." Lanjutnya.
"Siska yang salah, Ma, Siska bodoh terbutakan oleh cinta yang akhirnya omong kosong saja. Siska bodoh termakan ucapan janji yang katanya akan berubah ketika menikah. Harusnya Siska sadar sewaktu kepala Siska dibanting dan mengenai dinding. Melihat perilakunya, harusnya Siska sadar jika laki-laki itu tidak pantas. Maafkan Siska, Ma..." Ucapnya penuh sesal.
Siska telah membuat kedua orang tuanya banyak khawatir. Terlebih ayahnya, yang menentang keras hubungan keduanya sampai jatuh sakit. Dan itulah awal mula terjadinya pensiun menjadi supir truk. Ayahnya banyak pikiran, juga memendam emosi besar. Membuat kesehatannya berangsur menurun.
Di kehidupan pertamanya, waktu itu, Siska dan Suaminya belum menikah, keduanya masih berstatus pacaran. Pertama kali, Siska membawa pacarnya itu ke rumah. Kemudian Ayahnya tahu identitasnya dan marah besar. Siapa yang akan setuju membiarkan anak yang dibesarkan dengan baik menikah dengan seorang pengamen yang bahkan bersikap sombong dan tidak tahu tanggung jawab?
Kemudian suami Siska yang saat itu masih berstatus pacar, tmerasa tersinggung dan marah. Ia pergi dengan emosi, Siska mengikutinya, tapi Siska malah mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Siska ditampar dengan keras sampai kepalanya membentur dinding rumah tetangganya.
Kebetulan kakaknya yang baru pulang dari kerja, melihat semuanya dan langsung murka. Semuanya kacau, bahkan Ayahnya ikut datang kala itu. Tapi Siska tetap membela pacarnya. Membuat semua keluarganya emosi bukan main.
Siska merasa sangat bersalah. Padahal, seharusnya dulu ia mendengarkan orang tuanya, tapi ia bebal sekali malah tertipu bujuk rayu bajingan itu.
"Mbuuuu maaamm..." Uni berkata dengan nada panjang. Memerotes ke Siska karena ia tak kunjung memberinya makan. Padahal nenek, kakek dan om nya juga sudah datang.
Membuat Siska dan Ibunya teralihkan, keduanya tertawa kecil, kemudian bersama-sama meladeninya.
"Aiya, Ibu lupa, ayo kita makan!" Ucap Siska seraya mencubit kedua pipi Uni lembut, sedangkan Ibu Siska menyajikan nasi ke atas piring kecil untuk Uqi.
"Untuk Uni, nenek masakkan kentang yang lembut! Ini dia, ayo makan!" Seru Ibu Siska seraya menyodorkan mangkuk kecil pada Uni.
Uni masih kecil, jadi masih belum bisa mengunyah daging. Membuatnya hanya bisa makan dengan air kecap dan kentang yang sengaja dibuat lebih lembek dari biasanya.
Kemudian Ayah dan Adik Siska kembali, secara alami berebutan mengambil piring, membuat suasana makan terlihat sangat hidup.
Diam-diam, Siska menghela nafas, hatinya menghangat begitu melihat pemandangan di depannya. Kenapa tidak dari dulu saja dirinya begini? Tanpa suami pun, dirinya bisa bahagia. Dasar memang Siska bodoh.
Siska kembali merasa bersyukur telah diberikan kesempatan kedua. Di kehidupannya yang pertama, dia benar-benar menyedihkan.
"Hahaha! Bapak ini, jangan norak begitu dong! Lihat, seperti orang yang baru pertama kali memakan daging saja!" Ejek Adik bungsu Siska, Ergan namanya.
"Dasar bocah! Lihat dirimu sendiri!" Ejek balik Ayah Siska seraya mendengus.
"Sudahlah, makan saja, makan saja, jangan bertengkar." Omel Ibu Siska, turun tangan menengahi bercandaan keduanya.
Siska tersenyum semakin lebar, "Bapak, tambah lagi dagingnya! Adik juga!" Seru Siska seraya mengambilkan Ayam goreng bumbu kuning ke piringnya masing-masing.
"Ibuuu, Uqi mau jugaaa..." Seru Uqi seraya menyodorkan piringnya.
"Baiklah, nenek akan ambilkan! Makan yang banyak, yaa cucu ganteng nenek!" Puji Ibu Siska seraya tersenyum lebar. "Kau juga makanlah yang banyak." Lanjut ibunya seraya menambahkan nasi ke piring Siska.
Siska dengan mata bekaca-kaca menjawab, "yaaa Mama juga makanlah."
Keadaan ini, benar-benar sangat menyenangkan. Semua orang menyukai keadaan saat ini, keadaan yang sudah sangat lama sekali tidak terjadi di keluarganya.
Semua orang merasa nyaman, dan hati masing-masing orang pun menghangat.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
RJ 💜🐑
bagus ❤🔥👍🏻
2024-03-12
1
Nf@. Conan 😎
kayanya ntuh lbih dari bodoh deh
2023-11-05
2
Ajusani Dei Yanti
semangat siska kamu pasti bisa
2023-06-27
3