*
*
"Aku Siska, sudah dua hari ini aku berjualan makanan, di depan pasar sana. Aku pikir tidak etis jika terus berjualan disana, itu membuat tatapan dari kios lain cemburu. Jadi aku berencana memakai gudang ini untuk membuka kios makanan. Bagaimana? Apa kau mau menjualnya?" Tanya Siska tersenyum.
"Nona Siska rupanya, Aku Baron, pemilik gudang. Jika mau membelinya boleh saja, tapi apa kau yakin punya uang untuk membelinya? Karena meskipun tempatnya tidak terlalu bagus, tetap saja harganya bisa sampai jutaan." Ucap Baron memberitahu.
"Aku tidak ada uang, tapi aku bisa memberimu uang muka terlebih dahulu besok. Sebagai jaminan pembeliannya, bagaimana?" Tanya Siska menawar.
"Baik, begitu saja." Ucap Baron setuju.
"Kalau begitu, mari diskusi harga gudangnya." Ucap Siska mengangguk.
"Aku mau 5 juta. Bagaimana?" Tanya Baron menyipitkan matanya.
"Bos, meski gudangmu lumayan luas dan ada dipinggir jalan, tapi tetap saja gudangmu ini bagian dalamnya tidak terurus, aku juga butuh uang untuk merenovasinya. Kurangi harganya!" Ucap Siska tidak puas.
Baron tersenyum, "Baiklah, aku hanya mengujimu. Gudangku memang banyak kerusakan, dan kau harus merenovasinya ulang. Kalau begitu aku beri setengah harga saja. Tidak bisa kurang lagi, Bagaimana? mau tidak?" Tanya Baron.
"Ambil! Aku setuju. Besok aku akan memberimu 150rb dulu, anggap saja harga sewa sebulan. Untuk pelunasan aku minta waktu sebulan. Bisa tidak, bos?" Tanya Siska.
"Baik, begitu saja. Tapi jika dalam satu bulan tidak kunjung lunas, uang 150rb mu milikku." Ucap Baron.
"Ya, Bos, tentu saja itu milikmu. Baiklah, begitu saja, aku harus pulang. Sampai jumpa besok, bos!" Ucap Siska dengan semangat.
Tidak ia sangka ia akan mendapat harga lebih murah dari perkiraannya. Siska kira, paling murah diirinya akan mendapat harga setidaknya 4 juta. Tapi hei ini bahkan lebih murah dari perkiraannya. Sungguh beruntung sekali hari ini Siska.
Sesampainya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Ia langsung saja masuk ke dalam rumah ibunya.
Tapi yang tidak Siska sangka, di dalam rumah ternyata ada tamu tak diundang, membuat wajah Siska muram, tak enak dilihat.
"Mau apa lagi kalian kemari?" Sela Siska memotong pembicaraan di antara suaminya dan ibunya.
"Siska." Ucap sang ibu.
"Siska, aku kemari untuk menanyakan perihal surat yang kau tinggalkan di depan pintu rumah ibuku. Apa maksudmu?!" Tanya suaminya dengan raut kesal, tak terima.
"Aldo, Aldo, kau memang bajingan bodoh! Didalam suratnya sudah jelas, aku memenuhi keinginanmu untuk bercerai. Lalu apa lagi yang mau kau lakukan dengan mendatangi Mamaku disini? Untuk surat cerai? Aku akan mengirimkannya lusa!" Bentak Siska mulai tersulut emosi.
"Kapan aku mau menceraikanmu, Siska?!" Tanya Aldo tak terima.
Siska tertawa sinis, "Kau memang sibodoh! Bahkan ucapanmu sendiri tidak ingat? Haha, baik aku ingatkan! 3 hari lalu di rumah, kau berkata 'aku akan menceraikanmundan memulangkanmu pada ibumu!'. Bagaimana? Sudah ingat sekarang?" Tanya Siska sinis.
"A-aku, aku hanya sembarang bicara saja! Mengapa kau menganggapnya serius?!" Tanya Aldo menyangkal.
"Ah sudahlah, aku tetap akan bercerai. Lagipula siapa yang akan tahan mempunyai suami tidak berguna sepertimu?!" Hina Siska.
Wajah Aldo memerah, menahan emosi begitu mendengar kata tidak berguna dari mulut Siska. "Kau bilang apa?" Tanya Aldo muram.
"Aku bilang, kau tidak berguna, beban, hanya tahu makan, tidak bertanggung jawab, brengsek, bajingan, hanya tahu memanfaatkan orang, sombong, tidak tahu diuntung!" Ucap Siska mengeluarkan semua hinaan yang pantas Aldo terima.
"KAU WANITA ******!" Teriak Aldo seraya mengangkat tangannya hendak menampar Siska.
Tapi Siska bukan Siska yang dulu, ia dengan cepat menangkap tangan Aldo dan membantingnya ke udara.
"CIH! Masih lemah mental seperti biasa." Hina Siska lagi.
Aldo hanya bisa menggeram tertahan. "Baik! Bagus sekali kau Siska! Aku akan menceraikan mu! Ingat, jangan pernah kau meminta untuk kembali padaku lagi! Sekalipun kau memohon nanti, aku tidak akan pernah mau menerimamu lagi! Dan bawa anak-anak sialan itu bersamamu!" Teriak Aldo marah.
"Cih! Harusnya aku yang berkata begitu. Meskipun kau memohon untuk kembali, aku akan menendang mu berkali kali! Pergi kau dari sini! Dasar sampah!" Balas Siska tidak kalah dengan omongan Aldo yang makin menjadi.
Kemudian Aldo pergi dengan keadaan emosi. Menendang pintu rumah orang tua Siska, membuat orang-orang yang entah sejak kapan sudah berkerumun di luar rumahnya.
"Cih, dasar tebal muka." Sindir seorang ibu-ibu pada Aldo yang melewati dirinya.
"Benar, benar, untung saja Siska akhirnya sadar, dia bajingan."
"Benar, kasihan Siska selama ini, menampung beban."
"Pergi sana, sampah!"
"Ya, ya, jangan pernah kembali, kau!"
"Benar, benar!"
Bisikan bisikan berani dari para tetangga membuat Aldo semakin marah, tapi ia tidak bisa apa-apa selain pergi dengan kuping panas.
Sebaliknya, Siska menghela nafas, mengatur emosinya dan mencoba tersenyum, menatap ibunya yang terlihat khawatir.
"Tidak apa-apa kan, Ma?" Tanya Siska.
"Mama baik-baik saja, Aldo baru datang juga. Jadi Ki baru ngobrol sedikit." Balas Ibunya.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Siska.
"Tidak banyak, hanya bertanya kamu dimana, dan maksud dari surat yang kamu tulis." Balas Ibunya.
"Baiklah, syukurlah kalau tidak apa-apa." Ucap Siska tersenyum. "Oh iya, dimana anak-anak? Aku membelikan mereka baju dan sandal baru, lihat!" Ucap Siska antusias.
"Anak-anak ikut kakek dan omnya ke kebun tadi pagi. Wah matamu benar-benar bagus!" Ucap Ibunya, kemudian menatap Siska. "Daganganmu laris? Oh ya, dan kenapa cepat sekali sudah kembali?" Tanya Ibunya bingung.
"Laris sekali, Ma! Ketika aku datang, para pembeli bahkan sudah berkumpul menungguiku!" Ucap Siska lagi.
"Astaga, benar-benar hebat!" Ucap Ibunya bangga.
"Oh iya, nanti akan ada orang yang mengirim barang kemari. Mama terima saja, semua barangnya milikku. Aku sengaja beli banyak untuk kita semua. Aku mau menyusul anak-anak dulu ke kebun." Ucap Siska memberitahu.
"Baiklah, masalah barang jangan khawatir, nanti biar Mama yang urus, susul saja anak-anak, sudah waktunya tidur siang." Ucap Ibunya seraya menepuk bahu Siska pelan.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Mama hati-hati di rumah, takutnya si bajingan Aldo balik arah lagi kemari." Ucap Siska memperingati.
"Aiya, tenang saja, Mama sudah besar loh. Lagipula banyak tetangga kita di rumah untuk memasak makan siang jam segini. Tidak perlu khawatir, oke! Sudah sana pergi saja yang tenang." Suruh Ibunya.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi Ma!"
Sepeninggal Siska, tidak begitu lama, datang dua orang yang mengantar barang dengan mobil pick up. Ibu Siska sudah tahu jika itu mungkin barang yang dipesan Siska. Jadi ia cepat-cepat keluar untuk melihatnya.
Tapi begitu melihat, siapa sangka barang yang dipesannya begitu banyak. Membuat dirinya terkejut bukan main. Terlebih, banyak para tetangga berkumpul untuk melihat barang-barang yang baru saja datang tersebut.
"Astaga Siska, Mama kira sedikit..." Ucap Ibunya dengan ekspresi pusing.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Me Ta
berasa nonton drama Korea😍😍😍
2023-09-28
3
Ajusani Dei Yanti
semangat berkarya thorrrr kuh salam kenal dari orang Bandung 🥰
2023-06-27
2