*
*
Ergan menatap tumpukan uang di depan matanya dengan tatapan kosong. Sudah satu jam sejak dagangan Siska terjual habis.
Ergan masih tidak percaya terhadap, mengapa hal seperti mencari uang ini terlihat sangat mudah jika kakaknya yang melakukannya?
Ergan tidak dapat mempercayainya begitu saja. Apalagi dirinya sudah sering membantu Ayahnya mencari uang. Dan memang benaran sesulit itu.
Jadi begitu ia dihadapkan dengan kondisi hari ini, sudah sangat wajar bukan respon menganganya ini?
Siska yang melihat adiknya dalam kondisi shock, entah dirinya harus menangis atau tertawa? Sebab Siska tahu, Ergan sudah tahu cara menghasilkan uang dari Ayahnya. Kemudian hari ini ikut dengannya dan dalam satu jam, dengan mudah menghasilkan uang banyak.
"Biasakan dirimu, ke depannya, kita akan menghasilkan uang lebih banyak." Ucap Siska seraya menepuk pundak Ergan, menyadarkan Ergan seketika.
"Kak! Yang benar saja, aku masih tidak mau mempercayainya." Ucap Ergan dengan nada hendak menangis.
Siska tertawa dibuatnya. "Dasar, kau ini. Sudahlah, ayo ikut aku beli baju." Ucap Siska seraya menarik Ergan ke sepeda. Box makanan telah diberesi oleh Siska sebelumnya. Jadi keduanya tinggal menyimpan dan mengikatnya di atas sepeda.
"Jangan boros, kak. Bukankah kakak masih harus membeli bahan untuk jualan besok?" Tanya Ergan.
Siska tersenyum, kemudian mengibaskan tangannya di hadapan Ergan. "Aiya, jangan khawatir. Hari ini kita dapat banyak!" Ucap Siska, ia mendekatkan dirinya pada Ergan, kemudian berbisik. "Ada 2 juta lebih."
"APA?!" Pekik Ergan melotot, menatap horor kakaknya yang terlihat sangat santai. "Ayo, pulang saja." Ucap Ergan, seraya menarik kakaknya.
Siska lagi-lagi tertawa. "Tenang saja, tidak akan ada apa-apa." Ucap Siska menepuk pundak Ergan.
Siska tahu, Selain karena terkejut mendapat banyak uang, Ergan juga terkejut dengan nominalnya. Siska tebak, Ergan mengajaknya pulang karena dia takut uang sebanyak ini membawa bencana bagi keduanya.
"Kak! Ayo pulang saja, jangan keras kepala." Ucap Ergan.
Tawa Siska menyembur. "Siapa yang kau sebut keras kepala, hng? Sudah, ayo pergi dan ikuti aku. Jangan banyak tanya, jangan banyak protes." Ucap Siska kemudian menaiki sepedanya dan mengayuhnya, menjauh dari lapak sementaranya.
Siska berniat ke toko baju yang kemarin. Kali ini, berniat membelikan baju untuk orang tua dan adiknya. Terlebih untuk Ergan, Seragam sekolahnya benar-benar sudah usang.
Penghasilannya hari ini juga lebih banyak dari kemarin, bisa disebut dua kali lipat lebih banyak. Hasil penjualan dari cireng suwir mendapat 920rb, sedangkan hasil penjualan cirambay mendapat 1,2juta an. Lebih besar dari cireng suwir.
Bisa terlihat bukan, penjualan dari bahan tapioka ini sangat menguntungkan. Apalagi ke depannya, Siska tidak hanya akan menjual dua jenis jajanan ini saja. Masih banyak produk jajanan yang terbuat dari bahan dasar tepung tapioka. Nantikan saja.
"Benaran mau beli baju?" Tanya Ergan setelah turun dan mengikuti Siska ke dalam toko.
Pegawai yang kemarin melayani Siska, begitu melihatnya, ia dengan cepat menghampiri Siska dengan senyum ramah. "Nona! Aiya, nona semakin cantik saja." Puji pegawai itu, dengan tiba-tiba.
Siska tersenyum menanggapinya, "Aku mau seragam sekolah menengah untuk adikku, tolong carikan yang sesuai." Pinta Siska seraya menunjuk Ergan yang berdiri kaku di sampingnya, yang kemudian pegawai langsung bertanya dengan ramah perihal ukuran baju dan celana untuk Ergan.
Melihat pegawai itu bisa menangani Ergan, Siska kemudian berjalan menjauh dari keduanya, ia melihat-lihat baju lain ukuran orang dewasa.
"Kemeja ini bagus, pasti cocok jika dipakai Bapak." Gumam Siska seraya tersenyum kecil.
Siska menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil kemeja navy tersebut, menjinjingnya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan ia biarkan kosong, karena kembali memilih baju yang lainnya.
"Hm? Apa ini sepasang dengan kemejanya?" Gumam Siska pelan, kemudian tangan kanannya melihat-lihat gaun tersebut dengan hati-hati. "Meski bukan, ini sangat cocok untuk Mama, model gaunnya juga tidak tua dan tidak terlalu muda. Pilih ini saja!" Lanjutnya seraya mengambil gaun navy tersebut.
Setelah selesai berbelanja dengan total 400rb, Siska mengajak Ergan ke kios yang kemarin ia datangi dengan santai.
Berbeda dengan Ergan yang terlihat sangat tertekan, karena menghabiskan uang 400rb dalam sekejap. Meskipun memang baju yang dibeli kakaknya banyak, 3 baju untuk Ayah dan ibu, seragam serta 2 kaos dan 1 kemeja untuk dirinya, tapi tetap saja Ergan merasa sayang terhadap uang yang baru saja dibelanjakan tersebut. Terlebih, kakaknya ini hanya membeli 1 baju untuk dirinya sendiri. Membuat Ergan menghela nafas berkali-kali.
"Sudah kesekian kalinya aku melihatmu menghela nafas hari ini." Ucap Siska tertawa.
"Ayolah, kak. Siapa yang tidak akan begini jika biasanya menghemat tiba-tiba menghamburkan uang?" Tanya Ergan meringis.
"Kau akan lebih terkejut kali ini." Ucap Siska kembali tertawa, kemudian memarkir sepedanya dan berjalan ke kios Baron.
"Yo, Siska. Aku pikir kau tidak akan datang." Ucap Baron, bercanda.
"Bos, mana bisa aku tidak datang? Aku butuh kios ini untuk berjualan!" Ucap Siska seraya tertawa. "Aku mau memberimu uang muka, bos. Tapi aku tambah jadi 500rb, aku akan pakai kiosnya besok, bagaimana? Begini boleh tidak?" Tanya Siska.
"Tentu saja, anggap saja uang muka ini biaya sewa. Tapi, aku akan tetap menagihmu 2JT saja bulan depan sesuai perjanjian, bagaimana?" Tanya Baron balik.
"Bos, kau baik sekali! Aku ambil! Ayo cepat kita buat surat perjanjian!" Ucap Siska antusias.
"Tenang, aku sudah buat, lihat ini. Baca saja dulu, jika ada yang tidak sesuai kau boleh menggantinya atas persetujuanku." Ucap Baron seraya mengeluarkan selembar kertas ke atas konter kiosnya.
Siska mengambil dan membacanya dengan seksama, ia lulusan sekolah menengah sebelum menikah dengan Aldo.
"Tidak ada masalah, bos! Tandatangani." Ucap Siska seraya menandatangani surat tersebut, begitupula Baron yang sama-sama menandatanganinya.
Ergan hanya diam melihat semuanya dengan patuh. Berbeda dengan isi hati dan pikirannya yang saling bersahutan makin tak terima dengan pengeluaran kakaknya. Terlihat sangat santai mengeluarkan uang 500rb ini.
"Dia adikmu? Tepuk pundaknya, aku takut ada setan yang menghampirinya." Ucap Baron sedikit berbisik.
Siska tertawa, "Bos, adikku hanya belum bisa menerima uang banyak dikeluarkan begitu saja." Ucapnya.
Baron mengangguk-anggukkan kepalanya, mengerti. "Adikmu pasti anak yang sangat hemat." Ucapnya ikut tertawa.
"Benar, haha. Kalau begitu, bos aku pergi membersihkan kios dulu." Pamit Siska.
"Baiklah, barang-barang yang di gudang semua menjadi milikmu. Aku tidak membutuhkannya lagi, mau kau buang juga boleh saja. Keputusan ada ditangan mu." Ucap Baron membuat Siska menganggukkan kepalanya senang. Kemudian menerima kunci kios dari Baron.
"Baik, bos! Terimakasih."
Kemudian Siska dan Ergan berjalan ke samping, dimana kios berada. Dan membuka pintu kios dengan kunci.
"Kak, kios kotor begini 2.5jt?!" Ucap Ergan akhirnya bersuara.
"Aku pikir kau menjadi bisu sejak datang kemari," Ucap Siska tertawa lebar.
"Kak!" Panggil Ergan kesal.
"Sudah, sudah, percaya saja pada kakakmu. Kios lainnya biasa dihargai 5jt ke atas, sesuai ukuranya. Ini sudah murah sekali. Lihat kemari, kiosnya juga lumayan luas---" Siska tidak melanjutkan ucapannya, melainkan masuk dan melihat isi kios. "Wah! Ada konternya juga! Lihat lemari kaca ini! Beruntung sekali!" Pekik Siska senang. Jadi dia tidak perlu repot-repot membeli lemari kaca untuk menyimpan dagangannya lagi nanti.
"Ada kursi kak! Coba lihat, apa masih layak pakai?" Ucap Ergan menunjuk kursi yang ada diujung, yang ditumpuki dengan kerdus tak terpakai. Mendadak lupa akan masalah uang yang dibicarakannya dengan Siska.
"Ayo, bantu aku menurunkan dan mengeluarkan kerdus dan keresek besar ini dulu." Ucap Siska antusias. Tidak sabar merenovasi kios sesuai keinginannya.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Rista lina
jadi ikutan semangat
2023-08-29
3
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh
2023-06-27
1
Evi Ariani
beh raminya kesah novelnya habis besambung penasaran banar undaa
2023-05-20
4