Siska boros, Ergan Frustasi

Begitu selesai dibersihkan, juga selesai di cat ulang dengan warna biru, Ergan dan Siska sama-sama tersenyum lega. Wajah lelah keduanya juga kentara. Tapi tidak begitu terasa, sebab selagi membereskan ada beberapa barang yang masih bisa digunakan.

Seperti lemari kaca yang biasa dipakai di konter-konter kecil beserta meja penyangganya, kursi, wajan yang lumayan besar, beserta gelas yang masih baru dalam kerdus.

Baron juga tidak berkomentar banyak begitu Siska bertanya dan mau membeli barang-barang tersebut. Ia malah langsung memberikannya pada Siska. Lagipula, itu milik pemilik kios sebelumnya yang kebetulan berjualan nasi goreng kecil-kecilan.

Baron bilang, pemiliknya sudah enggan membawanya, Baron sendiri tidak membutuhkannya, jadi beruntunglah Siska. Tidak perlu membeli banyak barang lain untuk jualannya besok.

Siska tinggal membawa kompor dan spatula di masa depan. Juga menambahkan kursi untuk para pembeli di depan kiosnya.

"Sudah jam 2, ayo ikut aku, kita makan dulu." Ucap Siska seraya menaiki sepedanya setelah mengunci kiosnya, dan pamit pada Baron.

Ergan menaiki sepedanya, dan mengikuti Siska tanpa banyak bicara. Lagipula dirinya memang sudah lapar.

"Kak, kau yakin makan disini?" Tanya Ergan seraya menatap tempat makan yang terlihat mewah baginya. Meskipun tempatnya hanya menampilkan sedikit kemewahan.

"Ya, ayo masuk." Ucapnya kemudian setelah memarkir sepedanya. Begitupula Ergan, yang lagi-lagi mengikuti dengan pasrah.

Keduanya masuk, dan langsung mendudukkan diri di meja dengan dua kursi. Pelayan yang melihat keduanya, dengan cepat menghampiri.

"Aku ingin memesan, boleh lihat menunya?" Tanya Siska ramah. Meski dalam hati jengkel begitu melihat raut tidak ramah dari pelayan di depannya.

Pelayan tersebut menyodorkan menu yang dipegangnya, kemudian mendelik dan memalingkan wajah. Terlihat sangat malas.

"Kak," Panggil Ergan dengan wajah tertekan.

"Hm? Kau mau memesan sendiri? Ini, pesanlah." Ucap Siska seraya menyodorkan buku menu padanya. Membuat Ergan yang begitu melihat harga-harga di menu, menjadi semakin tertekan.

Ergan memaksakan senyumnya, "Kakak saja, aku suka semuanya." Ucapnya.

Siska diam-diam menahan tawanya, kemudian berlaih pada menu dan pada pelayan di sampingnya. "Ini saja, ya, paket grill untuk 3 orang, tapi nasi dan minumnya dua saja." Ucap Siska.

"Nona, kau yakin memesan ini? Harganya..." Ucap Pelayan menanyakan kembali, dengan wajah yang tentu saja tidak enak dilihat. Semakin meremehkan.

"Adakah hak atas dirimu mempertanyakan keuangan pelanggan?" Tanya Siska dengan wajah datar.

"Apa maksudmu?" Tanya pelayan, wajahnya muram.

"Harusnya aku yang bertanya, apa maksudmu? Pantaskah, seorang pelayan bertanya begitu?" Tanya Siska lagi.

Pelayan terlihat menahan emosi, "Baik, lihat saja nanti." Ucapnya kemudian pergi.

"Ya, lihat ya lihat!" Desis Siska emosi.

"Kak, sudahlah, tidak akan beres meladeni orang begitu." Ucap Ergan.

"Aku tidak suka tatapan mata meremehkannya." Ucap Siska.

"Aku juga, jika saja dia laki-laki, sudah aku beri tinju." Balas Ergan seraya mengepalkan tangannya.

"Katanya tidak usah diladeni." Goda Siska.

"Aiya, sudahlah, sudahlah." Ergan mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

Siska terkekeh kecil, rindu sekali dengan respon Eegan yang seperti ini. Di kehidupan pertamanya, ia melihat Ergan malu begitu adalah ketika Ergan masih duduk di bangku sekolah dasar.

Lagi-lagi, Siska menyayangkan dirinya yang lebih memilih ikut laki-laki tak bertanggung jawab macam Aldo. Benar-benar sampah.

Tak lama kemudian, pesanan Siska datang. Tapi pelayan yang membawanya berbeda dengan yang tadi menawarinya menu.

"Silahkan kak, hidangannya. Jika ada sesuatu yang dibutuhkan, bisa panggil aku di counter sana." Ucapnya dengan senyum ramah.

Siska balas ramah, "Baik, terimakasih." Ucapnya.

"Kak, bagaimana cara makannya?" Tanya Ergan tersenyum manis. Sebetulnya, tertekan karena baru pertama kali ia memakan makanan seperti ini.

Siska tahu, di kehidupan pertamanya, pernah satu waktu ia diajak teman kerjanya makan begini. Tapi Aldo datang dan mengacaukannya, membuat teman-teman kerjanya tak berani lagi berhubungan dengannya.

"Seperti ini," Ucap Siska kemudian memanggang daging sapi di panggangan, dan memasukkan beberapa macam makanan ke dalam panci yang sudah diisi air dengan kompor kecil di bawah panci.

"Wah!" Seru Ergan kecil, merasa takjub sendiri membuat Siska tertawa.

Sedangkan dikejauhan, pelayan yang awal sekali melayani Siska menatap remeh keduanya. Apalagi begitu melihat tatapan udik Ergan.

"Kau lihat, kan? Begitu kampungan. Jika mereka tidak membayar, kau tanggung sendiri saja, anak magang." Ucap pelayan itu pada pelayan satunya yang memang masih magang disana.

"Senior, siapa yang tahu mereka akan mampu membayarnya nanti." Ucap si anak magang seraya tersenyum.

"Baik, lihat saja nanti." Balas seniornya mendelik.

30 menit kemudian, Siska dan Ergan telah selesai makan semuanya. Siska pun memanggil pelayan yang tadi melayaninya dengan ramah.

"Aku sudah selesai, bantu aku pesan untuk dibawa ke rumah." Ucap Siska seraya menyodorkan uang 400 ribu. Sekalian membayar pesanannya.

"Baik, menu yang mana nona?" Tanya si anak magang.

"Sup daging sapi 3 tambah nasi, lalu Mie daging nya 3 juga, yang satu tanpa cabe. Itu saja. Kembaliannya anggap saja tip untukmu." Ucap Siska tersenyum.

"Baik, nona, mohon ditunggu." Ucap si anak magang kemudian berlalu dengan antusias.

"Kak kenapa kembaliannya diberikan padanya?" Tanya Ergan begitu si anak magang pergi. Dia merasa kenapa kakaknya ini suka buang-buang uang.

Siska menatap Ergan, "Lihat tidak? Dia sudah ramah sejak melayani kita. Melayani kita dengan baik dan sepenuh hati, tidak seperti pelayan yang pertama tadi. Yang satu ini, pantas mendapatkan tip." Ucap Siska tersenyum.

Ergan mengerti, tapi tetap saja merasa sayang. Siapa yang sebaik kakaknya ini, membuang uang dengan begitu mudah? Rasanya Ergan ingin menangis.

Disisi lain, si anak magang ini kembali ke counter setelah memberitahu pesanan ke dapur.

"Senior, lihat, dia membayar. Lalu, memesan lagi 6 makanan untuk dibawa pulang!" Antusiasnya.

"Cih, paling makanan paling murah, kan?" Tanya seniornya masih meremehkan.

"Senior, kau salah. Dia memesan yang harganya lumayan. Lihat ini, aku diberi 400rb. Masih ada sisa kembalian, dan nona itu bilang kembaliannya untukku sebagai tip melayani dia. Hehe, aku beruntung kali ini. Terimakasih senior sudah membiarkanku melayani nona itu." Ucap si anak magang tersenyum puas.

Membuat Seniornya, menelan ludah dengan rasa sesal. Tapi wajahnya tetap menunjukkan keangkuhan. Anti memperlihatkan penyesalannya.

20 menit kemudian.

Begitu pesanannnya sudah siap, Siska dan Ergan kemudian pergi dengan sanjungan ramah.

"Lihat, itu, kak. Jika ada uang memang beda sekali, ya?" Ucap Ergan diam-diam mencibir orang-orang di tempat makan.

"Sudah, ayo ikut aku beli bahan untuk jualan besok." Ucap Siska tersenyum geli.

"Bukankah bahannya masih ada?" Tanya Ergan heran.

"Sisa setengah. Kau tidak lupa kan, besok adalah hari pertama aku berjualan di kios? pasti lebih banyak yang datang, apalagi tadi aku bilang pada mereka akan ada diskon pembelian." Ucap Siska mengingatkan Ergan.

"Ah benar, aku melupakannya." Ucap Ergan malu.

"Sekalian membeli box makanan baru, pasti tidak akan cukup untuk besok. Cetakan cireng juga masih kurang." Gumam Siska.

"Kak, ingat, jangan menghabiskan uangmu begitu saja. Astaga, kenapa kau boros sekali!" Ergan berucap dengan nada frustasi. Membuat Siska tertawa.

"Tenang saja, besok kita akan dapat lebih banyak meskipun mengadakan diskon!" Ucap Siska dengan penuh percaya diri. Membuat Ergan hanya diam, menurut saja dengan pasrah.

*

*

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

lanjut thorrrr kuh semangat

2023-06-27

2

V-hans🌺

V-hans🌺

,ni thir ku kasih semangat biar tmbah semngat up nya...

2023-05-28

3

lyonaxlny antariksa

lyonaxlny antariksa

lanjut up banyak hheeh

2023-05-21

2

lihat semua
Episodes
1 Hidup Kembali Ke tahun 2010
2 Ide Menghasilkan Uang dari kehidupan lalu
3 Menghasilkan Uang
4 Kehangatan Keluarga
5 Siska, Siap Menjemput Uang!
6 Semua Orang Menunggu
7 Membeli Kios
8 Rosella Merah, jalan menghasilkan uang lainnya.
9 Kemampuan Mencari Uang yang diragukan
10 Ergan merasa Keberatan
11 Siska boros, Ergan Frustasi
12 Kabar Kakak Pertama
13 Memberi Peringatan Pada Para Bibi
14 Pembukaan Kios, Sangat Laris!
15 Untung Lebih Banyak
16 Kabar Kakak Kedua
17 Cari Tahu Orangnya
18 Memberi Pelajaran
19 Menantikan Keseruan
20 Menangkap Rusdi
21 Sudah Lama Sejak...
22 Pesanan Borongan
23 Kesepakatan
24 Karma Rusdi
25 Bukti untuk Sidang
26 Membuat Konten
27 Kembali Berjualan
28 Bertemu kedua Bos
29 Produk Baru, Cappucino Cincau
30 Kakak Pertama Pulang
31 Jika tidak berbuat salah, maka jangan pernah takut.
32 Menjadi Populer
33 Senang dan Antusias
34 Memberi pelajaran
35 Kakak Ipar, Kakak kedua menindasku!
36 Restoran Adamas
37 Keberhasilan Negosiasi dan Emosi Tertahan Ergan
38 Daftar hitam, Aldo.
39 Ketakutan Siska
40 Laris Manis
41 Ayo hitung uangnya!
42 Mencari Kedai
43 Membeli Kedai dan Sejarah Kebangkrutannya
44 Pergi Membuat SIM
45 Omelan sang Mama
46 Renov ulang Kedai
47 Kesibukan pagi hari
48 Siska Puas dengan Hasilnya
49 Dunia Begitu Sempit
50 Belanja Bahan
51 Pengaturan Siska
52 Tasty Treats di Serbu
53 Gelombang Kedua
54 Ternyata ada Gelombang ketiga
55 Mari kita Hitung
56 Jangan Lupa Sidangnya
57 Hari kedua pembukaan Kedai
58 Jangan panggil aku bos, Panggil Darren.
59 Saingan?
60 Menahan kejengkelan
61 Saldo Tutub Ergan
62 Balas Dendam Ergan untuk Geri
63 Putusan Verstek
64 Adik, aku hampir mati kelelahan!
65 Membeli Freezer Es
66 Freezer Datang
67 Membujuk Ergan
68 Calon Menantu yang direstui?
69 Uqi Masuk Rumah Sakit
70 Panggil aku Darren
71 Beban Rendra
72 Sosok Tampan Berwajah Datar
73 Action Figure
74 Bapak Menyebalkan
75 Penyerahan Kelola Kedai
76 Diskusi Keluarga
77 Memilih Paper Bag
78 Nenek Jahat Datang?
79 Memutar balikkan Fakta
80 Darren Lagi?
81 Kejutan(?)
82 Belanja
83 Pikiran Siska
84 Ketakutan Siska
85 Rencana Pembalasan
86 Renovasi Rumah
87 Meminta izin Uqi
88 Syukuran
89 Ibukota
90 Ibukota (2)
91 Darren yang Aneh
92 Piknik
93 Jangan Menghindar Lagi
94 Menghindar Lagi?
95 Bukan Nona Wistara
96 Persiapan
97 Uni kecil yang Ceria
98 Mood Buruk Siska
99 Tante Tomat
100 Kalah, Masih mengancam
101 Turnuksio Residence
102 Memancing Siska
103 Rumah Baru
104 Darren Siska Moment
105 Menyangkal
106 Keluarga Terkejut
107 Memperbaiki?
108 Pembukaan
109 Ketidak nyamanan Siska
110 Mari Bicara
111 Memutuskan
112 Keuntungan
113 Alasan Darren
114 Cemburu
115 Rencana Renovasi Turnuksio Residence
116 Menghabiskan Waktu Bersama
117 Perang Dingin
118 Demam Tinggi
119 Aku pulang, Sayang.
120 Ketakutan Darren
121 Berangsur Pulih
122 Menagih Keseriusan
123 Terganggu
124 Pamit Pulang
125 Melepas Rindu dengan Uqi dan Uni
126 Omelan Sapta
127 Ulah Sapta
128 Darren Marah
129 Berbaikan
130 Menyambut Tahun Baru
131 Kehangatan Malam Tahun Baru
132 Lamaran
133 Ingin tahu satu rahasiaku?
134 Boleh Peluk Aku?
135 Membeli Hadiah
136 Diterima dengan Baik
137 Berjalan Lancar
138 Lamaran
139 Persiapan
140 Randu?
141 Tidak Suka Randu
142 Selamat Ulang Tahun
143 Jahil sedikit
144 Pengumuman
145 Hari H
146 Darren Malu-malu
147 Istirahat Bersama
148 Membujuk Uqi dengan Lego
149 Terimakasih Bapak, Mama.
150 Kehangatan Keluarga
151 Kembali ke Ibukota
152 Bujukan Uqi dan Uni
153 Oh! Sayang Sekali!
154 Kapal Pesiar Wistara
155 Naik Pitam
156 Speed Boat dan Rencana manis Darren
157 Ulah Kathrin
158 Lagi-lagi Keluarga Imanuel
159 Makan Malam bersampingan
160 Memancing
161 Bersemangat Pulang
162 Belum Ditemukan
163 Mimpi Buruk
164 Kebahagiaan setelah Kesedihan (End)
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Hidup Kembali Ke tahun 2010
2
Ide Menghasilkan Uang dari kehidupan lalu
3
Menghasilkan Uang
4
Kehangatan Keluarga
5
Siska, Siap Menjemput Uang!
6
Semua Orang Menunggu
7
Membeli Kios
8
Rosella Merah, jalan menghasilkan uang lainnya.
9
Kemampuan Mencari Uang yang diragukan
10
Ergan merasa Keberatan
11
Siska boros, Ergan Frustasi
12
Kabar Kakak Pertama
13
Memberi Peringatan Pada Para Bibi
14
Pembukaan Kios, Sangat Laris!
15
Untung Lebih Banyak
16
Kabar Kakak Kedua
17
Cari Tahu Orangnya
18
Memberi Pelajaran
19
Menantikan Keseruan
20
Menangkap Rusdi
21
Sudah Lama Sejak...
22
Pesanan Borongan
23
Kesepakatan
24
Karma Rusdi
25
Bukti untuk Sidang
26
Membuat Konten
27
Kembali Berjualan
28
Bertemu kedua Bos
29
Produk Baru, Cappucino Cincau
30
Kakak Pertama Pulang
31
Jika tidak berbuat salah, maka jangan pernah takut.
32
Menjadi Populer
33
Senang dan Antusias
34
Memberi pelajaran
35
Kakak Ipar, Kakak kedua menindasku!
36
Restoran Adamas
37
Keberhasilan Negosiasi dan Emosi Tertahan Ergan
38
Daftar hitam, Aldo.
39
Ketakutan Siska
40
Laris Manis
41
Ayo hitung uangnya!
42
Mencari Kedai
43
Membeli Kedai dan Sejarah Kebangkrutannya
44
Pergi Membuat SIM
45
Omelan sang Mama
46
Renov ulang Kedai
47
Kesibukan pagi hari
48
Siska Puas dengan Hasilnya
49
Dunia Begitu Sempit
50
Belanja Bahan
51
Pengaturan Siska
52
Tasty Treats di Serbu
53
Gelombang Kedua
54
Ternyata ada Gelombang ketiga
55
Mari kita Hitung
56
Jangan Lupa Sidangnya
57
Hari kedua pembukaan Kedai
58
Jangan panggil aku bos, Panggil Darren.
59
Saingan?
60
Menahan kejengkelan
61
Saldo Tutub Ergan
62
Balas Dendam Ergan untuk Geri
63
Putusan Verstek
64
Adik, aku hampir mati kelelahan!
65
Membeli Freezer Es
66
Freezer Datang
67
Membujuk Ergan
68
Calon Menantu yang direstui?
69
Uqi Masuk Rumah Sakit
70
Panggil aku Darren
71
Beban Rendra
72
Sosok Tampan Berwajah Datar
73
Action Figure
74
Bapak Menyebalkan
75
Penyerahan Kelola Kedai
76
Diskusi Keluarga
77
Memilih Paper Bag
78
Nenek Jahat Datang?
79
Memutar balikkan Fakta
80
Darren Lagi?
81
Kejutan(?)
82
Belanja
83
Pikiran Siska
84
Ketakutan Siska
85
Rencana Pembalasan
86
Renovasi Rumah
87
Meminta izin Uqi
88
Syukuran
89
Ibukota
90
Ibukota (2)
91
Darren yang Aneh
92
Piknik
93
Jangan Menghindar Lagi
94
Menghindar Lagi?
95
Bukan Nona Wistara
96
Persiapan
97
Uni kecil yang Ceria
98
Mood Buruk Siska
99
Tante Tomat
100
Kalah, Masih mengancam
101
Turnuksio Residence
102
Memancing Siska
103
Rumah Baru
104
Darren Siska Moment
105
Menyangkal
106
Keluarga Terkejut
107
Memperbaiki?
108
Pembukaan
109
Ketidak nyamanan Siska
110
Mari Bicara
111
Memutuskan
112
Keuntungan
113
Alasan Darren
114
Cemburu
115
Rencana Renovasi Turnuksio Residence
116
Menghabiskan Waktu Bersama
117
Perang Dingin
118
Demam Tinggi
119
Aku pulang, Sayang.
120
Ketakutan Darren
121
Berangsur Pulih
122
Menagih Keseriusan
123
Terganggu
124
Pamit Pulang
125
Melepas Rindu dengan Uqi dan Uni
126
Omelan Sapta
127
Ulah Sapta
128
Darren Marah
129
Berbaikan
130
Menyambut Tahun Baru
131
Kehangatan Malam Tahun Baru
132
Lamaran
133
Ingin tahu satu rahasiaku?
134
Boleh Peluk Aku?
135
Membeli Hadiah
136
Diterima dengan Baik
137
Berjalan Lancar
138
Lamaran
139
Persiapan
140
Randu?
141
Tidak Suka Randu
142
Selamat Ulang Tahun
143
Jahil sedikit
144
Pengumuman
145
Hari H
146
Darren Malu-malu
147
Istirahat Bersama
148
Membujuk Uqi dengan Lego
149
Terimakasih Bapak, Mama.
150
Kehangatan Keluarga
151
Kembali ke Ibukota
152
Bujukan Uqi dan Uni
153
Oh! Sayang Sekali!
154
Kapal Pesiar Wistara
155
Naik Pitam
156
Speed Boat dan Rencana manis Darren
157
Ulah Kathrin
158
Lagi-lagi Keluarga Imanuel
159
Makan Malam bersampingan
160
Memancing
161
Bersemangat Pulang
162
Belum Ditemukan
163
Mimpi Buruk
164
Kebahagiaan setelah Kesedihan (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!