*
*
Sesampainya di rumah, semua orang kecuali Siska terkejut melihat barang begitu banyak. Terlebih, sebenarnya banyak tetangga yang mengintip dari rumahnya masing-masing.
"Barangnya sudah datang, ya, Ma?" Tanya Siska seraya tersenyum geli, melihat Ibunya yang masih menatapi barang yang dibelinya.
Ibunya bahkan tidak menyapa Ayah dan adiknya seperti biasa. Begitupula Ayah dan Adiknya, sama sama melongo.
"Mbuuu, anyaakk cekaiii!" Pekik Uni seraya melompat-lompat girang, tanpa tahu kekhawatiran orang dewasa.
"Ibu, punya siapa ini? kenapa banyak sekali?" Tanya Uqi penasaran.
Siska tertawa kecil melihat keduanya, kemudian mengusap masing-masing kepala anaknya dengan lembut.
"Bapak, Mama, Adik, ini barang yang Siska beli. Tidak perlu terkejut begitu, ke depannya akan lebih banyak kejutan yang akan Siska buat!" Ucap Siska menyadarkan ke tiga orang yang kini sudah beralih menatap Siska dengan khawatir.
"Siska, uang darimana membeli banyak barang seperti ini? Aduh, kau tidak macam-macam kan, nak?" Tanya Ibunya khawatir.
"Benar, uang darimana?" Tanya Ayahnya ikut-ikut, sedangkan Ergan menunggu jawaban Siska, karena pertanyaannya sama dengan Ayah dan Ibunya.
"Ma, pak, dik, sebaiknya kita angkat dulu barang-barangnya ke dalam? Tidak baik, menjadi tontonan orang-orang. Takut menimbulkan iri dengki." Ucap Siska tersenyum.
"Ah lihatlah, Mama sampai lupa. Ayo, ayo, cepat bereskan dulu ke dalam." Ucap Ibu seraya menepuk kepalanya, karena bisa-bisanya melupakan hal kecil begini.
Siska tertawa, memang benar, tetangga itu sumber iri dengki. Apalagi, bibi yang ditemuinya sebelum ke kebun. Aduh, Bibi Darmi adalah bos yang suka tidak senang jika melihat orang lain sukses sedikit.
Ergan, Siska, Ayah, dan Ibunya, bersama-sama membereskan semuanya, memasukkannya ke dalam rumah. Untuk yang ringan, dibawa sekaligus oleh Ayahnya, sedangkan yang berat, dibswa berdua oleh Ergan dan Siska, sesekali Ibunya juga ikut membantu jika keduanya kesusahan. Sedangkan Uqi dan Uni yang ingin membantu, tidak diperbolehkan, sebab kondisi keduanya yang masih kotor.
Setelah selesai, semuanya tidak langsung mengobrol, tapi langsung membersihkan dirinya masing-masing. Begitupun dengan Siska dan anak-anaknya. Yang membersihkan diri di rumahnya, agar tidak mengantre dengan Ayah dan adiknya.
Barulah setelah semuanya selesai, satu keluarga berkumpul di ruang tengah.
"Uqi, bawa Uni main dulu ya, Ibu mau mengobrol dengan kakek, nenek, dan om. Boleh, sayang?" Tanya Siska tersenyum.
"Ya, Bu! Sangat boleh." Ucap Uqi dengan senang hati. Terlebih dirinya kini memakai baju baru yang dibelikan Siska. Semakin menurut adalah hal yang harus Uqi lakukan saat ini. Juga, jangan lupakan camilan yang diberikan ibunya. Bersama Uni, menonton televisi dan memakan camilan, sudah cukup.
"Sudah? Cepat kemari, cepat ceritakan semuanya." Ucap Ibu Siska seraya menarik Siska pelan.
"Iya, Mama, Siska akan ceritakan semuanya." Ucap Siska tersenyum maklum.
"Tapi, kau tidak melakukan hal yang buruk, kan, nak?" Tanya Bapak khawatir.
"Bapak, Siska melakukan hal benar. Siska ingat ajaran bapak dan mama, selalu. Kali ini, Siska bisa membeli banyak barang begini ya hasil dari berjualan cireng isi ayam suwir. Itu laku keras, Pak, Ma." Jelas Siska.
"Yang benar? Gorengan seperti itu, paling untungnya berapa ribu? Bapak lihat-lihat belanjaanmu ini kira-kira ratusan ribu." Tanya Ayahnya kembali khawatir.
"Bapak jangan khawatir, Siska benar-benar dapat untung dari berjualan cireng. Siska hari ini dapat 800 ribu lebih! Lihat ini, masih sisa 88rb setelah belanja banyak barang." Ucap Siska.
"Astaga! 800 ribu?! Gorengan apa yang begitu mahal?" Pekik Ergan terkejut.
"Cireng yang aku buat bukan cireng gorengan biasa. Ibu juga sudah mencobanya bukan tadi pagi? Karena di dalamnya ada ayam suwir, jadi satu nya dihargai 2rb. beli 5 dihargai 8rb, dan beli 10 dihargai 17rb. Semuanya laku keras, pagi ini pembeli bahkan berkerumun menunggui Siska. Jadi, begitu sampai, dalam waktu 30 menitan lebih, cirengnya habis terjual! Juga, hari ini Siska membuat produk baru. Dan itu disukai orang-orang, semuanya juga habis terjual!" Jelas Siska dengan bangga.
Tapi, begitu melihat raut semua orang yang masih tidak percaya Siska langsung menghela nafas, "Baiklah, begini saja. Jika kalian tidak percaya, besok biarkan Ergan bantu aku berjualan, bagaimana? Juga, hari ini aku membeli banyak bahan dari pada kemarin. Jadi cireng yang dibuat juga akan lebih banyak!" Ucap Siska mengambil jalan tengah.
"Baik, begitu saja. Ergan besok ikut kakakmu pergi jualan. Lalu laporkan kebenarannya pada Bapak dan Mama. Jangan ada yang disembunyikan, harus jujur. Mengerti?!" Ucap Ayahnya tegas.
Ergan yang menjadi kambing hitam, hanya bisa mengangguk pasrah saja. "Baik, baik, aku mengerti." Balasnya tersenyum terpaksa.
"Sudah ditentukan, kalau begitu bantu aku sekalian mencetak cirengnya, ya!" Ucap Siska seraya tersenyum, membuat Ergan sulit untuk menolak. Terlebih, di hadapan kedua orang tuanya.
"Mama juga akan membantu, besok cetak disini saja. Bahan-banhannya juga ada disini. Sisa barang, ambil saja dan bawa kemari." Ucap Ibunya dan mendapat anggukkan dari Ayahnya.
"Bapak, kalau mau membantu juga boleh." Ucap Siska tersenyum.
"T-tidak bisa, kebun tidak ada yang garap. Kalian bertiga saja sudah cukup." Ucap Ayahnya seraya menepuk pundak Ergan. Kemudian berlalu pergi, menghampiri kedua cucunya yang masih menonton.
"Lihat, Ma! Bapak menghindari ku." Ucap Siska cemberut.
"Aiya, seperti tidak tahu sifat Bapak saja. Memang begitu jika bersangkutan dengan masak memasak. Tidak pernah mau." Ucap Ibunya seraya mengibaskan tangannya, memaklum.
"Baiklah, ayo masak untuk makan siang. Dan Ergan, aku lupa. Rosella yang dibawa tadi petik kelopaknya, sisakan bijinya. Kelopaknya perlu dijemur hingga kering, baru bisa dijual dengan harga tinggi." Ucap Siska.
Begitu mendengar harga tinggi, Ergan dengan semangat melakukan perintah sang Kakak. Bahkan dirinya menyeret sang Ayah untuk membantunya agar bisa cepat-cepat selesai dan dijual. Agar bisa cepat-cepat menghasilkan uang.
Keesokan harinya, pada pukul setengah 10 pagi, Siska dan Ergan sudah siap untuk pergi berjualan. Ergan bahkan meminjam sepeda tetangganya untuk dirinya, jadi kakaknya bisa tetap memakai sepeda miliknya.
Produksi cireng isi ayam suwir hari ini mencapai 500 buah cireng. Pun dengan cirambay, ada sekitar 150 bungkus. Box makanan yang dibawapun bertambah 3, Jadi tempat penyimpanan box tidak cukup.
Untunglah Ergan meminjam sepeda, jadi box makanan bisa dibawa dengan gampang.
Tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti, keduanya pun sampai di pasar.
Sesampainya di sana, Siska sudah tidak heran melihat begitu banyak orang menunggu. Berbeda dengan Ergan yang benaran tak menyangka dengan kehadiran banyak orang ini. Terlebih, mereka semua menunggu sang kakak. Lebih tepatnya, cireng isi ayam suwir yang dijualnya.
"Sudah datang! Sudah datang!" Pekik satu dari sekian banyak orang yang ada dikerumunan. Membuat yang lainnya menjadi bersemangat.
"Gadis, kamu datang lebih siang hari ini." Ucap seorang laki-laki setengah baya. Sebetulnya menyerukan protes.
Siska tidak marah, justru tertawa. "Aiya, maafkan aku, maafkan aku, hari ini aku mencetak 500 an cireng. Jadi datang terlambat, aku juga membawa adikku untuk membantu, lihat! Pelayanan akan jauh lebih cepat. Tenang saja, oke!" Ucap Siska.
"Wah 500! Aku akan kebagian hari ini! Tidak sia-sia aku datang kali ini." Ucap seorang laki-laki setengah baya lainnya.
"Baiklah, ayo berbaris. Aku siap menjual! Harga tetap sama, 1 buah 2rb, 5 buah 8rb, 10 buah 17rb. Untuk cirambay khusus hari ini aku beri diskon jadi 8rb saja!" Ucap Siska dengan semangat, mendatangkan seruan heboh dari semua orang.
"Gadis, kau begitu baik! Aku mau cireng suwir pedas 10, cirambay 2!"
"Aku juga mau cirambay 3!"
"Aku cireng original dan pedas masing-masing 10!"
"Baik, satu persatu, semua akan kebagian!" Ucap Siska.
Sedangkan Ergan, meskipun ia masih terkejut, tapi ia langsung membantu Siska dengan sigap meski gugup. Membungkus cireng dan cirambay. Untuk urusan uang, biar kakaknya saja yang mengurus.
"Oh ya, untuk besok aku tidak jualan disini, datang ke kiosku di seberang sana, ya!" Teriak Siska membuat semua orang mendengarnya.
"Baik, gadis. Aku akan menjadi orang pertama yang datang, besok!" Pekik salah satu dari orang yang berkerumun.
Siska tertawa puas, "Baik! Paman, aku akan memberimu diskon besok! Ah tidak, untuk 10 orang pertama yang datang akan diberi diskon 4rb, sisanya akan diberi diskon 1rb! Jangan sampai kelewatan diskonnya, siapa cepat dia dapat!" Pekik Siska lagi membuat semua orang berseru heboh lagi.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Me Ta
suka ceritanya😍😍😍
2023-09-28
2
RJ 💜🐑
seru ceritanya bagus, dari segi penulisan, alur ceritanya mantap is the best👍👍💪❤💪❤😍😍😍😍😍😘😍😘😘😘
2023-08-06
2
Ajusani Dei Yanti
emang jajan khas bandung enak2 apalagi seblak nya mantap
2023-06-27
1