Perdebatan pagi hari itu akhirnya berujung, Dani yang mengalah setelah sang mama sedikit mengancamnya. Setelah sarapan semua bergegas untuk melakukan aktivitas masing-masing, Vania dan Disha berangkat bersama sedangkan Dani berangkat sendiri ke rumah sakit. Walau sempat sang mama memberi saran agar Dani mengantar sang istri tetapi hal itu langsung di tolak oleh Vania. Dengan alasan tempat kerja mereka tidak searah.
Sesampai di rumah sakit Dani langsung di sibukkan dengan memeriksa pasien-pasiennya. Hari ini Dani sangat sibuk hingga ia tidak menghiraukan jika sedari tadi ponselnya bergetar.
"Sepertinya kak Dani masih sibuk, sebaiknya aku menunggu di sini saja." Ucap Kirana duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruangan Dani.
Wanita itu tidak mau menunggu Dani di dalam ruangan Dani , rasanya ia risih jika berdua dalam ruangan bersama Dani. Selama ini mereka hanya bertemu di tempat terbuka, bahkan Dani tidak berani menyentuh Kirana seperti wanita-wanita yang pernah ia kencani.
Kirana akan sabar menunggu Dani menikahinya agar mereka bisa halal bersentuhan. Dani memang sudah berjanji akan menikahi Kirana dalam waktu dekat ini.
Dani berlari kecil saat melihat Kirana yang duduk di depan ruangannya seorang diri, gadis cantik itu sibuk dengan ponselnya untuk menghilangkan jenuhnya menunggu Dani.
"Kirana kamu sudah lama?" Tanya Dani saat sudah berada di dekat gadis itu.
"Lumayan mas, apa pekerjaan mas sudah selesai?" Tanya Kirana kembali.
"Sudah, maaf sudah membuat kamu menunggu lama. Ada perlu apa, apa kamu ada masalah sama jantung kamu?" Tanya Dani sedikit khawatir.
Kirana menggelengkan kepalanya, kemudian gadis itu mengangkat kotak bekal yang ia bawa. "Ini aku bawakan makan siang untuk mas, maaf kalau rasanya tidak enak. Kirana masih belajar." Ujar gadis itu sedikit malu.
Walau berasal dari keluarga sederhana Kirana memang tidak memiliki kemampuan memasak, penyakit jantungnya yang membuat sang ibu tidak memperbolehkannya untuk mempelajari semua itu. Walau cuma anak angkat tetapi kedua orang tua angkatnya sangat menyayanginya.
"Kenapa kamu harus capek-capek masakin buat mas, nanti kamu kelelahan gimana?"
"Mas dan ibu sama saja, Kirana itu sudah sembuh mas. Gak usah khawatir, Kirana bukan gadis berpenyakitan lagi karena sudah di sembuhkan oleh mas calon suamiku ini." Jawab Kirana dengan riang.
"Tapi tetap saja kamu tidak boleh terlalu lelah." Ucap Dani menasehati.
"Aku hanya ingin menjadi istri idaman yang bisa memasakkan suaminya makanan. Makanya aku belajar karena kita sebentar lagi akan menikah." Ucap Kirana bahagia.
Deg....
Mendengar kata menikah membuat Dani menelan ludahnya dengan kasar, seketika ia mengingat jika ia sudah menikahi Vania bukan Kirana. Rasa bersalah pada gadis yang ada di hadapannya semakin besar karena telah menyembunyikan sebuah kebenaran.
"Mas Dani kenapa ekspresinya seperti itu, apa mas Dani berubah pikiran? Mas Dani gak mau nikah sama aku yang tidak bisa apa-apa ini." Melihat ekspresi Dani membuat Kirana salah paham.
"Bu... Bu ... bukan seperti itu, mas tidak masalah walau kamu tidak bisa apa-apa. Tapi sepertinya kita tunda dulu rencana kita menikah dalam waktu dekat ini." Ucap Dani.
"Kenapa mas, tidak bolehmenunda hal baik. Jika tidak di segerakan aku takut kita banyak dosa mas, walau kita bisa jaga batasan tapi tetap saja kita bukanlah muhrim." Tutur Kirana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments